Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Penafsiran Kontekstual Mimpi Nabi Yusuf dalam Q.S Yusuf Ayat 4

Sumber: www.ipmdinamika.co

Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang di dalamnya terkadung berbagai macam ilmu di dalamnya. Ilmu-ilmu tersebut dikonsep dalam kajian Sejarah, hukum, dan lain sebagainya. Banyaknya ilmu di dalam Al-Qur’an, membuat kitab tersebut menjadi perbincangan keraguan akan kemurniannya. Di antara keraguan tersebut adalah pada surat Yusuf ayat 4. Banyak dari masyarakat awam yang memaknai ayat tersebut, sebatas pada makna tekstualnya saja. Sehingga dapat menimbulkan pemaknaan yang tidak sesuai dengan makna kontekstualnya.

Akan tetapi, terdapat beberapa hal yang dapat membuktikan akan kemurnian isi dari kitab Al-Qur’an, salah satunya adalah ilmu semantik. Ilmu semantik adalah salah satu cabang dari ilmu linguistik. Semantik bertugas untuk mencari dan menelisik makna yang terkandung dalam suatu tatanan bahasa. Dalam pencarian makna tersebut, semantik tentunya akan bersumber atau bersinggungan dengan sistem-sistem bahasa lainnya

Teori semantik mempunyai cabang-cabang teori lainnya yang bermacam-macam, di antaranya adalah: teori behavioristik, teori referensial, teori kontekstual, dan lain sebagainya. Teori-teori tersebut mempunyai ciri khas masing-masing dalam mengkaji dan mendalami suatu objek, salah satunya adalah ayat Al-Qur’an.

Makna Teori Referensial dan Kontekstual

Teori referensial adalah teori semantic yang kemunculannya paling awal dalam menjelaskan dan mengurai makna. Teori ini menjelaskan bahwa makna diartikan sebagai label yang berada dalam kesadaran manusia untuk merujuk dunia luar. Maksudnya, karena ada kesadaran pengamatan terhadap fakta dan penarikan kesimpulan yang keselurahannya berlangsung, baik secara objektif maupun subjektif. Referen atau acuan dapat berupa entitas benda, peristiwa, proses, atau kenyataan. Referen adalah entitas yang ditunjuk oleh lambang. Dalam teori ini, terdapat dua pendapat, yaitu: makna sebuah kalimat terdapat pada apa yang ditunjuk dan makna adalah hubungan antara kata dengan bendanya.

Baca Juga  Al-Qur’an: Kitab Suci yang Dirindukan, Direnungkan, dan Diimpikan tanpa Tepian

Sedangkan teori kontekstual adalah teori yang menyatakan bahwa makna kata perlu menentukan seperangkat konteks yang menyertainya. Teori ini dikembangkan oleh John Ruperth Firth. Teori John dianggap ampuh dalam mengurai makna. Banyaknya konsep yang ditunjukkan oleh kata berarti ia mempunyai makna sentral, sehingga cara paling ampuh untuk menghindari dan menghilangkan kekaburan makna adalah dengan melihat kesesuaian konteks linguistik.

Pendekatan yang digunakan teori ini merupakan pendekatan yang tema-temanya paling banyak digunakan dalam analisis semantic. Hal itu dikarenakan teori ini menyediakan sebuah model dalam menentukan makna struktur bahasa. Perkembangannya dianggap berhasil, sebab teori ini tidak hanya terpaku pada aspek internal linguistik, tetapi juga menyentuk beberapa aspek lainnya.

Tafsir Surat Yusuf Ayat 4 (Tafsir al-Mishbah)

إِذۡ قَالَ يُوسُفُ لِأَبِيهِ يَٰٓأَبَتِ إِنِّي رَأَيۡتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوۡكَبٗا وَٱلشَّمۡسَ وَٱلۡقَمَرَ رَأَيۡتُهُمۡ لِي سَٰجِدِينَ 

(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: ‘Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas Bintang, matahari, dan bulan, kulihat semuanya sujud kepadaku

Pada suatu ketika Nabi Yusuf A.S memberitahukan kepada ayahnya Nabi Yaqub, bahwasanya ia bermimpi melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan. Semuanya tunduk dan sujud kepadanya. Tentu saja sujud ini bukan mempunyai arti menyembah, tetapi arti kiasan dari tunduk dan patuh. Setelah mendengar cerita itu, Nabi Yaqub menyadari bahwa mimpi anaknya bukanlah mimpi biasa, tetapi merupakan ilham dari Allah Swt sebagaimana kerapkali dialami oleh para Nabi sebelumnya.

11 bintang adalah 11 saudara, matahari adalah bapak Nabi Yusuf, dan bulan adalah ibu Nabi Yusuf. Artinya mereka menjadi tahu bahwa Nabi Yusuf yang akan menerima warisan Nubuwwat dan Risalah, sehingga saudara-saudaranya akan datang bersujud kepadanya. Mereka telah dengki kepada Nabi Yusuf. Jika saudara-saudaranya mendengar mimpi itu, maka akan semakin bertambah rasa dengkinya. Sebab di antara mereka sudah pasti ada yang mengharaokan bahwa merekalah yang akan menerima warisan tersebut. Dan jika rasa dengki sudah memuncak, maka bisa saja para saudaranya mencoba menyingkirkan Nabi Yusuf dengan segala tipu daya.

Baca Juga  Pengungkapan Manna dan Salwa: Analisis Q.S Al-Baqarah Ayat 57

Relevansi Surat Yusuf ayat 4 dengan Teori Referensial dan Kontekstual

Pada ayat tersebut, terdapat kata يَٰٓأَبَتِ yang mempunyai dhamirti”. Dhamir itu mempunyai makna “ku”. Pemaknaan tersebut merujuk kepada ayah dari Nabi Yusuf, yaitu Nabi Yaqub. Penggunaan kata ganti seperti ini adalah termasuk cara menggunakan teori referensial. Kata ganti ini mereferensi kepada Nabi Yaqub sebagai orang tuanya.

Kemudian kata أَحَدَ عَشَرَ كَوۡكَبٗا وَٱلشَّمۡسَ وَٱلۡقَمَرَ dikaji menggunakan teori kontekstual. Secara makna asli, أَحَدَ عَشَرَ كَوۡكَبٗا وَٱلشَّمۡسَ وَٱلۡقَمَرَ mempunyai makna “sebelas bintang, matahari, dan bulan”. Akan tetapi, kata tersebut jika dimaknai dengan teori kontekstual maka mempunyai makna kedua orang tuanya dan saudara-saudaranya yang tunduk di hadapannya.

Jika lafal kata dalam ayat ini dibahas dengan gaya bahasa, maka mempunyai arti yang sangat indah, yaitu lafal kata يَٰٓأَبَتِ, yang menunjukkan suatu panggilan kasih sayang, rasa patuh, dan hormat kepada seorang ayah. Kemudian lafal kata إِنِّي رَأَيۡتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوۡكَبٗا وَٱلشَّمۡسَ وَٱلۡقَمَرَ رَأَيۡتُهُمۡ لِي سَٰجِدِينَ, jika dibahas dengan segi karakter, maka mempunyai maksud tentang seorang anak kecil yang belum baligh (masih kecil) sedang bercerita ke ayahnya tentang apa yang dia mimpikan saat tidur. Namun jika dibahas dari segi waktu, maka mempunyai maksud tentang seorang anak yang bercerita kepada ayahnya tentang mimpi tidurnya saat waktu pagi.

Kesimpulan

Berdasarkan penafsiran tafsir al-Mishbah dan kajian 2 teori semantik (teori referensial dan teori kontekstual), dijelaskan bahwa surat Yusuf ayat 4 mempunyai makna asli dari kiasan “11 bintang, matahari, dan bulan”. Kiasan tersebut bermakna 11 saudara Nabi Yusuf, Ayah, dan Ibunya. Ayat tersebut juga menjelaskan mengenai sebutan يَٰٓأَبَتِ , yang secara tidak langsung tertuju kepada ayahnya, yaitu Nabi Yaqub. Sebutan tersebut mempunyai makna kasih sayang yang cukup tinggi  yang ditujukan kepada seorang ayah.

Baca Juga  Manhaj Pendidikan dalam Tafsir Marah Labib karya Nawawi Al-Banthani

Sedangkan kata إِنِّي رَأَيۡتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوۡكَبٗا وَٱلشَّمۡسَ وَٱلۡقَمَرَ رَأَيۡتُهُمۡ لِي سَٰجِدِينَ, mempunyai makna tersendiri, yaitu adanya ketundukan dari para keluarga kecilnya. Ketundukan ini dikarenakan dua warisan penting Nabi Yaqub terhadap Nabi Yusuf. Sehingga dengan pemberian warisan tersebut, maka akan bisa mengakibatkan sifat iri dan dengki bagi saudara-saudaranya.

Editor: An-Najmi