Islam memberikan kewajiban kepada para pemeluk-pemeluknya untuk terlibat dalam mengontrol kehidupan individu dan masyarakat disekitar tempat dimana dia hidup. Apabila terlihat kehidupan individu ataupun masyarakat di sekitar tidak atau belum sesuai dengan koridor agama, maka sudah menjadi kewajiban baginya untuk mengajak kearah yang lebih baik.,ajakan tersebut dikenal dengan istilah dakwah. Pada kali ini penulis ingin menjelaskan bahwa dakwah selain di mimbar ceramah, dapat juga dilakukan melalui tulisan.
Pertama, kita jelaskan apa itu dakwah, menurut Moh. Natsir (1980) dakwah merupakan tugas para muballigh untuk meneruskan risalah yang diterima dari Rasulullah SAW. Risalah merupkan tugas yang dipikulkan kepada Rasulullah untuk menyampaikan wahyu Allah kepada umat manusia. Sehingga dapat dipahami bahwa risalah itu sifatnya merintis, sedangkan dakwah sifatnya melanjutkan.
Muballigh secara bahasa artinya penyampai atau penyeru. Tampaknya seluruh kita merupakan orang yang dibebankan dipundaknya sebagai seorang yang mempunyai tugas sebagai muballigh. Hal ini dipahami dari sabda Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadis menyatakan “sampaikanlah dariku walaupun satu ayat”.
Aneka Metode Dakwah
Kewajiban untuk menjadi penyampai atau penyeru kebaikan ini juga dipahami dari ayat al-Qur’an yaitu . “dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran : 104). “ . “ kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Ali Imran : 110). Menjadi muballigh dakwah Islam tidak selalu menuntut seseorang untuk menjadi penceramah, khatib dan sebagainya. Para ulama menyatakan bahwa dakwah dapat dilakukan dengan perbuatan atau teladan yang baik.
Al-Qur’an sendiri menunjukkan beberapa cara yang dapat dilakukan dalam rangka menyampaikan dakwah ini yaitu “serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl : 125)
Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah (2004 : 386) ketika menjelaskan ayat tersebut menyebutkan bahwa dalam ayat tersebut terdapat tiga metode dakwah yang harus disesuaikan dengan sasaran dakwah. Pertama,terhadap cendikiawan yang memiliki pengetahuan tinggi, dalam menyampaikan dakwah hendaknya dengan hikmah yaitu berdialog dengan kata-kata bijak sesuai tingkat kepandaian mereka. kedua, terhadap orang awam, dakwah yang dilakukan dengan menerapkan mauizhah yakni nasihat sesuai dengan pengetahuan mereka yang sederhana. Ketiga, terhadap ahlul kitab dan penganut agama lain dapat dilakukan dengan jidal yaitu berdebat atau berdiskusi dengan cara yang terbaik.
Dakwah Melalui Tulisan
Ketiga metode dakwah di atas dapat dilakukan secara lisan maupun secara tulisan atau keduanya. Hal ini bergantung kepada kemampuan orang yang akan menyampaikan dakwah tersebut.
Al-Qur’an sendiri mengisyaratkan penyampaian ilmu dengan menggunakan tulisan. Hal ini dipahami berdasarkan ayat al-Qur’an yaitu “yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam” (QS. Al-Alaq : 4) dan “Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis” (QS. Al-Qalam :1).
Berdakwah melalui tulisan ini dapat menjadi opsi karena barangkali tidak semua orang menyukai ceramah atau diceramahi. Selain itu tema ceramah biasanya sering mengulang-ulang materi yang telah disampaikan para penceramah yang lain sehingga ini akan menimbulkan kebosanan para Jemaah.
Dakwah melalui tulisan ini dapat menyentuh seluruh masyarakat, apalagi ketika tulisan-tulisan tersebut disebarluaskan melalui media hal ini akan mudah dibaca kapan pun dan dimana pun. Selain itu dakwah tersebut juga dapat menyetuh, mencerahkan dan menambah pemahaman pemeluk agama lain tentang Islam.
Sekarang yang menjadi tantangan bagi para penulis adalah mempersiapkan tulisan-tulisan yang menarik, berbobot penuh dengan ilmu; serta menggunakan bahasa-bahasa yang sopan dan tidak provokatif dalam menyampaikan dakwah melalui tulisan ini.
Editor: An-Najmi Fikri R
Leave a Reply