Dalam menjalani kehidupan tentunya telah ada rambu-rambu yang akan diikuti. Rambu-rambu tersebutlah yang akan mengatur tingkah laku dan berbagai hal yang dilakukan. Kehidupan bernegara diatur dengan Undang-undang, kehidupan bermasyarakat ada aturan adat atau kebiasaan masyarakat yang di junjung tinggi. Sementara di sekolah ada aturan tersendiri juga. Begitupun dalam kehidupan beragama -khususnya bulan Ramadan – dikenal dengan perintah dan larangan yang harus ditaati bagi seorang hamba.
Dalam ayat Al-Qur’an telah banyak bagaimana perintah dan larangan itu dijelaskan. Dalam konteks ini, kita akan membahas bagaimana perintah dan larangan pada Al-Qur’an surah An-Nahl ayat 90. Kemudian bagaimana dalam konteks bulan suci Ramadan ini. sebagaimana firman Allah “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran” (Q.S. An-Nahl:90).
Menurut Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar mengatakan bahwa dalam Al-Qur’an telah dijelaskan berbagai hal melalui Nabi Muhamamad, termasuk perkara Iman. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa iman bukan hanya perkara pengakuan, melainkan perlu dengan pembuktian. Dalam kaitannya dengan tersebut di atas, maka menurut tafsir Al-Azhar ada tiga larangan dan tiga perintah yang harus dilakukan oleh manusia. Yang tentunya berkaitan dengan bagaimana iman tersebut di manifestasikan dalam tindakan.
Tiga Perintah
Adapun tiga perintah Allah dalam surat An-Nahl ayat 90 yang dikerjakan selalu oleh umat Muslim tersebut ialah:
Pertama, jalan adil. Jalan tersebut merupakan jalan yang harus dilakukan oleh manusia baik ia sebagai pemimpin negara, keluarga maupun diri sendiri. Dalam konteks tersebut, seseorang yang adil akan mempertimbangkan bagaimana keadilan merata. Lalu membenarkan mana yang benar begitupun sebaliknya. Juga memberikan hak dan menunaikan kewajiban itulah yang dinamakan jalan adil.
Kedua, adalah ihsan. Ihsan dalam pandangan Buya Hamka sebagai seseorang hamba yang menyembah Allah dan kemudian ia merasa seakan-akan melihat Allah. Selain itu dikatakan sebagai kesempurnaan, keidahan, keharmonisan dan lain-lain. Ihsan juga bisa dilakukan kepada sesama mahkluk, tolong menolong dan sebagainya. Bahkan membantu kesusahan yang ia hadapi kemudian mampu menyenangkan hatinya maka itulah yang dikatakan ihsan sesama mahkluk. Ihsan merupakan tingkatan yang lebih tinggi dari pada adil. Misalkan seseorang telah berbuat jahat dan melanggar hukum. Kemudian kita mampu memaafkan dan tidak menghukumnya dengan hukum positif maka itulah yang dinamakan ihsan.
Ketiga, menurut Tasir Al-Azhar ialah memberi kepada keluarga terdekat. Buya Hamka mengatakan bahwa ini merupakan kelanjutan dari ihsan. Sebab dalam kehidupan ini, semua manusia tidak memiliki kesamaan dalam hal ekonomi. Sehingga kita diperintahkan untuk saling berbagi. Tentunya kepada keluarga terdekat lebih dulu, sebelum ia memetingkan orang yang lain.
Tiga Larangan
Pertama, melarang perbuatan keji. Perbuatan keji ialah perbuatan yang buruk, tidak memiliki nilai dan faedah dalam kehidupan sosial. Sebagaimana Abdul Munir Mulkhan mengatakan hendaknya umat muslim melakukan perbuatan yang bisa membawa kepada kemaslahatan umat manusia. Juga berdasarkan pada nilai agama. dilarangnya melakukan perbuatan yang bisa menimbulkan kerusakan baik pada diri sendiri maupun kepada orang banyak.
Kedua, ialah melarang kemungkaran. Kemungkaran ialah sifat yang dibenci oleh banyak orang atas kelakukan yang dilakukan baik dalam lingkungan masyarakat maupun keluarga. Kemungkaran juga bisa membawa seseorang bertingkah melawan norma sosial atau hukum yang berlaku pada suatu wilayah atau masyarakat.
Ketiga, ialah melarang perbuatan aniaya. Perbuatan ini berkaitan dengan sikap yang menimbulkan permusuhan terhadap sesama manusia. Hal ini biasanya terjadi karena seseorang menganggu ketentraman atas hak dan kepunyaan orang lain.
Tiga larangan dan perintah tersebut jika dikerjakan akan berdampak kepada keselamatan diri setiap manusia. Sehingga amat penting untuk dilakukan dalam setiap realitas kehidupan bermasyarakat.
Hubungannya Dalam Konteks Ramadan
Dalam menjalani ibadah puasa di bulan yang penuh berkah ini, tentunya bukan hanya berleha-leha saja dalam rumah maupun dalam kegiatan yang itu-itu saja. Kita perlu banyak melakukan kegiatan yang sifatnya mampu memberikan dampak kepada pribadi dan orang banyak. Kaitannya dengan ayat tersebut maka setiap muslim senantiasa bermuhasabah atas tindakan-tindakan yang dilakukan selama ini. Baik sebagai pemimpin maupun sebagai diri pribadi. Apakah sudah memberikan hak kepada diri maupun kepada orang lain.
Menurut Muh. Hatta salah satu konsekuensi orang beragama ialah memanfestasikan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Hal demikian tentunya, sebagai orang yang beriman menjadikan puasa bukan hanya ritual semata, melainkan mampu menjadi gerakan kolektif seperti kata Fiet Hisbullah Khaidir agar muncul kesadaran iman. Sebab dalam pengertiannya iman adalah diucapkan dalam hati dan dilaksanakan dengan tindakan. Dalam bulan Ramadan ini, merupakan waktu yang tepat untuk menjadikan iman sebagai gerakan yang mampu menjadi spirit dalam amar ma’ruf nahi mungkar.
Senantiasa saling memberi dan mengingatkan atas perbuatan-perbuatan yang bisa mengurangi nilai ibadah puasa yang dilakukan. Menghindari perbuatan yang bisa membawa kita terjerumus kepada kemungkaran dan aniaya atas diri sendiri maupun orang lain. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Abdullah Bin Mas’ud bahwa ayat diatas merupakan ayat yang paling jelas memberikan petunjuk mana yang baik dan buruk.
Sehingga diharapkan pada bahwa ayat-ayat Al-Qur’an dapat menjadi wasilah serta petunjuk dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Kemudian menjadi pedoman dan akhlak dalam kehidupan bermasyarakat sehingga Indonesia menjadi bangsa yang Qur’ani. Wallahu’alam.
Penyunting: Ahmed Zaranggi
Kanal Tafsir Mencerahkan
Sebuah media Islam yang mempromosikan tafsir yang progresif dan kontekstual. Hadir sebagai respon atas maraknya tafsir-tafsir keagamaan yang kaku dan konservatif.