Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Pengajian Tafsir Gus Mus: Perempuan Itu Setara dengan Laki-laki

Gus Mus
Gambar: Dok. Penulis

Tradisi Pengajian Tafsir al-Ibrīz oleh Gus Mus

K.H. Mustafa Bisri atau yang sering disapa Gus Mus merupakan tokoh agama yang telah diakui kealimannya dan dijadikan sebagai panutan oleh para masyarakat. Beliau merupakan pengasuh pondok pesantren Raudlotut Thalibin yang terletak di daerah Rembang, Jawa Tengah. Di pondok tersebut setiap seminggu sekali tepatnya pada hari Jum`at diadakan kegiatan pengajian umum tafsir al-Ibrīz. Berlangsung dari pukul 08.30-09.30 pagi.

Pengajian tersebut tidak hanya diikuti oleh para santri saja. Melainkan juga para masyarakat yang tinggal di sekitar pondok bahkan yang berasal dari luar kota baik dari para jama`ah laki-laki, perempuan, muda-mudi bahkan orang tua serta lansia. Kegiatan pengajian tersebut diikuti oleh banyak orang sehingga para jama`ah sampai duduk di sekitar jalanan pondok untuk mendngarkan kajian Gus Mus.

Pengajian tafsir al-Ibrīz diawali dengan ucapan salam dari Gus Mus yang dijawab oleh para jama`ah dengan sangat antusias. Kemudian Gus Mus memulainya dengan bacaan basmallah dan al-Fatihah. Diteruskan dengan membacakan ayat-ayat al-Qur`an yang akan dijelaskan. Lalu memaparkan penjelasan yang terkandung dalam ayat tersebut secara terperinci.

Dalam setiap kajiannya jumlah ayat yang dibahas hanya ada satu atau dua ayat dengan penjelasan yang sangat lengkap. Setelah kajian selesai para jama`ah akan berbaris untuk bersalaman dengan Gus Mus di sepanjang jalan. Dari musholla yang digunakan untuk ngaji hingga dalem (rumah) Gus Mus.

Pandangan terhadap Ayat Gender (Surat Ali-Imran Ayat 195)

Ketika pengajian tafsir al-Ibrīz sampai pada surat ali-Imran ayat 195 yang berbunyi:

فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ اَنِّيْ لَآ اُضِيْعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِّنْكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى ۚ بَعْضُكُمْ مِّنْۢ بَعْضٍ ۚ فَالَّذِيْنَ هَاجَرُوْا وَاُخْرِجُوْا مِنْ دِيَارِهِمْ وَاُوْذُوْا فِيْ سَبِيْلِيْ وَقٰتَلُوْا وَقُتِلُوْا لَاُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّاٰتِهِمْ وَلَاُدْخِلَنَّهُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۚ ثَوَابًا مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۗ وَاللّٰهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الثَّوَابِ

“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman), “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan, (karena) sebagian kamu adalah (keturunan) dari sebagian yang lain. Maka orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang terbunuh, pasti akan Aku hapus kesalahan mereka dan pasti Aku masukkan mereka ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, sebagai pahala dari Allah. Dan di sisi Allah ada pahala yang baik.”

Dalam kajiannya yang membahas terkait surat Ali Imran ayat 195 Gus Mus mengatakan bahwa surat Ali-Imran merupakan sebuah ayat yang dapat digunakan oleh para kaum feminis dalam memperjuangkan kesataraan gender. Hal itu dikarenakan dalam ayat tersebut Allah berfirman bahwasanya اَنِّيْ لَآ اُضِيْعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِّنْكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى. Segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang pasti akan dibalas oleh Allah baik yang melakukan perempuan maupun laki-laki.

Baca Juga  Struktur Dasar Weltanschauung Al-Quran

Kemudian lafaz setelahnya berbunyi بَعْضُكُمْ مِّنْۢ بَعْضٍ yang dalam bahasa Arab lafaz tersebut artinya “sama” dan menjadi penguat dari lafaz sebelumnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwasanya perempuan bukanlah separuh dari laki-laki tetapi sama.

***

Pada lafaz selanjutnya yaitu فَالَّذِيْنَ هَاجَرُوْا وَاُخْرِجُوْا مِنْ دِيَارِهِمْ وَاُوْذُوْا فِيْ سَبِيْلِي diketahui bahwa lafaz  الَّذِيْنَ tidak hanya dimaknai dengan laki-laki saja. Melainkan juga mencakup perempuuan. Namun, seringkali lafaz الَّذِيْنَ hanya dimaknai dengan laki-laki saja sehingga laki-laki merasa dominan di dunia ini. Padahal dalam ayat ini sudah jelas bahwa laki-laki dan perempuan itu sama. Sehingga dapat diketahui bahwa baik laki-laki maupun perempuan yang ikut hijrah dari Mekkah ke Madinah akan mendapat balasan dari Allah.

Pernyataan tersebut juga diperkuat dengan adanya beberapa riwayat yang menjelaskan terkait sebab turunnya ayat tersebut (asbab an-nuzul). Asbab an-nuzul dari ayat ini adalah suatu ketika salah satu istri Nabi yang bernama Ummu Salamah bertanya kepada Nabi. Ia bertanya, “Mengapa hanya ada muhajirin dan tidak ada muhajirah? Padahal para sahabat yang hijrah dari Mekkah ke Madinah tidak hanya laki-laki melainkan juga ada peremuan. Hingga turunlah surat Ali Imran ayat 195.

Berdasarkan pemaparan yang telah dilakukan terkait surat Ali Imran ayat 195 dapat diketahui bahwasanya baik perempuan maupun laki-laki memiliki peluang yang sama dan hak yang sama di dalam segala sektor. Oleh sebab itu, di era perkembangan dunia yang semakin maju tidak ada penghalang bagi perempuan maupun laki-laki untuk sama-sama berkiprah di masyarakat.

Selain itu, perempuan juga dapat ikut berpartisasi. Apalagi kesempatan telah terbuka. Baik bagi laki-laki ataupun kaum perempuan. Terutama untuk berkiprah secara leluasa dalam berbagai sektor dalam kehidupan bermasyarakat maupun bernegara. Hal itu dikarenakan antara laki-laki dan perempuan memiliki kesetaraan dalam hal gender.

Baca Juga  Menyikapi Fenomena Flexing dari Perspektif Hadis

Era modern seperti saat ini, kiprah perempuan tidak dapat diremehkan. Karena baik laki-laki maupun perempuan mempunyai peluang yang sama untuk menjadi makhluk yang ideal.

Penyunting: Bukhari