Salah satu dalil yang menunjukkan wujud adanya Allah ialah maujudnya alam semesta dan seisinya. Allah menjadikan alam untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup-Nya, termasuk kebutuhan manusia. Sebagai hubungan timbal balik, Allah memberikan misi kepada manusia untuk menjadi khalifah yang mengatur dan memakmurkan seluruh makhluk hidup di bumi.
Seiring berjalannya waktu, tidak semua manusia dapat mengemban amanah dengan baik. Di antara mereka ada yang melakukan kerusakan di muka bumi, baik dengan kejahatan sesama manusia maupun kepada makhluk lain. Seperti hewan dan tumbuhan. Jika terus dibiarkan, kerusakan dan kejahatan terhadap hewan dan tumbuhan akan menyebabkan kerusakan yang lebih parah lagi. Seperti rusaknya ekosistem dan hilangnya mata rantai makhluk hidup yang pastinya akan berdampak pula kepada manusia.
Larangan Berbuat Kerusakan di Muka Bumi
Larangan merusak bumi, termasuk hewan dan tumbuhan tertuang dalam Q.S. Al-A’raf : 56 yang berbunyi :
Artinya: “dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.”
Ibnu ‘Asyur mengatakan bahwa kerusakan pada setiap bagian dari bumi sama halnya melakukan kerusakan pada keseluruhannya. Terkadang adanya sebagian kerusakan dapat merampas kemaslahatan yang ada, melebihi bahaya yang ditimbulkan dari kerusakan itu sendiri. Berbeda halnya jika manusia memanfaatkan sesuatu sesuai kebutuhannya, maka itu diperbolehkan.
Contohnya menebang pohon untuk diolah menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat. Jelasnya, yang dimaksud kata ifsad pada ayat tersebut ialah melakukan kerusakan yang dapat melebihi bahaya yang ditimbulkan. (Tafsir at-Tahrir wa at-Tanwir)
Perintah Menyayangi Makhluk Allah
Sifat-sifat Allah termanifestasikan kepada makhluk-makhluk-Nya. Di antara sifat yang termanifestasikan tersebut ialah sifat rahman-Nya. Sifat ini secara mendasar dimiliki oleh semua makhluk, terlebih lagi pada manusia.
Walaupun demikian, tidak semua manusia memiliki kadar pengasih yang sama. Banyak juga manusia yang memiliki sedikit belas kasih. Oleh karena itu, untuk meningkatkan sifat pengasih tersebut, banyak pula anjuran dan perintah agar manusia lebih berbelas kasih kepada makhluk hidup yang lain. Di antara perintah tersebut ialah sabda Rasulullah saw yang diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr yang berbunyi :
Artinya: “Orang-orang yang pengasih akan dikasihani (Tuhan) yang Maha Pengasih, Maha Suci dan Maha Tinggi (Allah). Sayangilah siapapun yang ada di muka bumi, niscaya orang yang ada di langit (para Malaikat) akan mengasihimu.” (H.R. At-Tirmidzi)
Dalam hadits lain, begitu pentingnya menyayangi makhluk lain. Bahkan terhadap hewan yang disembelih untuk dimakan saja harus diperlakukan hati-hati selama makhluk itu masih bernyawa. Rasulullah bersabda :
Artinya:“Barangsiapa menyayangi meskipun terhadap hewan sembelihan, niscaya Allah akan merahmatinya pada Hari Kiamat.” (HR. Bukhari)
Pada intinya, penting menyayangi makhluk Allah yang ada di muka bumi, baik alam, tumbuhan maupun hewan. Untuk merefleksikan pentingnya kasih sayang terhadap hewan dan tumbuhan, Indonesia memiliki peringatan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional pada tanggal 5 November. Peringatan ini pertama kali diprakarsai oleh Presiden Soeharto pada tahun 1993 dengan mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 1993 tentang Satwa dan Bunga Nasional.
Penyunting: Ahmed Zaranggi Ar Ridho
Kanal Tafsir Mencerahkan
Sebuah media Islam yang mempromosikan tafsir yang progresif dan kontekstual. Hadir sebagai respon atas maraknya tafsir-tafsir keagamaan yang kaku dan konservatif.