Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Politik Sebagai Jalan Mengaktualisasi Ibadah

politik
Sumber: freepik.com

Mungkin bagi sebagian orang mendengar kata politik, akan mempersepsikan bahwa politik itu tidak baik, permainan kotor, politik itu hanya permainan para kaum elit saja. Dominan melihat politik sebagai perusak sistem tatanan sosial di masyarakat. Tidak sedikit kita melihat, banyak orang yang saling memutuskan silaturahim, memurtuskan tali persaudaraan diakibatkan hanya perbedaan jalan politik. Sehingga persepsi yang muncul di masyarakat sudah pasti menganggap bahwa politik tidak cocok untuk dilaksanakan.

Politik pada pengertian secara umum ialah jalan atau cara dalam mencapai sesuatu. Jika merunut pengertian tersebut apa yang di lakukan seluruh umat manusia secara tidak sadar adalah sedang melakukan cara-cara politik untuk mencapai sesuatu yang di inginkan.

Pandangan Islam Terhadap Politik

Islam dalam memandang politik, merupakan pengejewantahan dari ajaran Islam yang mengatur seluruh sendi kehidupan yang di dalam Islam disebut dengan siyasah. Terminologi siyasah berarti mengatur, mendiidk dan secara asal ususl kata siyasah bisa di hubungkan Negara dan kekuasaan. Dalam Qur’an surah al-Baqarah ayat 30 menjelaskan bahwa tugas manusia diciptakan di muka bumi untuk menjadi khalifah fil ardh, sebagai wakil Allah di muka bumi ini untuk mengatur kehidupan umat manusia termasuk dalam proses politik.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Muhammad Natsir “berpolitik adalah aktualisasi dari ibadah, berarti mematuhi perintah Allah” sebagaimana dijelaskan dalam Quran surah Adz Dzariyat ayat 56. Walaupun hanya sebagaian kelompok saja yang menanggap bahwa dengan jalan politik, untuk mencipatakan kedamaian, serta sistem yang tertata, maka umat islam harus ikut terlibat dalam merealisasikan syariat Agama tersebut.

Dalam buku yang ditulis oleh cendekiawan muslim Ahmad Najib Burhani mengatakan agama adalah politik itu sendiri, para Nabi adalah politkus sejati. Pernyataan Ahmad Najib Burhani tentunya memiliki alasan bahwa, jika melihat sejarah para Nabi banyak yang melakukan pengaktualisasian dari politik Islam itu sendiri.

Baca Juga  Pendidikan Kader Ulama (PKU), Apa Pentingnya?

Musa as, yang dikenal sebagai pembebas kaum tertindas dari otoritarianisme Firaun terhadap kaum bani israil, Ibrahim melawan tradisi buta dalam penyebahan berhala, sebagai revolusi dalam menggunakan akal untuk melawan berhala. Begitu pula Nabi Muhammad Saw hadir memperjuangkan nasib orang-orang lemah (hamba sahaya) yang mengalami penindasan dari para kaum borjuis suku Quraisy mengajarkan kasih sayang dan hidup dalam kedamaian (Burhani, 2016). Jika melihat kisah maupun sejarah yang dituliskan oleh sejarawan, tidak ada kemudian Nabi datang untuk melanggengkan kekuasaan yang egaliter dan otoriter, melainkan meruntuhkan dan memusnakahkan status quo.

Islam Rahmatan Lil Alamin

Politik merupakan alat yang sangat luar biasa dalam merealisasikan pembaharuan. Islam sebagai agama rahmatan lil alamin akan tercapai jika seluruh sendi kehidupan manusia mampu berasakan nilai-nilai Islam. Ali Syariati seorang tokoh revolusioner muslim Irak berkata “sebuah negara akan tetap berdiri kokoh walaupun di dalamnya terdapat kekufuran, namun sebuah Negara tidak akan bertahan kokoh jika di dalamnya terdapat ketidak adilan”.

Dalam pandangan Islam, adil merupakan penyamaan atau pemerataan atas semua hak sebagai warga Negara yang memiliki kesamaan dalam hukum, tanpa membedakan golongan, ras maupun agama. Jauh sebelum negara ini terbentuk, Nabi Muhammad sudah menghapuskan sekat antara kelas-kelas yang di pandang dari status sosial dengan persaudaraan Islam. Nabi Muhammad menyatukan kaum Anshor dan kaum Muhajirrin dalam bingkai persaudaraan Islam.

Di Indonesia banyak kemudian tokoh nasional yang memilih jalan politik Islam sebagai jalan perjuangannya dalam menciptakan keamain. Bukan untuk mendapatkan kekuasaan dan lain sebagainya. Sutan Syahrir, Muhammad Natsir, dan Wilopo, mereka rela meninggalkan jabatannya ketika melihat situasi di mana tujuan politik bukan lagi semata-mata untuk kepentingan rakyat. Maka mereka rela meninggalkan jabatan tersebut.

Baca Juga  Lailatul Qadar dan Pergeseran Orientasi Ibadah

Islam sebagai agama saat ini dipandang sebagai ritual semata saja, padahal Allah itu sang at mencintai hambanya. Maka saling mencintai sesama manusia itu adalah aktualisasi dari perwujudan politik Islam yang harus memihak kepada kepentingan rakyat. Maka pada dasarnya nilai-nilai politik Islam itu sudah terwujudkan dalam lima sila pancasila yang diyakini sebagai hasil pemikiran para tokoh bangsa ini. Dan nilai Islam tentunya sudah terwujudkan di dalamnya.            

Maka, tidak perlu menjadi negara Islam untuk mengaktualisasikan ajaran Islam, namun kita bisa berkaca kepada para tokoh bangsa ini yang sudah banyak memberikan kontribusi terhadap negara ini. Saatnya orang Islam masuk ke parlemen, mengubah pola dan cara pandang. Dan orang Islam yang sudah di parlemen maka wajib hukumnya memperjuanngkan nilai Islam untuk menjadi sendi kehidupan manusia dan rakyat Indonesia.

Editor: An-Najmi Fikri R