Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Q.S Al-A’raf 31: Outfit Antara Kebutuhan dan Tuntutan Zaman?

Sumber: https://in.pinterest.com

Mencermati sebuah fenomena yang sangat marak dikalangan masyarakat zaman now yang mana sebuah perilaku gaya hidup yang hedon. Hedonis ini merupakan perilaku yang mengindikasikan sebuah kemewahan, kesenangan, menghamburkan uang demi sebuah trend. Berfoya-foya demi dilihat dan dinilai lebih modis dan stylis, khususnya persoalan outfit.

Tak banyak orang berlomba-lomba memamerkan barang- barang yang mereka beli apakah branded atau kw super dan sebagainya. Perilaku yang seperti ini padahal mengarahkan kita pada lubang sebuah bencana. Bagaimana tidak, coba diperhatikan secara seksama bahwa orang akan berlomba-lomba membeli barang yang tak sesuai dengan kebutuhannya.

Demi sebuah gaya hidup, sebagian dari khalayak masyarakat milenial lebih memilih menghabiskan waktunya di cafe, mall, hotel dll. Bahkan merelakan uang nya habis dan terkesan menghamburkan demi sebuah kesenangan sesaat. Jika difikir ulang sebaiknya uang tersebut bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan primer atau ditambung untuk mempersiapkan masa depan.

Fenomena Hedonisme

Hedonisme pun terlihat dalam bergaya dan berpakaian atau istilah yang sering digunakan “Outfit”. Kegiatan beli-membeli pakaian yang mahal menjadi sebuah hal wajib bagi penganut ini. Tak heran jika mereka rela merogoh kocek nya lebih dalam untuk membeli pakaian serta aksesoris yang branded. Sehingga jerat hedonisme ini membuat masyarakat terkesan menghalalkan segala cara untuk meraih barang yang diidam-idamkan.

Gaya hidup yang seperti ini memiliki dampak yang kurang baik bagi finansial, hal itu terlihat bagaimana semua barang-barang model terbaru dipamerkan di seluruh jagad digital melalui seluruh marketplace bahkan story di media sosial.

Belum lagi didukung dengan berbagai tawaran dari berbagai marketplace online seperti:  buy now, pay later” (beli sekarang, bayar nanti), gratis ongkos kirim dengan belanja Rp.0, diskon besar dll. Dengan tawaran yang seperti ini pastinya, sangat menggiurkan para customer membeli barang-barang yang dipamerkan di marketplace tersebut tanpa meninjau kebutuhan apa hanya ingin memenuhi hasrat belaka.

Baca Juga  Ternyata Ibadah Selalu Berhubungan dengan Fenomena Waktu

Seperti layaknya bermedia sosial, orang yang memiliki gaya hidup hedomime akan semakin asyik berselancar didunia maya dan tak pernah puas untuk men-scrol hingga lupa waktu. Begitu pula belanja Outfit yang tanpa sadar dompet pun menjerit. Gaya hidup hedonisme juga tak lepas dari pengaruh lingkungan sekitar dimana sebagian sudah terkene westernisasi (gaya hidup kebarat-barat an) bahkan yang lagi marak gaya outfit yang berbau ala korean style.

Cara Berpakaian di dalam Al-Qur’an

يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْاۚ اِنَّه لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ

Artinya: Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. (QS. Al-A’raf [7]:31)

Dalam tafsirnya Ibnu Abbas (647 M), menerangkan asbab nuzul pada ayat ini. Dimana pada zaman jahiliyah, masyarakat Arab berthawaf di Ka’bah dalam keadaan telanjang, maka Allah Swt memerintahkan untuk memakai pakaian selayaknya orang yang berpakaian dan tidak telanjang. Karena, itu merupakan prilaku ishraf atau berlebih-lebihan.

Kemudian turunlah ayat ini yang mengisyaratkan sebuah kewajiban untuk berpakain. (Tafsir Ibnu Abbas, 326). Ibnu Katsir dalam tafsirnya, Lubabut Tafsir menyatakan perbuatan Ishraf yang dimaksud disini adalah seseorang tak boleh melakukan sebuah tindakan menghalalkan dengan penghalalan yang haram atau pengharaman yang halal. Allah Swt sebenarnya telah menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram itulah yang merupakan keadilan yang diperintahkannya. (Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 3, 373).

Pemaknaan Outfit dan Hedonis dalam Tradisi Tafsir

Dalam merespon beberapa perilaku hedonis dan ber-outfit di dalam tafsir Al-Misbah, Quraish Shibab menafsirkan ayat tersebut dengan menyerukan pada etika berpakaian. Ada tiga titik poin penting, yaitu: menutupi aurat, mempercantik pakaian moril (baca: taqwa), serta memperhatikan kebersihan dan kesucian pakaian. Awy A.Qolawun atau yang dikenal dengan Gus Awy menitikkan pada tiga syarat dalam berpakaian yakni: Menutup aurat, Kain yang digunakan tidaklah transparan, model pakaian yang dikenakan tidak mengilustrasikan bentuk tubuh muslimah. (Awy, Islam Q.A, 110)

Begitupula Tafsir Kementerian Agama RI menginterpretasikan ayat ini bahwa Allah memerintahkan agar memakai pakaian yang baik dalam beribadah, baik ketika salat, tawaf, dan ibadah lainnya. pakaianmu yang bagus yaitu pakaian yang dapat menutupi aurat kalian atau bahkan yang lebih dari itu ketika kalian beribadah, sehingga kalian bisa melakukan salat dan tawaf dengan nyaman, dan lakukanlah itu pada setiap memasuki dan berada di dalam masjid atau tempat lainnya di muka bumi ini.

Baca Juga  Aerodinamika dalam penafsiran QS. Al-Mulk ayat 19

Syair-syair Arab pun merespon tentang pentingnya memprioritaskan dan menyibukkan dalam mempercantik adab dan perangai daripada hedonis dalam ber outfit syair tersebut artinya: janganlah kamu melihat dari sesorang dari outfit-nya # apabila kamu ingin mengenalnya (lebih dalam) maka lihatlah dari adabnya

Dari beberapa pandangan yang penulis kutip diatas, maka setidaknya ada dua poin penting bagaimana Islam merespon trend hedonis dan outfit agar tidak over hingga melampaui batas. Diantaranya:

2 Respon Islam dalam Mengatur Pakaian

Pertama, Prioritaskan kebutuhan Primer. Dalam memilih outfit dan ber outfit pada hakikatnya tidak harus mengikuti trend, branded, mahal, hallyu (berbau korea) dll. Mari menghayati seharusnya seseorang menyesuikan dengan kebutuhan fisik, memahami fashion match pada diri sendiri, pakailah pakaian yang tidak beresiko, baik pada dompet, financial, materi, size, serta yang terakhir cocok untuk digunakan.

Tentunya ketika sesorang mampu memfilter mana yang harus dipenuhi bukan mengikuti zamn kestabilan financial seorang akan membaik dan tertata. Efeknya pun sangat lah baik yang mana barang-barang yang dibeli pun tak numpuk dan tak terkesan mubazir.

Sebagai bahan renungan bahwa ayat yang disebutkan diatas bahwa Allah Swt tidak lah suka dalam berlebih-lebihan dalam segala aspek. Sebut saja, dalam mengkonsumsi makanan secara berlebihan para ilmuan mengatakan bahwa tubuh tidak menyerap semua makanan yang masuk, tetapi hanya mengambil secukupnya, kemudian berusaha membuang yang tersisa lebih dari kebutuhan. Di samping itu, lambung dan alat-alat pencernaan lainnya akan terporsir dan mengalami gangguan. Dengan begitu, seseorang akan menderita penyakit tertentu.

Kedua, nyaman dan sederhana. Dari pada sibuk dan maksain ngikut trend tapi endingnya membikin seseorang tersiska baik pada badan, dompet serta fikiran. Misi daripada ber outfit tak lain dan tak bukan guna melindungi diri, menutup aurat, sebagai bukti bahwa kita (manusia) itu makhluk yang beradab. Bukan untuk pamer outfit kepada orang lain. Hal itu senada dengan hadis yang diriwayatkan Ahmad bin Ja’far Al Qathi’i bahwa Rosulullah Saw bersabda:

Baca Juga  Membangun Resiliensi Hidup: Belajar dari Nabi Yusuf dan Nabi Yaqub

الْبَذَاذَةُ مِنَ الْإِيمَان، الْبَذَاذَةُ مِنَ الْإِيمَان.

Artinya: “Berpenampilan sederhana termasuk bagian dari iman, berpenampilan sederhana merupakan bagian dari iman (yaitu tawadhu dalam berpakaian).” (Mustadrak al-Hakim, 18).

Dengan ini, maka menjadi perenungan bahwa perbuatan Ishraf (berlebih-lebihan) dalam ber-outfit menjadikan sebuah manifestasi setan dan sepatutnya semangat kesederhanaan Rosulullah dan para Ulama menjadi kunci berpakaian yang sebenarnya. Wallahu A’lam.

Penyunting: Ahmed Zaranggi Ar Ridho

Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, Prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir. Bisa dihubungi melalui: Twitter: @ayasriyan, Instagram: @ayasriyan