Islam hadir dalam keadaan asing di kalangan masyarakat jahiliyah. Sehingga secara umum ajaran yang dibawah oleh Islam melalui Nabi Muhammad mendapatkan tantangan. Bahkan dari kalangan keluarga Nabi sendiri ada sebagian yang menentang termasuk paman beliau. Hal demikian menunjukkan bahwa kedatangan Islam benar-benar telah merubah kebiasaan buruk masyarakat jahiliyah.
Bukan saja di zaman jahiliyah, di zaman yang modern ini, keislaman dan wahyu yang diturunkan Allah kepada Nabi masih banyak yang meragukan khususnya dari kalangan orientalis. Orientalis adalah para pemikir Barat yang konsel dalam kajian Islam atau peradaban timur. Selain itu orientalis yang sebagai pengkaji Islam sering membawa misi terselubung untuk kepentingan pribadi dan kelompok.
Salah satu orientalis yang juga konsen dalam kajian Islam ialah William Montgomery Watt, seorang pemikir Barat yang mengkaji studi-studi keislaman. Watt banyak mengkaji Islam terutama tentang Al-Quran yang dijadikan rujukan umat Islam di dunia. Karya-karyanya telah banyak memberikan pengetahuan baru baik bagi barat maupun Islam. Walaupun sederhananya Watt mengakui adanya wahyu Al-Quran yang diturunkan Allah kepada Nabi.
Beberapa orientalis yang juga fokus mengkaji Islam sebelum Watt. Di antaranya Theodore Noldeke, Stefan Wild, Rudi Paret, Richard Bell dan masih banyak lagi. Mereka merupakan tokoh yang mengkaji Al-Quran dengan pendekatan historis.
Biografi W. Montgomery Watt
W. Montgomery Watt merupakan orientalis Barat yang menjadi orientalis terakhir dalam perjalanan sejarah orientalis dalam mengkritik Al-Quran (Zunly 2011). Di tanggal 14 Maret 1909 ia lahir. Kemudian sepanjang kariernya menjadi dosen filsafat, bahasa Arab dan sastra Arab. Dan pada akhirnya menjadi ketua asosisasi orientalis tahun 1964-1956. Watt yang selama ini dianggap sebagai orientalis moderat juga meragukan keaslian dari Al-Quran. Bahkan ia mengatakan bahwa Al-Quran dan sunnah dibuat-buat dan tidak konsisten sehingga tidak bisa dijadikan sebagai pedoman (Zarkasyi 2009).
Metode yang digunakan oleh orientalis dalam mengkaji sejarah tersebut dengan kritik sejarah. Ada tiga pertanyaan yang selalu dilontarkan dalam metode kritik sejarah, yaitu bagaimana usal usul teks, makna teks dan sejarah teks. Studi kritis inilah yang menjadi pedoman orientalis untuk mengkaji Al-Quran (Zunly 2011).
Dalam proses perkembangannya orientalis selalu mengskreditkan dan menghegemoni dunia Islam agar ragu akan kitab Al-Quran (Yusuf 2016). Banyak kemudian orientalis menulis pemikiran tentang Islam tak terkecuali dengan Watt. Ia banyak menghasilkan karya, salah satunya berjudul Islamic Revelation in the Modern World. Watt mengatakan bahwa nabi Muhammad sebenarnya tidak mengarang Al-Quran atau menambah isi Al-Quran. Hanya saja kata Watt nabi Muhammad membuat Al-Quran di sesuaikan dengan keadaan masyarakat saat itu.
Nabi Muhammad dan Wahyu
Bahkan Watt mengatakan di dalam wahyu bukan hanya ada Tuhan melainkan aspek manusia juga terlibat dalam penulisan Wahyu itu (Jalaluddin, n.d.). Selain pandangan Watt di atas ia juga mengkritik an-naskh wa-l-mansukh ada berapa perintah Allah untuk Nabi dan manusia itu hanya berlaku untuk waktu yang telah ditentukan. Watt mengkaji beberapa ayat Al-Quran yang ia katakan sebagai pembatalan dari ayat pertama misalnya dalam QS. al-Baqarah ayat 106 dan QS. Al- Hajj : 52. Ayat pertama, menurut Watt, berkenaan dengan beberapa aspek dari pengalaman Nabi dalam menerima wahyu.
Sedangkan dari ayat kedua, yang berkaitan dengan usaha setan atau iblis dalam memasukkan kata-kata yang berlawanan dengan monoteisme Islam ke lisan Nabi dalam membaca Al-Qur’an namun dihapuskan oleh Allah. Watt mengatakan bahwa pembatalan di sini berarti penghapusan (Jalaluddin, n.d.). Muhammad dianggap telah meniru kitab yahudi dan nasrani. Bahkan para orientalis bersepakat bahwa Muhammad mempelajari ilmu-ilmu Alquran dari Pendeta Nashrani ketika ia mengikuti pamannya berdagang ke negeri Syam.
Perubahan Karena Kondisi
Pembatalan atau revisi wahyu yang dimaksudkan oleh Watt ialah Al-Quran bisa saja memberi tanda kepada Nabi bahwa ia telah lupa akan wahyu yang diturunkan pertama kepadanya. Dalam artian adanya revisi dan pembatalan yang dimaksud itu. Itu semua dikarenakan melihat kondisi dan keadaan umat Islam saat itu.
Perubahan atau revisi wahyu Al-Quran yang di maksud, bagi Watt, terjadi karena perubahan keadaan sosial yang dihadapi umat Islam saat itu. Jika pada saat awal pendirian kelompok atau umat wahyu yang turun adalah respons-respons positif, maka ketika kelompok atau umat tumbuh dan menghadapi berbagai macam tantangan, maka wahyu yang turun kemudian adalah wahyu yang berisikan bimbingan lebih lanjut (Jalaluddin, n.d.).
Maka dari itu, sebagai orientalis, kajian mereka banyak menyudutkan Islam dan wahyu Al-Quran. Justru telah menambah sebuah keyakinan yang kokoh terhadap umat Islam untuk senantiasa beriman kepada Allah dan Rasu-Nya. Selain itu, tidak sedikit pula kaum intelektual dari Islam telah membantah temuan-temuan dari orientalis yang telah banyak menyesatkan umat manusia dari kebenaran yang mutlak dalam pandnagan Islam.
Kanal Tafsir Mencerahkan
Sebuah media Islam yang mempromosikan tafsir yang progresif dan kontekstual. Hadir sebagai respon atas maraknya tafsir-tafsir keagamaan yang kaku dan konservatif.