Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Rasulullah Pun Pernah Dianggap Gila

muhammad diangap gila
sumber: unsplash.com

Catatan sejarah telah menjadi bukti nyata, bahwa sebutan ‘gila’ atau ‘majnun’ kepada seseorang tidaklah benar. Sebab yang tampak tak selalu mencerminkan kenyataan, seperti halnya buku. Bukankah tidak dibenarkan untuk menjudge sebuah buku dari covernya saja? Begitupun manusia. Bagi manusia yang diciptakan biasa-biasa saja, kita terlalu biasa menilai seseorang dari hal yang tampak atau lahiriah. Sementara Tuhan?

Tuhan tidak hanya memandang lewat lahiriah belaka, melainkan menitik beratkan pada penilaian batiniah. Yang berpenampilan bak orang shaleh dan alim, tak bisa kita jamin bahwa orang tersebut adalah orang shaleh dan ‘alim. Begitupun sebaliknya bagi orang yang berpenampilan tidak meyakinkan. Justru kita kerap kali menemukan hal yang berbeda, bertolak belakang 180 derajat.

Orang yang berpenampilan menawan, berjas, kacamata mahal, mobil mewah, justru adalah orang-orang yang jatuh bangun perekonomiannya. Sedangkan orang yang hanya mengenakan kaus pendek, celana boxer, motor bebek kemana-mana malah orang yang sudah sangat mapan. Orang yang kita kenal dengan sebutan agamawan justru malah memikirkan dunia lebih dari porsi seharusnya. Dan orang yang terlihat biasa, sehari-hari ke sawah, ladang, bertani, berdagang, justru jauh mementingkan kehidupan ukhrawinya.

Mereka menjadikan pekerjaannya sebagai ibadah, niat menghamba pada Nya. Kita bagian mana? Apakah kita termasuk yang mementingkan penampilan dengan melupakan sisi batiniah? Kembali kepada pembahasan tentang sebutan ‘gila’. Kerap kali, yang mendapat sebutan gila adalah orang-orang yang berpenampilan compang-camping, bicaranya ngalor-ngidul, bertentangan dengan kebanyakan orang, dan sering out of the box.

Namun rata-rata, mereka merupakan para sufi, orang-orang yang zuhud, tekun beribadah, sangat takut kepada Tuhan, dan melampaui orang-orang sehat dalam hal berpikir. Sehingga tidak heran jika kemudian mereka disebut sebagai orang yang sangat cerdas spiritualnya, meski kemudian dianggap ‘gila’ atau ‘sinting’.

Baca Juga  Ungkapan Cinta Allah: "Like and Dislike" Dalam Al-Qur'an

Banyak sekali kata-kata indah yang terucap, juga akhlak mulia, dan perilaku terpuji mereka dalam kehidupan sehari-hari. Sampai-sampai pepatah Arab mengatakan “Khudz al-hikmah walau min dubur al-dajaj”  (Ambillah kebijaksanaan meskipun keluar dari pantat ayam). Bahkan dalam hadis yang diriwayatkan Imam Tirmidzi dan Ibn Majah menyebutkan “Kebijaksanaan ibarat benda yang hilang milik orang Mukmin. Di manapun orang mukmin mendapatkannya, dia yang paling berhak mengambilnya.”

Sehingga tidak ada salahnya kita mengambil pelajaran tersurat dari orang-orang yang terlihat ‘gila’ tersebut. Lagi pula, kita juga pasti telah menghafal pepatah Arab tentang mengambil kebaikan. “Unzhur ma qala wa la tanzhur man qala” (Lihatlah apa yang dikatakannya, jangan lihat siapa yang mengatakan).

Banyak sekali orang yang dianggap gila pada ribuan tahun yang lalu, namun ternyata mereka memiliki pemikiran yang cerdas. Bahkan, Rasulullahpun pernah dianggap gila oleh kaumnya saat itu. Dengan ajaran yang dibawanya, Rasulullah mendapatkan cacian dan cap ‘gila’ karena ingin menghilangkan kepercayaan masyarakat saat itu. Beliau dianggap gila karena dituduh menyesatkan warga dari ajaran nenek moyang, sehingga terjadi upaya pembunuhan beliau yang akhirnya membuat beliau bermigrasi ke Yatsrib yang kini disebut dengan Madinah.

Yang disampaikan Rasulullah adalah monoteisme, kemuliaan, dan akhlak terpuji. Hal tersebut bertolak belakang dengan sesuatu yang dipertahankan kaum kafir Quraisy yang mempertahankan keyakinan kepada dewa yang dibalut dengan perbudakan, penistaan terhadap kaum wanita, perbudakan, judi, mabuk-mabukan, dan tindak buruk lainnya.

Namun, apakah dengan demikian Rasulullah benar ‘gila’? dan yang mengusirnya adalah orang-orang waras? Gila hanyalah sematan bagi orang-orang yang tak ingin mengikutinya. Setelah 1442 tahun yang lalu, kini ajaran yang dibawa Rasulullah telah mengisi setiap sudut-sudut kota di dunia ini. Meski dianggap ‘gila’, Rasulullah tetap gigih dalam memperjuangkan Islam, hingga anggapan ‘gila’ tersebut telah berbuah manis bagi seluruh manusia.

Baca Juga  Hijrah: Fondasi Nilai Kebangkitan Islam dan Perubahan di Masa Depan

Editor: Rubyanto