Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Petuah Lukman Untuk Generasi Digital: Kembali Ke Nilai Qur’an

Nasehat Qurani Lukman
Sumber: pinterest.com

Di tengah derasnya arus modernisasi, globalisasi, dan penetrasi teknologi digital, Generasi Z menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi pada generasi sebelumnya. Identitas, nilai, dan arah hidup menjadi pertanyaan besar dalam kehidupan mereka yang serba cepat dan penuh gangguan. Dalam kondisi seperti ini, petuah langit dalam Surat Lukman ayat 12–19 datang sebagai oase spiritual yang membimbing manusia muda kembali pada nilai-nilai kebijaksanaan, akhlak, dan tauhid.

Surat Lukman merupakan salah satu surat yang mengandung inti pendidikan keluarga dan nilai-nilai moral universal. Ayat-ayat ini menjadi warisan berharga dari seorang ayah bijak kepada anaknya, sekaligus menjadi pedoman abadi yang tetap relevan sepanjang zaman. Imam Al-Qurthubi dalam Tafsīr al-Qurṭubī menegaskan bahwa Lukman bukan hanya tokoh sejarah, tetapi lambang keahlian yang lahir dari iman, bukan sekedar kecerdasan intelektual semata.[1]

Lukman dan Nasehat Pertama: Tauhid sebagai Pondasi Kehidupan

Lukman mengawali nasehatnya dengan hal yang paling mendasar, adalah tauhid. Dalam QS. Lukman: 13, Lukman menasehati anaknya agar tidak mempersekutukan Allah. “Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah! Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” Ini bukan hanya sekedar pesan agama, melainkan fondasi eksistensial manusia. Dalam kontek sekarang, syirik tidak hanya berarti penyembah berhala. Akan tetapi, ia juga bisa berwujud pada ketergantungan yang berlebihan pada popularitas, media sosial, atau bahkan pencitraan.

Imam Fakhruddin ar-Razi menjelaskan bahwa nasehat ini menandakan pentingnya akidah sebagai pilar pertama dalam pendidikan anak. sebab, siapapun yang tidak mengenal tuhannya akan tersesat oleh dunia yang penuh sandiwara.[2] Bagi anak muda, ini adalah sebuah ajakan untuk kembali kepada hakikat kehidupan. Yaitu mengenal Allah dan memahami tujuan dari penciptaan. Dalam konteks ini ialah memahami bahwa tujuan penciptaan bukan hanya bertujuan untuk membuat manusia menjadi populer dan viral saja.

Baca Juga  Tafsir Surah Ali Imran Ayat 8: Doa Keteguhan Hati

Ajakan Lukman untuk Bersyukur dan Berbakti kepada Orang Tua

Dalam QS. Lukman: 14-15, terdapat penekanan syukur kepada Allah dan rasa hormat kepada kedua orang tua. Lebih-lebih terhadap ibu yang telah mengandung dan melahirkan dengan susah payah. Menariknya, Allah menyandingkan ketaatan kepada-Nya dengan berbuat baik kepada orang tua, selama tidak mengajak kepada kemaksiatan. Di tengah budaya yang  semakin individualistik, ayat ini mengingatkan bahwa keberadaan kita hari ini merupakan hasil jerih payang orang tua, terutama ibu, yang telah membesarkan dan mendidik agar menjadi anak sholeh dan sholehah.

Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Aẓim menyebutkan bahwa ayat ini menunjukkan betapa besarnya hak kedua orang tua. Rasa syukur kepada keduanya adalah bentuk nyata dari rasa syukur kepada Allah.[3] Di tengah budaya individualistik Gen Z, penguatan kembali nilai birrul walidain menjadi sangat penting sebagai pijakan untuk membangun akhlak sosial.

QS. Lukman: 16: Kesadaran Diri & Moral

Lukman mengingatkan anaknya bahwa setiap amal, bahkan sekecil biji sawi, akan dilihat dan dibalas oleh Allah. Ini membangun kesadaran spiritual bahwa tak ada amal yang sia-sia. Konsep ini selaras dengan prinsip muraqabah, yakni kesadaran bahwa Allah senantiasa memperhatikan.

Di era digitalisasi, kebijaksanaan dalam bersosial media turun menjadi sebuah keprihatinan. Tak jarang anak muda memamerkan yang bertentangan dengan agama. Hal ini bertujuan untuk mengikuti tren yang ada agar tidak ketinggalan zaman. Padahal, Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa muraqabah adalah pilar penting dalam pembinaan jiwa. Ia menulis dalam Ihya Ulum ad-Din, “Barang siapa yang yakin bahwa Allah melihatnya, maka ia akan malu untuk berbuat dosa, meskipun dalam kesendirian.”[4] Nilai ini sangat relevan bagi anak muda yang hidup di balik layar, saat aktivitas online sering kali dipaksa batas antara moral dan insting setiap saat.

Baca Juga  Menafsirkan Ayat-Ayat Hubungan Antar Agama

Rendah Hati dan Adab Sosial

Dalam ayat terakhir dari nasehat Lukman (Dalam QS. Lukman: 18-19), Lukman menasehati agar tidak berlaku sombong, berjalan dengan angkuh, serta menegaskan suara. Ini adalah adab sosial yang mencerminkan sikap rendah hati. Sikap ini penting bagi Gen Z yang hidup di era media sosial, di mana pamer dan eksistensi sering kali melampaui esensi.

Syekh Nawawi al-Bantani dalam Tafsir Marah Labid mengingatkan bahwa esensi suara dan sikap tawadu adalah tanda kesempurnaan iman dan akhlak.[5] Ini bisa menjadi pegangan bagi generasi muda dalam ketenangan di dunia maya maupun nyata bahwa ketenangan dan adab lebih menunjukkan kekuatan dibandingkan sorotan dan sensasi.

Penutup: Menemukan Arah di Tengah Derasnya Zaman

Petuah Lukman bukan hanya kisah masa lalu, melainkan peta jalan spiritual bagi generasi muda hari ini. Di tengah hiruk pikuk zaman yang serba cepat, mereka membutuhkan panduan yang tidak hanya rasional, tetapi juga menyentuh jiwa. Ayat-ayat ini bisa menjadi cahaya penuntun dan membantu mereka untuk tetap teguh, rendah hati, dan terarah.

Generasi Z tidak kekurangan potensi. Namun, agar potensi itu tidak tersia-siakan, mereka perlu kembali ke nilai-nilai yang memberi makna hidup. Dan di dalam peta langit menunjukkan relevansinya: sederhana, manusiawi, namun penuh kekuatan yang membentuk jiwa.


Referensi

[1] Al-Qurṭubī, Tafsīr al-Qurṭubī , Juz 14, hlm. 61.

[2] Fakhruddin ar-Rāzī, Tafsīr al-Kabīr , Juz 21, hlm. 117.

[3] Ibnu Katsīr, Tafsīr al-Qur’ān al-‘Aẓīm , Juz 6, hlm. 337.

[4] Al-Ghazālī, Iḥyā’ ‘Ulūm ad-Dīn , Jilid 4, hlm. 45.

[5] Nawawi al-Bantani, Tafsir Marāh Labīd , Juz 2, hlm. 221.

Editor: Dzaki Kusumaning SM