Kajian Al-Quran sejak dahulu sampai kini meliputi dua aspek, yakni nash (teks) Al-Quran dan sekitar nash (ma haula an-nashsh) Al-Quran. Dari sudut pandang yang lain ranah kajian Al-Quran itu empat, yakni teks Al-Quran dari segi kandungan maupun ekspresi kebahasaannya; teks tafsir; ulumul Quran; dan living Al-Quran, yakni resepsi masyarakat terhadap Al-Quran atau bagian-bagian darinya.
Ekspresi kebahasaan Al-Quran diteliti menggunakan berbagai metode penelitian kebahasaan, misalnya filologi, semantik, semiotik, dan pragmatik. Termasuk dalam kajian ekspresi kebahasaan Al-Quran ialah cara membaca (qira`at) Al-Quran yang beraneka ragam dan pembelajaran membaca Al-Quran dengan berbagai metode. Terdapat puluhan metode pembelajaran membaca Al-Quran dengan kelebihan dan kekurangannya, di ntaranya Qira`ati, Iqra’, Yanbu’ Al-Quran, Al-Barqi, dan 10 Jam Belajar Membaca Al-Quran karya penulis.
Pada era modern, kajian Al-Quran di Indonesia diwarnai penerjemahan Al-Quran ke dalam bahasa Indonesia oleh Mahmud Yunus, A. Hassan dan lain-lain. Menurut salah satu sumber, karya A. Hassan pernah akan diperbanyak oleh Pemerintah Saudi Arabia, dengan peremajaan bahasanya, tetapi ahli waris keberatan jika dilakukan perubahan.
Pada waktu yang hampir bersamaan para ulama mengalihbahasakan Al-Quran ke dalam bahasa Jawa, Sunda, Bugis dan lain-lain. Di antaranya karya Raden Muhammad Adnan yang disusun pada tahun 1924, Tafsir Al-Quran Suci Basa Jawi, Bakri Syahid, Al-Huda: Tafsir Quran Basa Jawi yang pernah dicetak ribuan eksemplar atas pesanan Presiden Soeharto. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama menyusun Al-Quran dan Terjemahnya pada tahun 1965.
Terjemah Al-Quran yang terbit dalam satu dasawarsa terakhir ini mengacu pada naskah terjemah Kementerian Agama. Di antara terjemah yang mengandung perbaikan atas terjemah versi Kementerian Agama ialah Al-Quran dan Terjemah Forum Pelayanan Al-Quran Yayasan Pelayan Al-Quran Mulia. Sedangkan terjemah Al-Quran yang dimaksud untuk mengoreksi terjemah Kementerian Agama adalah Al-Quran dan Tarjamah Tafsiriyah karya Ustadz Muhammad Thalib.
Adapun kajian Al-Quran dan Tafsir di Indonesia yang patut disimak antara lain karya Syu’bah Asa, Dalam Cahaya Al-Quran: Tafsir Ayat Sosial Politik, Jalaluddin Rahman, Konsep Perbuatan Manusia Menurut Al-Quran, M. Dawam Rahardjo, Ensiklopedi al-Qur’an, Dadang Hawari, Al-Quran dan Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Muhammad Chirzin, Jihad dalam Al-Quran, Kamus Pintar Al-Quran, Kearifan Al-Quran, Nur ‘Ala Nur: 10 Tema Utama Al-Quran, Permata Al-Quran, Perbandingan Penafsiran Muhammad Rasyid Ridha dan Sayyid Quthb tentang Jihad dalam Al-Quran, Muhammad Djarot Sensa, Quranic Quotent: Kecerdasan-kecerdasan Bentukan Al-Quran, Udo Yamin Efendi Majdi, Quranic Quotient: Menggali dan Melejitkan Potensi Diri Melalui Al-Quran, Nasaruddin Umar, Argumentasi Kesetaraan Gender dalam al-Qur’an, Kementerian Agama RI, Tafsir Tematik: Pembangunan Ekonomi Umat, Moderasi Islam, Air dalam Perspektif Al-Quran dan Sains, Islah Gusmian, Khasanah Tafsir Indonesia, Nasruddin Baidan, Perkembangan Tafsir al-Qur’an di Indonesia, Abdul Mustaqim, Epistemologi Tafsir Kontemporer.
Selain kajian-kajian tertulis dalam bentuk buku, jurnal dan majalah, di Indonesia juga marak kajian Ilmu Al-Quran dan Tafsir melalui bulletin, semisal risalah Jum`at, dan halaqah kajian di masjid-masjid, media sosial, baik radio, televisi, Face Book, WattsApp, Instagram, dan lain-lain. Sebagian merepresentasikan pemahaman Al-Quran tradisional, tekstual, dan sebagian lain modern, kontekstual dan moderat.
Pengembangan Kajian Ilmu Al-Quran dan Tafsir di Indonesia
Pengembangan kajian ilmu Al-Quran dan tafsir antara lain dengan penganekaragaman fokus kajian. Misalnya, kajian unsur-unsur munasabah dalam Al-Quran, kajian ulang kategorisasi ayat-ayat nasikh-mansukh dalam Al-Quran, kajian ulang kriteria ayat-ayat dan kategorisasi muhkam-mutasyabaih dalam Al-Quran. Kajian kisah-kisah Al-Quran dapat dirinci menjadi kisah-kisah dalam surat Al-Qashash, kisah-kisah dalam surat Al-Kahfi, dan tokoh-tokoh dalam surat Al-Baqarah. Kajian atas tafsir tahlili dapat dilakukan analisis perbandingan mengenai tema-tema tertentu dalam Al-Quran. Kajian atas sejarah Al-Quran bisa mempertajam analisis atas fenomena pewahyuan dan pembukuan Al-Quran 23 tahun.
Tema-tema aktual kajian Al-Quran yang diintegrasikan dan diinterkoneksikan dengan cabang-cabang ilmu pengetahuan lain, misalnya makna psikologis kisah-kisah dalam Al-Quran; nilai pendidikan dalam amtsal Al-Quran; Al-Quran tentang dorongan fisiologis, psikis dan spiritual manusia; dorongan bawah sadar, konflik batin dan pengendalian emosi menurut Al-Quran; Al-Quran tentang lupa, tidur, mimpi dan kematian, Virus N-Ach dalam Quran; dorongan beragama, berkompetisi dan motivasi berprestasi; kecerdasan majemuk dalam Al-Quran.
Tema-tema aktual yang lain yang patut dikaji dalam perspektif Al-Quran ialah negara, makanan, pakaian & perumahan, sumber daya alam, ilmu & teknologi, seni, hukum, mafia peradilan dan makelar kasus, khilafah Islam internasional, korupsi, HAM, inklusivisme, toleransi & persaudaraan, pluralisme dan fiqih lintas agama, keadilan sosial, illegal logging, trafficking, informasi dan komunikasi, money politic, donor darah dan organ tubuh.
Tujuan Pengkajian Al-Qur’an
Al-Quran memberikan ruang dan peluang untuk terus dikaji oleh siapa saja tanpa batas. Studi Al-Quran akan terus berlangsung dari waktu ke waktu, sejalan dengan perkembangan peradaban manusia, kehidupan sosial, ekonomi, politik, budaya, kemajuan ilmu pengetahuan, sains dan teknologi. Tujuan utama pengkajian Al-Quran adalah memetik petunjuk-petunjuknya sebagai pedoman hidup untuk kesejahteraan dan kebahagiaan manusia. Setiap Muslim niscaya mengambil bagian dalam pengabdian agung ini.[] 0
Leave a Reply