Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Pentingnya Ilmu Pengetahuan Dalam Islam

Ilmu pengetahuan dalam Islam

Sejak Nabi Adam sebagai manusia pertama yang di turunkan di muka bumi ini, sejatinya telah membawa banyak pengetahuan di dalam dirinya. Hal itu dibuktikan dengan ayat Allah yang memerintahkan Nabi Adam menyebutkan nama-nama benda yang ada di sekitarnya. Sehingga itu juga yang membuat Iblis harus menerima konsekuensi dikeluarkan dari surga karena tidak mau menyakini atas kesitimewaan yang diberikan Allah kepada Nabi Adam.

Islam dan Ilmu Pengetahuan

Pada dasarnya, ilmu pengetahuan walaupun banyak yang membedakan antara keduanya, tetapi pada hakikatnya ilmu dan pengetahuan adalah satu kesatuan yang utuh. Pada Islam keduanya merupakan hal yang utama untuk selalu dikembangkan dengan pendekatan kepada wahyu Allah Swt sehingga tidak kesasar dalam proses mengarungi luasnya ilmu pengetahuan.

Olehnya itu, secara umum seperti yang dikatakan oleh seorang Mubaligh bahwa Islam itu dan ilmu pengetahuan sejatinya sudah ada dalam memori manusia tanpa terkecuali. Hal ini berdasarkan ayat Al-Quran yang menyeru kepada Adam menmyebutkan nama-nama benda tersebut

وَعَلَّمَ آدَمَ الأسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: ‘Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar’.” (Q.S. Al-Baqarah Ayat 31).

Ayat ini memberikan penegasan bahwa sesungguhnya kita sebagai manusia sudah memiliki memori tersebut. Tinggal bagaimana memori dalam otak manusia itu digunakan atau dieksploitasi untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Sekaligus ini pula yang membedakan antara ilmu pengetahuan yang selama ini dipahami, bahwa ilmu pengetahuan berasal dari pertanyaan keragu-raguan. Padahal sesungguhnya ilmu pengetahuan dalam Islam itu sejatinya sudah membekas didalam otak manusia.

Ilmu Pengetahuan sebagai Alat Pembebas Umat

Diutusnya Rasullah di muka bumi ini, untuk menyempurnakan ilmu pengetahuan manusia yang sudah dimiliki dalam memori otak tersebut, sebagaimana penjelasan di atas. Islam memandang ilmu pengetahuan sebagai senjata umat Islam dalam menjalankan kehidupan di dunia. Sehingga Nabi Muhammad di utus menyempurnakan ahklak manusia di zaman itu dengan menggunakan ilmu pengetahuan secara rasional dengan pendekatan wahyu Allah Swt.

Nabi berdakwah mengubah tatanan hidup jahiliyah menjadi Islamiyah agar umat manusia tidak selalu terbelakang, bahkan memandang manusia lebih hina dibandingkan hewan, akibat tidak adanya ilmu pengetahuan yang dijadikan sebagai pijakan dalam kehidupan. Maka tak heran para ulama terdahulu banyak mengajarkan tentang ilmu pengetahuan yang harus dikuasai oleh umat Islam.

Sebagai contoh di Indonesia, KH. Ahmad Dahlan menjadikan pendidikan (ilmu pengetahuan) sebagai senjata umat Islam saat itu. Karena beliau meyakini musuh terberat umat Islam bukanlah penjajah yang meporak-porandakan negeri, melainkan kebodohanlah musuh terberat umat Islam.

Baca juga: Melihat Kemajuan Peradaban Islam di Andalusia 1 

Ki Hajar Dewantoro seorang Islam yang juga mengajarkan bagaimana pendidikan menjadi alat dalam perlawanan atas penjajah; mencerdaskan pendidik dan peserta didik yang terkontaminasi budaya-budaya yang merusak karakter orang Islam. Inilah kemudian yang seharusnya kembali diajarkan bahwa, sejak dahulu semangat umat Islam itu semangat dalam berpengetahuan. Keliru jika mengatakan bahwa sumber ilmu pengetahuan itu dari Barat.

Itu merupakan kekeliruan berpikir yang selama ini menjadi dogma dalam hidup manusia. Jika merunut dan meyakini adam sebagai manusia pertama, maka jelas bahwa Adam yang sebagai orang Islam (waktu itu bukan Islam namanya) telah membawa risalah ilmu pengetahuan, dan datangnya dari orang Islam sendiri yaitu Nabi Adam. Sehingga sejatinya ilmu pengetahuan ialah membebaskan, bukan sebaliknya. Didalam al-Quran banyak menyebutkan, akan esensi dari ilmu pengetahuan dengan menyebutkan banyak kata yang maknanya ialah perintah berpikir, merenungi, memikirkan dan banyak lagi.

Ilmu Pengetahuan dengan Pendekatan Wahyu

Tentunya untuk mendapatkan esensi ilmu pengetahuan itu, di dalam Kitab Syahrah Hadis Arbai’in Nawawi dijelaskan adab-adab dalam menuntut ilmu pengetahuan. Dikisahkan seorang yang baru saja menjalani perjalanan jauh bertemu dengan Nabi Muhammad dengan pakaian yang begitu bersih. Rambutnya yang hitam seperti baru saja mandi dan duduk bersila dengan sopan menghadap Nabi. Artinya bahwa dalam mendapatkan ilmu pengetahuan sejatinya ada adab yang harus dilakukan; termasuk pakaian yang bersih dan memakai pakaian terbaik sehingga ilmu dapat membekas di dalam diri kita. Hal itu pula harus dilakukan dengan pendekatan wahyu jangan sebaliknya menjauhi wahyu Allah.

Sehingga ilmu pengetahuan yang didapatkan tidak menghasilkan keragu-raguan, melainkan meyakini dengan iman dan pengetahuan yang secara empiris. Maka seperti yang dijelaskan di atas tadi; karena ilmu pengetahuan barat berawal dari keragu-raguan dan menjauhi wahyu Allah, sehingga yang didapatkan ialah hasil yang meragukan.

Dalam bahasa Kuntowijoyo mengatakan Islam harus menjadi Ilmu, bukan lagi mengislamkan Ilmu pengetahuan. Dan pemahaman ini keliru tentunya. Dan dalam bahasa Mukani dalam bukunya dinamika pendidikan Islam mengatakan islamisasi ilmu pengetahuan merupakan proyek yang gagal. Sebab hal ini, sejatinya ilmu pengetahuan dikembalikan kepada Islam sebagai induk dari pengetahuan itu.

Menurut Ustad Asep Rahmat Fauzi, seorang mubaligh Muhammadiyah; ilmu pengetahuan Islam harus dilakukan dengan pendekatan wahyu, mendekatkan seluruh persoalan dalam pengetahuan kepada wahyu Allah seperti para ulama terdahulu lakukan, karena itu ciri dari pengetahuan Islam.

Editor: Ananul Nahari Hayunah