Body positivity adalah gerakan sosial yang mendorong setiap individu untuk menerima dan mencintai tubuh mereka sendiri. Terlepas dari penampilan fisik, warna kulit, ukuran, dan bentuk tubuh. Body positivity bukanlah hal baru, pada tahun 1960-an body positivity menjadi bentuk perlawanan terhadap diskriminasi kepada orang-orang yang memiliki tubuh gemuk.
Kemudian, tren ini kembali booming pada tahun 1996 untuk mengedukasi masyarakat agar bisa nyaman dengan tubuhnya dan tidak memaksakan diri melakukan diet ekstrem. Sikap ini terus mengalami perkembangan sejak tahun 2012 dan kerap tersirat di media sosial. Kini, makna body positivity tidak hanya berfokus untuk menentang stereotip standar kecantikan saja. Tapi juga diperluas menjadi menanamkan pola pikir bahwa seluruh tubuh baik dan indah dengan segala keunikannya.
Gerakan ini juga muncul sebagai tanggapan terhadap standar kecantikan yang ditetapkan oleh masyarakat, media, dan industri mode. Suatu hal yang dapat membahayakan kesehatan mental dan fisik seseorang. Al-Qur’an sebagai sumber utama ajaran agama Islam, memberikan panduan moral dan etis yang luas. Termasuk pandangan tentang tubuh dan bagaimana Allah menciptakannya. Penafsiran Al-Qur’an tentang konsep tubuh dapat dikaitkan dengan prinsip-prinsip body positivity. Terutama dalam hal menerima ciptaan Allah, menghargai, dan memperlakukan tubuh dengan cara yang baik dan seimbang.
Pandangan Al-Qur’an Tentang Penciptaan Manusia
Karena tubuh manusia adalah ciptaan Allah yang paling sempurna, Al-Qur’an menekankan betapa pentingnya menghormati dan menyayangi tubuh manusia. Dalam surah at-Tin ayat (95:4), Allah berfirman, “Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” Ayat ini menunjukkan bahwa menurut kehendak Allah, setiap manusia diciptakan dalam bentuk yang paling sempurna. Ini menunjukkan bahwa dalam pandangan Allah, tidak ada satu pun bentuk tubuh yang lebih baik dari yang lain. Segala macam perbedaan fisik adalah bagian dari kekayaan yang diciptakan Allah.
Prinsip dasar gerakan body positivity sebagai menerima dan menghargai keunikan diri sendiri dan orang lain, sering kali tercermin dalam penafsiran ayat ini. Al-Qur’an juga mengatakan bahwa kecantikan bukan hanya penampilan fisik saja, akan tetapi juga dari karakter dan akhlak. Dalam surah al-Hujurat (49:13), Allah menyatakan bahwa yang paling mulia di sisi-Nya adalah yang paling bertakwa. Bukan yang paling cantik secara fisik. Pandangan ini mengajarkan semua orang tidak berfokus pada penampilan luar saja, tetapi juga memperhatikan kebersihan hati dan ketakwaannya.
Body Positivity Dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an menunjukkan betapa pentingnya menjaga tubuh sebagai amanah dari Allah selain mengakui bahwa tubuh adalah ciptaan Allah. Tubuh dianggap sebagai titipan yang harus dirawat dan dijaga dengan baik, baik secara fisik maupun spiritual. Dalam surah al-Baqarah (2:195), Allah mengatakan, “Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan.”
Ayat ini dapat digunakan sebagai peringatan untuk menghindari melakukan hal-hal yang dapat merusak kesehatannya. Seperti mengkonsumsi makanan yang berlebihan, kurang tidur, atau bahkan melukai diri sendiri karena tidak puas dengan penampilannya.
Menurut ajaran Islam, semua umatnya diminta untuk bersyukur atas tubuh mereka yang diberikan Allah dan untuk merawat dan memperlakukannya dengan baik. Ini bisa dianggap sebagai jenis body positivity yang lebih luas. Fokusnya bukan hanya pada penerimaan tubuh secara fisik saja. Tetapi juga pada kewajiban untuk merawat dan menjaga tubuh secara sehat dan seimbang. Seperti yang disebutkan dalam beberapa hadis, Rasulullah saw sendiri mencontohkan gaya hidup sehat dengan makan secukupnya, menjaga kebersihan, dan berolahraga secara teratur.
Kesimpulan
Meskipun dalam konteks yang lebih spiritual dan moral, penafsiran Al-Qur’an terhadap konsep tubuh sangat sejalan dengan prinsip body positivity. Islam menyatakan bahwa Allah menciptakan setiap manusia dalam bentuk yang terbaik, dan kecantikan sejati itu terletak pada ketakwaan dan karakter seseorang bukan terletak pada penampilan fisiknya.
Selain itu, Al-Qur’an menekankan betapa pentingnya menjaga tubuh sebagai amanah dari Allah. Ini mendorong pola pikir yang positif tentang tubuh dan cara merawatnya dengan benar. Gerakan body positivity ini dalam prespektif Islam tidak hanya penerimaan diri saja, akan tetapi juga rasa syukur dan tanggung jawab kita dalam menjaga kesehatan tubuh. Umat Islam juga dapat memandang body positivity sebagai bentuk penghormatan terhadap ciptaan Allah dan sebagai sarana untuk mencapai kesejahteraan yang mencakup kesehatan fisik, mental, dan spiritual.
Penyunting: Bukhari
Leave a Reply