Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Pesantren Pra Sarjana: Alternatif Penguatan Keagamaan

Sumber: https://www.unisba.ac.id/

Kata pesantren sering kita dengar. Namun, pernahkah kita mendengar pesantren pra sarjana? Nah, mengingat pesantren memiliki ciri yang unik dari sisi kajian, sosiologis, maupun manajemen. Maka, menarik untuk dikaji lebih lanjut. Baik dari sisi substansi dan dari sisi yang lainnya.

Adapun, dari sisi substansi kajian ada yang diperluas, diambil intisarinya, atau bahkan disesuaikan dengan kebutuhan lembaga. Termasuk di dalamnya diadopsi oleh PTKI untuk penguatan kajian dan mendorong kultur kebaikan dalam keagamaan bagi calon sarjana.

Di Cianjur, pola adopsi ini didesain oleh salah satu PTKI yang cukup terkenal, yaitu STAI al-Azhary al-I’anah. Faktanya, kegiatan Pesantren Pra sarjana telah berjalan hampir 7 tahun. Secara teknis dilakukan beberapa hari menjelang mahasiswa sidang skripsi. Kemudian, bukti partisipasi ini menjadi syarat pula bagi registrasi hak untuk mengikuti sidang skripsi.

Menilik Substansi Pesantren Prasarjana

Pesantren Pra sarjana dimaksudkan untuk mendukung pencapaian kompetensi sikap dan tata nilai, khususnya bidang keagamaan. Tetapi, pesantren yang dimaksud bukan untuk dijalankan secara penuh beberapa tahun, melainkan hanya beberapa hari.

Untuk mendukung kegiatan tersebut, pesantren diisi oleh beberapa kegiatan pembiasaan dan materi keagamaan. Nah, pembiasaan ini diarahkan pada salat, wiridan, dan praktik keagamaan yang berkembang di masyarakat.

Sedangkan yang berbentuk materi keagamaan, ditujukan pada pola piker dan tema keagamaan yang berkembang. Kemudian, membangun komitmen pengabdian di masyarakat, penguatan konten dan paradigma ilmu keagamaan. Serta model dakwah dan pengabdian di masyarakat.

Meskipun dilakukan beberapa hari, model yang dikembangkan diharapkan dapat menjembatani kesadaran dan penguatan pemahaman yang diproyeksikan kepada kiprah lulusan di masyarakat. Walaupun, tidak akan seperti pesantren pada umumnya. Namun, pola ini hanya mengadopsi kebiasaan dan materi yang dikembangkan di pesantren.

Baca Juga  Mengenal Tafsir Nusantara: Tafsir Rahmat karya Oemar Bakry

Kemudian, diambil intisarinya, dicoba dilatihkan, dan ditujukan pada pemberian kesan. Bahwa seperti itu kehidupan di pesantren terutama bagi mahasiswa yang belum mengenyam pesantren. Atau bagi yang pernah tinggal di pesantren, kegiatan ini memberikan kesan untuk menguatkan model mereka dalam mengembangan tema keagamaan.

Kesadaran akan Hidup di Masyarakat

Mahasiswa adalah bagian dari masyarakat dan akan terjun kepada masyarakat. Sehingga, lulusan PTKI yang disebut sarjana menjadi agen perubahan di masyarakat. Lalu, sebagai anggota masyarakat ia harus memberikan dampak kebaikan kepada lingkungannya.

Ruang sosiologis ini menjembatani pembentukan kembali pemanfaatan ilmu di masyarakat. Dengan begitu, mereka akan membutuhkan sarjana yang dapat memberikan kemanfaatan pada lingkungannya.  

Penguatan Pemahaman dan Praktik Keagamaan

Penyelenggara pesantren ini mengembangkan berbagai pemahaman keagamaan yang bermuara pada substansi keagamaan dan wawasan penguat pemahaman. Tidak hanya itu, pembiasaan ibadah menjadi bangunan kegiatan yang dikembangkan. 

Adanya salat berjamaah, salat duha, salat tahajud, dan praktik bacaan zikir dilakukan dalam satu kesatuan kegiatan yang dirancang. Mengingat, pembiasaan ini dapat membekali calon sarjana untuk terbiasa beribadah mahdah sebagai kesadaran makhluk yang mengabdi pada-Nya.

Di sisi yang lain, substansi keagamaan diarahkan pada pemahaman al-Qur’an, hadis, fikih, tasawuf, dan bahasa Arab. Yang menarik, penguatan ini tidak hanya untuk konten setiap disiplin ilmu, namun dikaitkan pula pada penguatan metodologi.

Meskipun mahasiswa pernah menuntaskan mata kuliah keislaman, kegiatan ini setidaknya memberikan penguatan kembali untuk mendalami kajian ilmu. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa Sarjana (S1) pada aspek pengetahuan mengacu pada penguasaan ilmu. Seperti halnya Magister (S2) untuk mengembangkan ilmu, dan Doktor (S3) untuk menemukan tesis bagi teori.

Sementara, metodologi pengkajian ilmu diarahkan pada berbagai model disiplin ilmu keislaman.  Seperti, pendekatan bahasa, sejarah, pendidikan, dan sosial. Melalui hal ini, penguatan konten dan metodologi dapat menunjukkan pula keseriusan dalam pengembangan kompetensi lulusan.

Baca Juga  Penggalian Ilmu Keagamaan Melalui Arkeologi Al-Qur'an

Proyeksi Kiprah di Masyarakat

Seorang sarjana memiliki fungsi sosial dalam mengubah masyarakat. Ia dikatakan sebagai sarjana yang berhasil, apabila dapar=t bermanfaat bagi masyarakatnya.

Dalam konteks ini, pesantren pra sarjana menyuguhkan materi untuk berkiprah di masyarakat. Misal, penguatan salat berjamaah, zikir setelah salat, dan upacara keagamaan dikenalkan pada mereka. Selain itu, pesantren prasarjana memberikan penguatan tentang kewirausahaan.

Kewirausahaan yang dimaksud bukan serta merta yang menghasilkan uang, meskipun penting.  Namun, kewirausahaan dilakukan untuk membangkitkan semangat, kreativitas, dan inovasi dalam membangun diri untuk melakukan perubahan di masyarakat.

Penyunting: Ahmed Zaranggi Ar Ridho