Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Ragam Bentuk Living Quran dalam Pendekatan Ilmu Sains

Living Quran
Gambar: https://www.icsumut.com/

Living Quran yang sebenarnya bermula dari fenomena Quran in Everyday Life. Yakni makna dan fungsi Al-Quran yang benar-benar dipahami dan dialami masyarakat Muslim. Sesuatu yang belum menjadi objek studi bagi ilmu-ilmu Al-Quran konvensional. Adapun bahwa fenomena sudah ada embrionya sejak masa yang paling dini dalam sejarah Islam adalah benar adanya.

Tetapi bagi dunia Muslim yang saat itu belum terkontaminasi oleh berbagai pendekatan ilmu sosial yang notabene produk dunia Barat. Dimensi sosio kultural yang membayang-membayangi kehadiran Al-Quran tampak tidak mendapat porsi sebagai objek studi. Ilmu pengetahuan atau sains akan selalu beriringan dengan Al-Quran. Oleh karenanya studi Living Quran pula senatiasa menjadi objek sains yang menarik.

Mengenal Lebih Dekat

Ditinjau dari segi bahasa, Living Quran adalah gabungan dari dua kata yang berbeda, yaitu living, dan Quran. Kata living sendiri berasal dari bahas Inggris yang memiliki dua makna, yakni “yang hidup” dan “menghidupkan”. Sehingga terdapat dua terma yang mungkin ada, yakni the living Quran yang artinya Al-Quran yang hidup dan living the Quran yang bermakna menghidupkan Al-Quran.

Meski demikian, keduanya sama-sama merupakan kajian al-Quran yang sangat melekat dengan praktik sosial dan budaya. Sehingga dapat dijadikan kajian ilmiah-akademis dimana keduanya memiliki sifat dan karakter yang berbeda.

Kajian dengan terma yang pertama, living the Quran bersifat etis dan sangat terikat oleh otentisitas, otoritas dan orisinalitas teks tradisi kenabian. Maka tidak heran jika kajiannya terkesan kaku, bahkan tidak jarang terkesan memaksa. Sedangkan kajian yang kedua, the living Quran basis utamanya merupakan data fenomenologis, data sosial atau data lapangan, sehingga sangat epik dan tidak terikat oleh otentsitas teks.

Baca Juga  5 Ayat Populer Tentang Nabi Isa di dalam Al-Qur’an

Living dan kaitannya dengan Al-Qur’an merupakan model penelitian yang menjadikan fenomena yang hidup di tengah masyarakat muslim sebagai objek penelitiannya. Penelitian ini pada dasarnya merupakan penelitian sosial dengan keragamannya. Hanya karena penelitian sosial ini bersinggungan dengan fenomena keagamaan dan berkaitan dengan Al-Quran, maka pada pekembangannya diinisiasikan ke dalam wilayah studi Quran.

Sains dalam Studi Living Quran

Sains akan senantiasa beriringan dengan Al-Quran serta kehidupan manusia, maka dalam studi living ada beberapa pendekatan yang cukup relevan dengan kehidupan, anatara lain;

Pertama, pendekatan etnosains. Secara sederhana etnosains adalah adalah cabang pengkajian budaya yang berusaha memahami bagaimana pribumi memahami alam mereka. Pribumi biasanya memiliki ideologi dan falsafah hidup yang mempengaruhi mereka mempertahankan hidup. Kaitannya dengan studi living Quran bahwa Al-Quran harus hidup di tengah kehidupan masyarakat tanpa membatasi dan melarang budaya setempat. Tentunya budaya yang dimaksud bukanlah budaya yang bersifat negatif dan bertentangan dengan Al-Quran.

Kedua, pendekatan hypno Quran. Selanjutnya ada pendekatan hypno Quran. Dalam bahasa lain disebut juga hypno teraphy adalah bagaimana Al-Quran bisa menjadi solusi bagi kesehatan mental dan fisik setiap manusia. Dan hypno Quran pula sangat terkait dengan studi living Quran itu sendiri. Sebab Al-Quran bisa sebagai obat yang menyembuhkan hati.

Ketiga, pendekatan ekologi. Pendekatan ekologi mengatur bagaimana hidup harus berinteraksi dengan sesama makhluk lain, antara manusia dan hewan, tanaman dan sebaliknya. Tentunya hal tersebut sudah diatur pula dalam Al-Quran, bagaimana harus beradab pada makhluk hidup lain dan hal tersebut apabila diterapkan, maka secara tak langsung Al-Quran hidup dalam diri setiap orang yang

Kempat, pendekatan medis dan kesehatan masyarakat. Pendekatan ini adalah metode yang paling relevan dengan studi living Quran. Sebab dalam suatu masyarakat dan dalam teknik pengobatan ala Islam ada yang disebut ruqyah, yang kemudian metode ini digunakan untuk mengobati seseorang dengan menggunakan Al-Quran. Maka dalam aspek medis dan kesehatan masyarakat adalah yang paling relevan dengan studi ini.

Baca Juga  Peran Dzikir dalam Menjaga Kesehatan Mental dan Kebahagiaan Hidup

***

Kelima, pendekatan digital etnografi. Kemudian ada pendekatan digital etnografi adalah jenis metode penelitian yang diterapkan untuk mengungkapkan makna sosio-kultural dengan mempelajari keseharian pola hidup dan interaksi kelompok dalam konteks virtual yang spesifik. Dalam studi living Quran, bahwa pendekatan ini menjadi salah satu metode dalam mengetahui bahwa suatu masyarakat menerapkan atau tidak Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari.

Dari beberapa pendekatan di atas, bahwa ilmu living Quran ini masih terbilang baru dalam perkembangannya. Namun Al-Quran sudah menjadi jati diri masyarakat Islam itu sendiri. Oleh karenanya sangat masuk akal apabila Al-Quran terus relevan dengan perkembangan zaman.

Penyunting: Bukhari

Mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Cirebon Fakultas Agama Islam, Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir serta di Fakultas Hukum Program Studi Ilmu Hukum