Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Peringatan Allah Tentang Bullying

bullying
sumber: unsplash.com

Asumsi mengenai ‘bercanda dapat mengubah bad mood menjadi good mood, bisa mengurangi kadar stress, bahkan hingga mampu mempererat pertemanan di setiap pertemuan’ sudah barang umum yang mudah kita temui. Sehingga tidak heran, dengan asumsi tersebut, bercanda menjadi semua kewajaran di dalam pergaulan. Tentu asumsi ini benar.

Namun sayangnya, terkadang kita menyadari juga bahwa bahan candaan, kata-kata yang dilontarkan nyaris menyakiti perasaan orang lain. Apabila hal tersebut dilakukan terus-menerus, maka tindakan ini dapat mengarah kepada bullying.

Sebelum istilah ini populer, sebenarnya bullying sendiri telah Allah sampaikan dalam kalam-kalam Nya yang indah. Menurut Wikipedia, bullying merupakan penindasan, menggunakan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk mengintimidasi orang lain yang berdampak tidak sekedar menyakiti fisik, namun juga mental, dan psikologi seseorang.

Sesungguhnya, Islam tidak pernah mengajarkan hal demikian, Islam telah melarang kita untuk bertindak melakukan ‘perusakan’ baik itu bentuknya fisik ataupun non-fisik. Kasus becanda yang berujung bullying ini terus menerus menjadi perhatian banyak kalangan, apalagi semakin banyak korban yang berjatuhan karena dampaknya yang sangat buruk bagi mental dan psikologi seseorang.

Kita sering mendengar berita duka, kasus bunuh diri yang dilakukan oleh seseorang karena tidak kuat menghadapi hinaan dalam bentuk verbal. Kabar terbaru, belum lama ini kita bahkan ikut berduka akan tindakan bunuh diri seorang resimen mahasiswa yang sedang menempuh PPDS (Program Pendidikan Dokter Spesialis) di Unair dan sedang menjalani praktik di RSU dr Soepomo Surabaya.

Mungkin hal ini sedikit kurang masuk akal bagi kita, seorang calon dokter yang dalam bayangan benak kita hidup glamor dengan mobil mewahnya ke kampus melakukan aksinya dengan mengenggak cairan kimia. Namun faktanya? Mentalnya tidak kuat menghadapi bullying yang dibungkus dengan ‘becanda’ sehingga lebih baik mengakhiri hidup dengan caranya sendiri.

Baca Juga  Surat As-Saba' Ayat 24-26: Indahnya Toleransi Islam

Bukan hanya satu, dua, atau tiga kasus saja. Kita dapat melihat banyak sekali kasus yang terjadi di masyarakat dengan dampak yang cukup signifikan untuk membunuh karakter seseorang. Jadi, masihkah menganggap ringan perkara becanda yang terlihat remeh ini? Sebagai agama yang sangat sempurna, Islam telah mengaturnya di dalam firman Allah dalam Qs. Al-Ahzab 70-71.

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu sekalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Barangsiapa mentaati Allah dan Rasul Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.”

Allah mengingatkan kita untuk senantiasa menjaga lisan tatkala berucap, karena hakikatnya lisan kita diciptakan untuk perkataan yang baik lagi benar. Hal ini juga masih berkaitan dengan hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim,

“….. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Rasul Nya, hendaklah ia berkata baik atau diam.”

Alangkah baiknya jika kalimat yang keluar dari lisan kita difilter terlebih dahulu. Jangan sampai lisan yang diberikan oleh Allah menumbulkan fitnah untuk orang lain dan menjadi dosa bagi kita. Apalagi kita telah tahu, bahwa lisan jauh lebih tajam menghujam hati ketimbang pisau di dapur. Ketika kalimat sudah terlontar, maka kalimat itu tidak akan bisa ditarik kembali, sehingga jika buruk yang dilontarkan, sudah tentu akan menyakiti hati orang lain.

Allah juga berfirman dalam Qs. Al-Hujurat ayat 11,

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang-laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan janganlah pula mereka sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi perempuan yang direndahkan jauh lebih baik dari yang merendahkan. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelar yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang dzalim.”

Dalam Qs al-Hujurat tersebut, Allah mengingatkan kita untuk tidak memberi gelar atau panggilan yang buruk terhadap orang lain, dan jelas sekali bahwa rupa dan tahta tidak penting bagi Allah. Semua kita sama rata di hadapan-Nya, yang membedakan adalah ukuran ketaqwaannya. Baik laki-laki ataupun perempuan memiliki kedudukan yang sama. Hal ini dilanjutkan di dalam Qs. Al-Hujurat juga di ayat 13.

Baca Juga  Pesan Moral Q.S. Al-Mumtahanah (60): 8 Perihal Sumbangan Non-Muslim

“Hai manusia, seunsungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan, dan menjadikanmu berbansa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Jadi, tidak layak rasanya jika kita mengaku beriman kepada Allah, Rasul Nya, dan hari akhir jika masih melukai hati saudara kita. Di luar bisa saja ia terlihat bahagia, namun hati orang siapa yang tahu? Maka untuk berjaga-jaga tidak menyakiti orang lain, akan baik jika kita memilih diam atau membahas sesuatu yang tidak akan menyakiti siapapun. Semoga Allah menjaga lisan kita, baik dalam bentuk ungkapan langsung maupun ketikan dari mneyakiti perasaan orang lain. Wallahua’lam.

Editor: Rubyanto