Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Refleksi Ayat Isrāf: Pentingnya Bertindak Terukur

isrāf
Gambar: https://manhajuna.com/

Dewasa ini, konsep memaksimalkan proses oleh sebagian anak muda rawan disalahpahami. Memang benar, bahwa untuk menggapai suatu keberhasilan dibutuhkan proses yang maksimal. Akan tetapi, memaksimalkan proses yang sesungguhnya adalah berproses secara berkelanjutan dan konsisten, diimbangi dengan menjaga keseimbangan kondisi tubuh supaya tetap ‘berkelanjutan’. Bukan justru memprioritaskan usaha setinggi mungkin namun tidak memikirkan aspek-aspek kehidupan lain, termasuk salah satunya menjaga kondisi kesehatan tubuh.

Tindakan berlebihan terhadap segala sesuatu bukanlah suatu hal yang dibenarkan, meskipun itu perkara yang baik sekalipun. Melakukan hal-hal baik jika dilakukan secara berlebihan akan menjadi buruk. Apalagi sebaliknya. Maka dalam Al-Qur’an, Allah menegaskan dalam surah al-A’raf ayat 31 supaya manusia tidak berlebihan, sebagaimana disebutkan berikut.

يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْاۚ اِنَّه لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ

Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang indah pada setiap (memasuki) masjid dan makan serta minumlah, tetapi janganlah berlebihan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.

Ragam Tafsir Isrāf Pada Surah Al-A’raf 31

Al-Mawardi dalam al-Nukat wa al-‘Uyūn [2:218] mengungkapkan bahwa potongan ayat wa lā tusrifū mengandung tiga penakwilan, di antaranya: pertama, tidak boleh berlebihan dalam melakukan tindakan haram, sebagaimana dikatakan oleh al-Suddi; kedua, tidak boleh makan makanan yang diharamkan. Sebab itu perbuatan isrāf, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Zaid; ketiga, tidak boleh berlebihan makan makanan yang menambah kekenyangan. Sebab dapat membahayakan.

Berdasarkan redaksi ayat sebelumnya yang mengatakan supaya makan dan minumlah, maka isrāf atau mubazir ini menurut al-Sa’di secara konteks ayat merupakan tindakan berlebihan dalam hal makanan yang berpotensi menimbulkan bahaya bagi tubuh apabila dikonsumsi di luar batas wajar. Dapat juga sebagai tindakan bermewahan atau berlebihan dalam hal berpakaian, atau berlebih-lebihan dalam hal yang halal kepada yang haram [Taisīr al-Karīm al-Raḥmān, 287].

Baca Juga  Analisis Makna Wahyu dengan Teori Semantik Toshihiko Izutsu

Senada dengan al-Maraghi, isrāf merupakan tindakan melebihi batas hal-hal yang diperbolehkan atau jawāz, seperti melampaui batas makanan dan minuman yang halal, atau batas yang bersifat fitrah. Seperti melampaui batas kenyang hingga kerakusan yang membahayakan [Tafsīr al-Marāghī, 8/53].

Begitu pula sebaliknya, Shadiq Ahmad Khan menuturkan bahwa seseorang yang berlebihan dalam mengurangi makan dan minum sehingga melemahkan badannya dan tidak mampu melaksanakan apa yang diwajibkan kepadanya, baik dalam bentuk ketaatan maupun dalam bentuk usaha untuk diri sendiri dan orang-orang yang menjadi tanggungannya, maka ia telah melanggar apa yang diperintahkan dan dituntun oleh Allah. Tidaklah dapat dikatakan zuhud orang dengan kondisi demikian [Fatḥ al-Bayān fī Maqāṣid al-Qur’ān, 4/333].

Kemudian pada ayat berikutnya: innahū lā yuḥibbu al-musrifīna, menunjukkan bahwa Allah tidak menyukai segala tindakan apapun yang dilakukan secara berlebihan. Ini menunjukkan lebih umum, bukan hanya berlebihan dalam hal makanan sebagaimana disebutkan pada sebelumnya [al-Nukat wa al-‘Uyūn, 2/218].

Bertindak Proporsional

Memahami konsep isrāf dalam surah al-A’raf ayat 31 ini mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan dalam setiap aspek kehidupan. Sebagaimana Allah menegaskan bahwa tindakan berlebihan bukanlah suatu hal yang disukai-Nya, baik makanan, minuman, maupun aspek kehidupan lain. Penekanan ini ditujukan supaya umat manusia mampu menjalani hidup dengan proporsional. Tidak terjebak dalam tindakan berlebihan yang berdampak pada kerugian terhadap diri sendiri.

Proporsional merupakan tindakan tengah-tengah. Tidak berlebihan menambah, maupun berlebihan mengurangi. Keseimbangan ini kemudian akan memberikan persepsi yang tepat pada konsep ‘memaksimalkan proses’ sebagaimana selalu digaungkan anak muda masa kini. Sebagai penerus generasi, sangat perlu membetulkan kesalahan cara yang memaksimalkan usaha terlalu berlebihan tanpa mengindahkan keseimbangan aspek kehidupan lain.

Baca Juga  Fiqih Qurban: Tata Cara Berqurban Sesuai Tuntunan Islam

Penafsiran ayat isrāf ini memberikan pelajaran berharga perihal betapa pentingnya menjaga keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan. Berlebihan dalam hal apapun, meskipun itu adalah hal yang baik, dapat berdampak negatif dan merugikan. Oleh karena itu, menerapkan konsep isrāf dalam kehidupan sehari-hari dapat memudahkan hidup yang lebih seimbang, sehat, dan bahagia. Allah telah menegaskan bahwa Dia tidak menyukai orang-orang yang berlebihan, sehingga menjadi kewajiban manusia untuk menjaga keseimbangan dalam segala hal yang dilakukan.

Refleksi ini mengajak manusia untuk lebih bijak dalam menjalani kehidupan, dengan tetap berusaha maksimal namun tidak melupakan keseimbangan dan kesehatan tubuh serta aspek kehidupan lainnya. Sebab konsep memaksimalkan proses ialah berusaha secara konsisten dan berkelanjutan. Bukan terus-menerus memaksa badan bekerja, namun lupa memaksimalkan aspek kehidupan lainnya, Semoga kita selalu diberikan petunjuk untuk menjalani hidup dengan proporsional dan terhindar dari tindakan isrāf.

Penyunting: Bukhari

Fatia Salma Fiddaroyni
Alumnus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri Prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir dan Alumnus PP. Bahrul Ulum, Tambakberas, Jombang.