Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Pendidikan Karakter dalam Al-Qur’an: Belajar dari Kisah Para Nabi

Pendidikan Karakter
Gambar: pwmjateng.com

Sebagai samudera kebijaksanaan tak terbatas, Al-Qur’an dan setiap ayat di dalamnya selalu hadir dengan pancaran cahaya dan petunjuk bagi manusia dalam menjalani kehidupan. Dari banyaknya ayat yang dikandung, terdapat beberapa ayat yang mengandung kisah atau cerita. Kisah yang tidak hanya hadir sebagai fakta sejarah, tapi juga membawa nilai-nilai yang dapat menjadi pelajaran dan pembelajaran bagi setiap manusia dari zaman ke zaman. Penayangan kisah-kisah dalam al-Qur’an selalu hadir dengan tujuan khas, yakni menampilkan kisah-kisah yang mengandung nilai pendidikan, ajaran moral dan pesan-pesan mendalam. Tentu dengan gaya yang menarik, bahasa yang mudah dimengerti dan mampu menggerakkan perubahan.

***

Mari kita coba mulai dengan menelaah kisah Nabi Nuh AS dan kaumnya. Nabi Nuh dikenal sebagai nabi yang tabah dan istikamah dalam menyebarkan risalah tauhid selama ratusan tahun. Walaupun kemudian terus menerus mendapat penolakan dan penentangan. Perjuangan Nabi Nuh yang tak kenal lelah menghadapi penolakan dan ejekan, teguhnya pendirian dalam menjalankan perintah Allah dan keberserahannya setelah semua usaha yang dilakukan merupakan pelajaran penting yang mesti diteladani tentang perlunya bermental baja, sabar yang luas, dan setia memperjuangkan kebenaran walau hanya seorang diri. 

Lewat perjuangan Nabi Nuh ini kita diajarkan agar tak mudah menyerah saat dihadapkan pada tantangan dan penolakan. Di samping terus berserah pada Allah atas hasilnya setelah seluruh usaha dilakukan Pendidikan karakter dari kisah Nabi Nuh adalah tentang kegigihan, kesabaran yang mendalam, dan keyakinan akan bantuan Allah.

Selanjutnya ialah kisah Nabi Sulaiman yang memiliki banyak kemuliaan dan kekuasaan yang luas. Kerajaan yang luas, harta yang berlimpah, kemampuan berbicara dengan hewan, tak membuat Nabi Sulaiman lupa diri. Sebaliknya ia malah semakin rendah hati dan selalu bersyukur kepada Allah. Tentu masih teringat jelas bagaimana respon Nabi Sulaiman ketika Ratu Balqis berkunjung ke kediamannya dengan segala kebesaran dan kemegahan yang ia punya. Apa respon yang diberikan Nabi Sulaiman? Ia tidak berusaha meninggi dan unjuk diri secara berlebih. Sebaliknya yang ia tunjukkan adalah kemahakuasaan Allah sebagai dzat yang telah menganugerahkan padanya nikmat yang berlimpah.

Baca Juga  Mereka yang Mendustakan Agama

Sikap yang ditampilkan dan ditayangkan oleh Al-Qur’an tentang Nabi Sulaiman ini mengajarkan banyak sekali hal penting. Di antara yang paling relevan dengan kehidupan sekarang ialah kesuksesan yang didapatkan tidak boleh membuat seseorang lupa diri dan mestinya mendidiknya tetap rendah hati dengan senantiasa bersyukur atas nikmat yang diberikan. Kesuksesan, kekayaan dan kejayaan yang diberikan mesti membuatnya semakin menunduk dan semakin dekat dengan Allah. Bukan sebaliknya, malah mengantarkannya pada sikap sombong dan arogan.

***

Kisah selanjutnya yang patut dihikmati adalah kisah Nabi Ayyub dengan segala perjuangan dan ketabahannya melewati ujian penyakit yang diterimanya. Ia menjalaninya dengan penuh kesabaran dan tanpa keluh kesah. Padahal atas penyakit yang diterimanya itu, ia harus kehilangan banyak hal dalam hidup, termasuk harta, keluarga, dan kesehatan. Nabi Ayub tetap menunjukkan kesabaran yang teguh dan keimanan yang tulus pada Allah. Tak pernah terpikirkan baginya untuk menyalahkan Allah atas segala penderitaan yang menimpanya.

Dari kisah Nabi Ayub dapat dipelajari banyak hal penting, khususnya yang berkaitan dengan pendidikan karakter. Pertama, kisah Nabi Ayub mengajarkan ketabahan dan kesabaran dalam menghadapi ujian. Jarang orang yang punya ketangguhan dalam menghadapi ujian. Kedua, ikhlas menjalani ujian. Sebab ia percaya bahwa yang memberinya ujian adalah Allah. Tak sedikit orang yang karena ujian yang diterimanya menjadi orang yang kufur dan menyalahkan Allah. Padahal keyakinan yang mesti ditanam dalam diri, Allah pasti sedang mempersiapkan sesuatu yang besar di balik itu semua. Orang beriman perlu untuk terus memelihara dan merawat baik sangka pada Allah. Yakin bahwa setelah kesulitan yang diterima, akan ada kemudahan setelahnya. 

***

Berlawanan dengan itu al-Qur’an juga menceritakan tentang sosok Qarun, pengusaha kaya raya yang tampil dengan sikap angkuh dan sering kufur nikmat. Harta berlimpah yang dimilikinya tidak membuatnya menjadi pribadi yang bersyukur. Sebaliknya, malah membuatnya jadi angkuh, arogan, dan tidak peduli pada sesama. Atas segala sikap yang ditampilkan oleh Qarun tersebut, Allah lantas mengazabnya dengan menenggelamkan diri dan hartanya ke dasaran bumi. 

Baca Juga  Isyarat Teknologi Teleporter dalam Al-Quran

“Maka Kami benamkan dia (Qarun) bersama rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya satu golongan pun yang akan menolongnya selain Allah, dan dia tidak termasuk orang-orang yang dapat membela diri.” (QS. Al-Qashash: 81)

Melalaui kisah kehancuran Qarun ini terpancar satu pelajaran tentang bahayanya sikap sombong (kibr) dan arogan. Di samping itu menegaskan tentang pentingnya senantiasa menjadi pribadi yang bersyukur kepada Allah dan menggunakan harta yang dimiliki untuk kepentingan banyak orang seperti membantu dan menyantuni orang miskin. Selain itu, kisah Qarun juga mengingatkan bahwa harta yang berlimpah tidak jarang membuat seseorang lupa diri dan seakan tak menginjak daratan. Dan pada akhirnya kesombongan atas harta yang dimiliki itu mengantarkan seseorang pada gerbang kehancuran. 

***

Kisah lain yang juga dapat direnungi adalah kisah Maryam binti Imran. Sosoknya sering digambarkan sebagai simbol dari perjuangan menjaga kesucian, keteguhan iman dan ketabahan dalam menghadapi ujian berat. Salah satu ujian berat yang dihadapinya adalah ketika mendapat serangan fitnah dari kaumnya atas lahirnya sang putra bernama Isa. Ia difitnah karena Isa lahir tanpa sosok ayah dan pada akhirnya menimbulkan spekulasi di kalangan masyarakat. Maryam pun bingung menjelaskan. Karenanya menghadapi tudingan-tudingan itu Maryam hanya bisa terus bersabar dan menyerahkan sepenuhnya pada Allah.

Maryam adalah sosok yang keimanan dan kesuciannya dijaga oleh Allah dengan cara yang tak biasa. Selain itu, lewat kisah Maryam dapat ditarik pelajaran bahwa jika mendapat ujian dan fitnah di tengah masyarakat, maka sikap terbaik adalah senantiasa berpegang teguh pada iman, memiliki kesabaran yang besar dan percaya bahwa pertolongan Allah pasti datang. 

Dari kisah-kisah di atas, akhirnya menjadi tampak bahwa setiap kisah dalam al-Qur’an berisi lapisan-lapisan pelajaran yang dapat dipetik, termasuk dalam hal pendidikan karakter. Allah berfirman:

Baca Juga  Meninjau Body Shaming dengan Tafsir Maqashidi

“Sungguh, pada kisah mereka benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal sehat.” (QS. Yusuf: 111)

Dengan mendaras kisah-kisah penuh hikmah dalam al-Qur’an tersebut harapannya akan terbentuk pribadi yang sadar akan pentingnya bersikap jujur, amanah, adil, penuh kasih sayang, senantiasa bersabar, rendah hati, bersyukur, memperjuangkan kebenaran dan pelajaran-pelajaran penting lainnya. 

Penyajian kisah adalah satu cara yang digunakan al-Qur’an untuk menginspirasi nilai-nilai pendidikan karakter. Sebab dibanding gaya lain, kisah lebih gampang dicerna, direnungi dan kemudian diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Kisah-kisah al-Qur’an hadir dengan tujuan yang sama sebagaimana diutusnya Nabi Muhammad, yakni li utammima makarim al-akhlaq (demi menyempurnakan akhlak yang mulia) dan membentuk peradaban yang luhur. Harapan dan pertanyaannya kemudian, apakah kita mau membuka lembar-lembar kisah itu dan mengambil pelajaran darinya?

Editor: Dzaki Kusumaning SM