Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Penokohan Dalam Kisah Al-Qur’an

Alif
Sumber: islammedia.id

Kisah atau qasas adalah pemberitaan Al-Qur’an tentang nabi-nabi terdahulu, umat yang telah lalu, pribadi atau tokoh pada masa lalu dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi, termasuk yang terjadi pada masa Nabi Muhammad SAW. Dalam Al-Qur’an disebutkan 26 kali kata qasas dan yang seakar dengannya, tersebar dalam 12 surat dan 21 ayat. Selain itu juga terdapat surat yang dinamakan secara khusus dengan nama Al-Qasas. Sedangkan ayat-ayat Al-Qur’an yang digunakan untuk kisah berjumlah kurang lebih 1.600 ayat dari keseluruhan jumlah ayat kurang lebih 6.342 ayat.

Sekilas tentang Penokohan

Pengertian dari penokohan adalah cara pengarang dalam melukiskan tokoh, merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah kisah. Pada satu kisah tidak jarang menyebutkan beberapa tokoh yang masing-masing digambarkan secara lengkap dan utuh, adapula yang hanya menyebutkan satu tokoh utama sedangkan tokoh lainnya untuk penguat dari karakter tokoh utama. Penyebutan tokoh yang cukup banyak dalam satu kisah dapat diklasifikasikan sesuai dengan dasar yang digunakan, yakni (1) Berdasarkan fungsi, (2) Berdasarkan kepentingan peran, (3) Berdasarkan watak.

Berikut penjelasannya:

Berdasarkan fungsi dibedakan menjadi tokoh protagonis dan antagonis. Tokoh protagonis berfungsi sebagai tokoh yang dikagumi, tokoh yang mewakili norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi pembaca, dan tokoh antagonis berfungsi sebagai tokoh yang berlawanan dengan tokoh protagonis.

Berdasarkan kepentingan peran dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama tidak dibatasi hanya dengan satu tokoh, melainkan tokoh-tokoh yang diceritakan dengan porsi dan detail yang dominan disebut dengan tokoh utama atau tokoh yang terkait dengan semua peristiwa yang tercantum dalam kisah. Tokoh utama disebut pula dengan hero bagi laki-laki dan heroin bagi perempuan, penyebutan berkaitan dengan tindakan heroik yang dilakukan dalam kisah. Selain dari tokoh utama adalah tokoh tambahan.

Baca Juga  Dukun dalam Sorotan: Perspektif Al-Quran dan Sunnah

Berdasarkan watak dibedakan menjadi tokoh sederhana dan tokoh kompleks. Tokoh sederhana adalah tokoh yang sifat dan tingkah lakunya hanya terpaku pada satu watak tertentu yang diceritakan. Jika berperan sebagai tokoh baik maka perannya tetap baik sampai akhir kisah. Sedangkan tokoh kompleks, sifat dan tingkah lakunya mengalami perubahan yang memberikan efek kejutan bagi pembaca. Tokoh sederhana dan kompleks sering disebut juga dengan tokoh statis dan dinamis.

Penokohan dalam Al-Qur’an

Demikian pula penokohan dalam kisah Al-Qur’an dapat menggunakan dasar yang sama dengan klasifikasi pada karya sastra. Berdasarkan fungsi yakni protagonis dan antagonis, dengan merujuk definisi tokoh protagonis maka beberapa tokoh yang disebutkan dalam kisah Al-Qur’an adalah seperti para nabi dan rasul: Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa dan Nabi Muhammad SAW, orang-orang yang beriman: Luqman, Maryam. Sedangkan tokoh antagonis pihak yang berlawanan dengan tokoh protagonis, beberapa tokoh yang disebutkan adalah seperti raja yang dzalim: Raja Fir’aun, Raja Namrud, orang-orang yang ingkar: Qarun, Qabil, Kan’an.

Berdasarkan kepentingan peran yakni tokoh utama dan tokoh tambahan, dalam banyak kisah tokoh utama dikisahkan seorang diri seperti Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, dikisahkan dengan lebih dari satu orang seperti Nabi Musa bersama Harun. Maka tokoh tambahan adalah tokoh yang diceritakan sebagai penguat dari peran tokoh utama seperti tokoh burung Hud-Hud dalam kisah Nabi Sulaiman, yang muncul untuk memberikan informasi bahwa ada kerajaan makmur di suatu daerah hanya saja tidak menyembah Allah sebagai sesembahan melainkan matahari.

Berdasarkan watak yakni tokoh statis dan tokoh dinamis. Pertimbangan kuat dari tokoh statis adalah dengan melihat konsistensi peran dari seorang tokoh, maka tokoh-tokoh dalam kisah Al-Qur’an cenderung sebagai tokoh statis. Beberapa di antaranya mengalami peralihan peran watak, baik menjadi buruk seperti Qarun pada awalnya adalah salah seorang murid dari Nabi Musa yang taat terhadap ajaran agama namun sangat miskin, dalam kisah diceritakan bahwa Qarun menjadi orang yang berhasil dan hidup mapan, hanya saja kekayaan menjadikannya serakah dan kufur kepada Allah SWT. Peralihan dari buruk menjadi baik seperti Ratu Bilqis yang semula menyembah matahari, setelah melakukan dialog dengan Nabi Sulaiman menjadikannya kemudian menyembah Allah SWT dan turut mengajak seluruh elemen dari kerajaan.

Baca Juga  Tanggung Jawab Pendidikan Anak dalam Perspektif Al-Qur'an

Editor: Muhamad Bukhari Muslim