Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Peristiwa Gempa Bumi di Zaman Nabi Muhammad Saw

Sumber: istockphoto.com

Fenomena gempa bumi merupakan bencana yang biasanya menimbulkan berbagai kerusakan dan kehancuran yang memakan banyak korban jiwa. Gempa bumi telah dikenal selama ribuan tahun. Sejarah telah mencatat bahwa peristiwa gempa pertama, yang terjadi di Cina, terjadi pada tahun 1177 SM. Tercatat pula sepanjang sejarah, gempa terkuat terjadi di Chile pada 22 Mei 1960, dengan kekuatan getaran 9,5 skala richter. (Noor Fazilah Mohd Basiron, 2015)

Dalam Ensiklopedi Islam (1993), sumber yang diperoleh dari US Geological Survey, peristiwa gempa tersebut mulai dicatat pada tahun 1700 Masehi. Peristiwa gempa berlanjut selama lebih dari dua puluh tahun. Selanjutnya, bencana gempa bumi yang semakin sering terjadi sebelum tahun 1800 M meningkat hampir setiap tahun. Mulai tahun 1890 M kejadian gempa hampir setiap tahun dan terkadang bencana tersebut terjadi beberapa kali dalam tahun yang sama. Pada abad ke-20, bencana gempa lebih sering terjadi jika kejadian gempa tercatat hampir setiap bulan. Kejadian semacam ini semakin menarik untuk ditelusuri lebih jauh, mengingat kejadian lainnya terus berulang.

Salah satu asumsi bahwa gempa bumi adalah tanda datangnya akhir zaman. Perubahan zaman ditandai dengan rusaknya parameter sosial, meluasnya kekacauan, dan terjadinya kejahatan serta gempa bumi di mana-mana. Semua ini menunjukkan kedekatan akhir dunia, seperti yang sering disebut oleh para ulama sebagai tanda-tanda kecil datangnya hari kiamat.

Gempa bumi telah terjadi pada masa-masa sebelum Nabi Muhammad Saw. Begitu pun, dalam analisis sejarah, pada zaman Nabi Muhammad Saw, gempa pun pernah terjadi.  Bagaimana informasi gempa bumi di zaman Nabi Muhammad Saw, berikut ini uraiannya.

Gempa sebagai Fenomena Alam pada Zaman Nabi Muhammad Saw

Fenomena alam dapat menjadi bukti keberadaan Sang Pencipta sekaligus sebagai bukti kemahakuasaan-Nya. Hukum alam, sebagaimana hukum sosial, bersifat umum dan pasti.  Gempa dahsyat menyebabkan tanah bergetar hebat akibat pergerakan lempeng tektonik dan bongkahan batu besar yang membentuk permukaan bumi.  Hasbullah Tasnim (2019) mencatat, peristiwa ini terjadi pada masa Nabi saw. Gempa bumi dengan kekuatan yang cukup besar mengguncang Madinah, seperti yang diriwayatkan oleh al-Bukhari:

Baca Juga  Membaca Konsep Zakat Sebagai Solusi Kemiskinan di Tengah Umat

Anas bin Malik r.a. menceritakan sebuah kisah bahwa Nabi sedang mendaki Gunung Uhud, diikuti oleh Abu Bakar, ‘Umar dan ‘Usman. Kemudian gunung Uhud bergetar, maka Nabi bersabda: “Tenanglah wahai Uhud, karena di atasmu sekarang ada Nabi saw., al-Siddiq (yang benar artinya Abu Bakar) dan dua orang (yang akan mati) syahid”. (HR. al-Bukhari).

Hadis di atas menjelaskan bahwa terjadi gempa bumi yang dialami langsung oleh Nabi saw. bersama dengan para pendamping. Kejadian yang sama juga dialami oleh Umar ibn al-Khat}t}ab pada masa kekhalifahannya, begitu pun pada masa pemerintahan Umar ibn Abd al-‘Azi>z. Terdapat beberapa gempa bumi yang terjadi dalam sejarah Islam. Gempa bumi telah menjadi bagian dari catatan sejarah dan bukan lagi fenomena baru yang dihadapi umat manusia. Ibn al-Asir dalam al-Kamil fi al- Tarikh mencatat terjadinya gempa bumi setelah zaman para sahabat yang terjadi pada tahun 212 H, bertepatan dengan tahun 827 M, di Yaman. Kejadian yang sama juga terjadi di wilayah Aden yang menelan banyak korban jiwa dan harta benda.

***

Selain itu, gempa juga terjadi pada tahun 245 H di Antokiya, salah satu wilayah di Turki. Bencana tersebut memakan korban dan kerugian yang sangat besar, termasuk 1500 tempat tinggal warga. Gempa bumi sebelumnya terjadi pada tahun 242 H atau tahun 856 M di Persia, Khurasan, dan Syam, yang menimbulkan kehancuran dan memakan ribuan korban jiwa. Catatan ini dijelaskan oleh al-Thabari dalam Tarikh al-Rusul wa al-Muluk.

Pada hadis yang lain disebutkan bahwa:

Anas r.a. berkata: Nabi adalah orang yang paling baik, paling berani dan paling dermawan. Gempa bumi pernah membuat panik penduduk Madinah dan Nabi adalah orang yang mendahului mereka (mencari sumber gempa) dengan menunggang kuda kemudian mengabarkan: “Kami tahu (gempa) itu berada di laut”. (Riwayat al-Bukha>ri>).

Baca Juga  Utopia Kelahiran Neo-Cak Nur (1): Pergeseran Orientasi Kalangan Muda

Kepanikan dalam hadis di atas disebutkan dengan redaksi fazi’a ahl al-madinah.  Hadis menyebutkan bahwa terjadi gempa bumi yang mengguncangkan penduduk Madinah. Menurut penelitian, teks fazi’a ahl al-madinah perlu dimaknai secara tekstual, karena gempa dengan getaran yang terjadi di permukaan bumi benar-benar terjadi dan menyebabkan kepanikan warga madinah. Ketika peristiwa itu terjadi, Nabi saw yang memiliki sifat pemberani mendahului penduduk Madinah dengan menunggang kuda Abu Thalhah untuk mencari titik terjadinya gempa.

***

Ada penjelasan menarik tentang penyebab gempa sebagaimana disebutkan oleh al-‘Aini dalam ‘Umdah al-Qari  tentang kata al-rukub wa al-dabah yang diartikan bahwa getaran itu disebabkan oleh naiknya reptil raksasa ke permukaan bumi. Pendapat lain menyebutkan bahwa gempa terjadi akibat pertempuran antara binatang besar di bawah tanah dan menyebabkan permukaan bumi berguncang. Informasi ini dikutip oleh Hasbullah Tasnim (2019)

Sepertinya, anggapan seperti itu sudah tidak dapat diterima lagi karena tidak sesuai dengan kemajuan teknologi. Percaya bahwa gempa bumi terjadi karena lepasnya hewan besar ke permukaan tanah atau laut merupakan hal yang lumrah pada zaman dahulu. Pemahaman ini tidak lepas dari konteks sosio-historis yang melingkupi masyarakat saat itu. Pada saat itu, dipercaya bahwa gempa bumi disebabkan oleh fenomena di luar ilmu alam adalah hal yang wajar. Selanjutnya beberapa peneliti hadis menyimpulkan bahwa hadis di atas menjelaskan fenomena alam yang dialami oleh Nabi saw. sehingga penjelasan hadis harus sesuai dengan kebenaran ilmiah dari perkembangan ilmu pengetahuan. Wallahu A’lam.

Editor: An-Najmi