Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri serta membutuhkan orang lain dalam keberlangsungan hidupnya. Dalam kehidupan Islam setiap mukmin itu bersaudara dan perlunya menjaga persatuan serta kesatuan antar hubungan persaudaraan anggota masyarakat agar medapatkan limpahan rahmat.
Istilah persaudaraan dalam bahasa arab di kenal dengan ukhuwah. Maka pengertian ukhuwah tersebut dalam bahasa Arab (ukhuwwah) di ambil dari kata akha (أخا),kata ukhuwah pada dasarnya berakar dari akhun (أخ)yang jamaknnya ikhwatun(إخوة), artinya saudara. Kalau saudara perempuan disebut ukhtun(أخج), jamaknya akhwat (أخواث). Dari kata ini kemudian terbentuk al-akhu, bentuk mutsanna-nya akhwan, dan jamak-nya ikhwan (إخوان) artinya banyak saudara, dan dalam Kamus Bahasa Indonesiakata ini dinisbatkan pada arti orang yang seibu dan sebapak, atau hanya seibu atau sebapak saja. Arti lainnya adalah orang yang bertalian sanak keluarga, orang yang segolongan, sepaham, seagama, sederajat.
Selanjutnya dalam konteks masyarakat muslim, berkembanglah istilah ukhuwwah Islamiyah yang artinya persaudaraan antarsesama muslim, atau persaudaraan yang dijalin oleh sesama umat Islam. Atau lebih dikenal persaudaraan yang bersifat Islami atau persaudaraan yang diajarkan oleh Islam. Hal ini perlu dimasyarakatkan, karena dalam pandangan Al-Qur’an sendiri ditemukan banyak macam persaudaraan yang bersifat Islami.Demikian pula dalam hadis-hadis ditemukan banyak jenis persaudaraan, seperti persaudaraan yang dibangun oleh Nabi Muhammad saw ketika membangun negara Madinah, ada yang disebut persaudaraan kemasyarakatan, kebangsaan, persaudaraan antara muslim dan muslimserta selainnya.
Persaudaraan dalam Al-Qur’an
Dalam Al-Qur’an banyak terdapat kata persaudaraan ini salah satu ayat yang membahas tentang persaudaraan yaitu Q. S Al-Hujurat: 10
إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةٞ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَ أَخَوَيۡكُمۡۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat“.
Ayat ini turun berkaitan dengan pertengkaran yang mengakibatkan perkelahian dengan menggunakan alas kaki, antara kelompok auz dan khazraj. Kejadian ini dimulai ketika Rasullullah saw yang mnegendarai keledai melalui jalan dimana ‘Abdullah bin Ubay Ibnu Salul’ sedang duduk dan berkumpul dengan rekan-rekannya. Saat itu keledai Rasullullah buang air, lalu ‘Abdullah yang merupakan tokoh kaum munafikin berkata “lepaskan keledaimu karna baunya sangat mengganggu kami”. Sahabat nabi Abdullah Ibn Rawahaah ra menegur Abdullah sambil berkata “ Demi Allah, bau air seni keledai lebih wangi dari minyak wangimu” dan terjadilah pertengkaran yang mengundang kehadiran kaum masing masing-masing. Saat kedua kelompok saling memukul dengan pelepah kurma, sandal dan tangan, kemudian turunlah ayat ini.
Ayat di atas menjelaskan perlunya perdamaian dilakukan. perdamaian perlu dilakukan dan Ishlahperlu ditegakkan karena sesungguhnya orang-orang mukmin yang mantap imannya serta dihimpun oleh keimana, kendati tidak seketurtunan adalah bagaikan bersaudara seketurunan, dengan demikian mereka memiliki keterkaitan bersama dalam iman dan juga keterkaitan bagaikan seketurunan. Karena itu wahai orang-orang yang beriman yang tidak terlibat langsung dalam pertikaian antar kelompok-kelompok damaikanlah walau pertikian itu hanya terjadi antara kedua saudara kamu apalagi jika jumlah yang bertikai lebih dari dua orang dan bertaqwalah kepada Allah yakni jaga;lah diri kamu agar tidak ditimpa bencana, baik akibat pertikaian itu maupun selainnya supaya kamu mendapat rahmat anatara lain rahmat persatuan dan kesatuan.
Manusia Sebagai Makhluk Sosisal
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَٰكُم مِّن ذَكَرٖ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَٰكُمۡ شُعُوبٗا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓاْۚ إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٞ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal“.
Diriwayatkan oleh Abu Daud bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Abu Hind yang pekerjaan sehari-harinya adalah pembekam. Nabi meminta kepada Bani Bayadhah agar menikahkan salah seorang putrid mereka dengan Abu Hind, tetapi mereka enggan dengan alasan tidak wajar mereka menikahkan putri mereka dengannya yang merupakan salah seorang dengan budak mereka. Sikap keliru ini di kecap oleh al-Qur’an maka turunlah ayat ini.
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ketika fathu Makkah Bilal naik ke atas Ka’bah untuk adzan. Berkatalah beberapa orang: “apakah pantas budak hitam adzan di atas Ka’bah?”. Maka berkatalah yang lainnya : “Sekiranya Allah membenci orang lain pasti Allah akan menggantinya”. Maka turunlah ayat ini sebagai penegasan bahwa dalam islam tidak ada diskriminasi.
Ayat di atas menguraikan tentang prinsip dasar hubungan manusia. Karena itu ayat diatas tidak lagi menggunakan panggilan yang ditunjukkan kepada orang-orang beriman, tetapi kepada jenis manusia. Allah berfirman :Hai manusia seseungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan yakni Adam dan Hawa atau dari sperma laki-laki dan ovum perempuan, serta menjadiakn kamu berbangsa-bangsa juga bersuku-suku supaya kamu saling mengenal yang mengantar kamu untuk saling membantu dan saling melengkapi, sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal sehingga tidak adasesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya walau detak detik jantung dan niat seseorang.
Manusia seluruhnya berasal dari seorang ayah dan ibu. Maka kenapakah saling mengolok-olok sesama saudara, hanya saja Allah Swt menjadikan mereka bersuku-suku dan berkabilah-kabilah yang berbeda-beda agar diantara mereka terjadi saling mengenal dan tolong menolong dalam kemaslahatan mereka yang bermacam-macam. Namun tetap tidak ada kelebihan bagi seseorang pun atas yang lain, kecuali dengan taqwa dan kesalehan, di samping kesempurnaan jiwa bukan dengan hal-hal yang bersifat keduniaan yang abadi.
Dari beberapa penafsiran di atas, dapat dipahami bahwa Allah menciptakan manusia dari laki-laki dan perempuan (Adam dan Hawa), kemudian Dia menjadikan manusia menjadi bersuku-suku dan kabilah-kabilah dengan tujuan agar mereka saling mengenal dan tidak ada perbedaan sedikitpun dantara mereka melainkan dari segi ketaqwaan disisi-Nya.
Editor: An-Najmi
Leave a Reply