Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Pandangan Imam Al-Razi Terhadap Pemimpin yang Dzalim

Pemimpin
Sumber: https://unsplash.com/

Untaian jahitan tulisan ini berawal dari ritual keagamaan ummat Islam, yaitu sholat jum’at yang diselenggarakan ummat Islam sepekan sekali di seluruh penjuru dunia. Dalam sholat Jum’at sudah barang tentu terdapat serangkain khutbah oleh khotib. Nah, dari khotib yang berkhutbah itulah proses asbabun nuzul dari problema tulisan ini muncul, yang mana penulis saat itu menyimak secara seksama dengan tempo yang sesingkat-singkatnya, dimana dalam khutbah tersebut, khotib menyitir problema sosial politik perihal ‘’Pemimpin Ideal Dalam Islam’’.

Terlepas dari itu semua, penulis ingin menggaris bawahi perihal untaian khutbah khotib yang mengisahkan Sayyidina Ali bin Abi Thalib pasca terpilih sebagi khalifah, yang mana ditanya oleh salah seorang rakyatnya, ‘’wahai Amirul Mukminin, mengapa saat masa Abu Bakar Ash-siddiq dan Umar bin Khattab memimpin umat Islam, keadaan baik-baik saja tidak ada perang sesama ummat islam, tapi setelah Tuan(Ali bin Abi Thalib) menjadi khalifah (pemimpin), keadaan kita menjadi kacau balau, perang sesama ummat Islam?

Lantas Sayyidina Ali bin Abi Thalib pun menjawab: ‘’waktu masa khalifah Abu bakar Ash-Siddiq dan Umar bin Khattab, rakyatnya macam saya, baik-baik, namun pasca saya diangkat menjadi khalifah (pemimpin), rakyatnya macam kalian susah diatur.

Nah, dari pemaparan khatib pada saat khutbah itulah, penulis berfikir jawaban apa yang ditawarkan Al-Qur’anul Karim terkait problema sosial politik yang dialami Sayyidina Ali bin Abi Thalib tersebut, dalam kitab suci ummat Islam, yaitu Al-Qur’anul Karim QS.Al-An’am [6]: 129.

Pentinganya Mengangkat Pemimpin

Sebelum menjurus ke inti permasalahan, penulis ingin mengajak pembaca, yaitu untuk mengetahui urgensi pentingnya mengangkat pemimpin dari berbagai sektor lapisan masyarakat, berangkat dari grassroot (akar rumput) hingga pucuk kepemimpinan, mulai dari RT, RW, Lurah, Bupati, Gubernur, hingga Presiden, sebagai panglima negara, dalam hali ini penulis mengutip pandangan Imam Al-Haramain Al-Juwaini(419-478 H/1028-1085 M), sebagai berikut:

Baca Juga  Revolusi Itu Sangat Tidak Qur'ani

قَالَ بَعْضُ العُلَمَاءِ : لَوْ خَلاَ الزَّمَانُ عَنِ السّثلْطَانِ فَحَقٌّ عَلَى قُطَّانِ كُلِّ بَلْدَةٍ , وَسُكَّانِ كُلِّ قَرْيَةٍ, أَنْ يُقَدِّمُوْ مِنْ ذَوِي الأَحْلاَمِ وَالنُّهَى, وَذَوِي الْعُقُوْلِ وَالْحِجَا مَنْ يَلْتَزِمُوْنَ امْتِثَالَ إِشَارَاتِهِ وَأَوَامِرِهِ ,وَيَنْتَهُوْنَ عَنْ مَنَاهِيْهِ وَمَزَاجِرِهِ : فَإنَّهُمْ لَوْلَمْ يَفْعَلُوْا ذلِكَ, تَرَدَّدُوْا عِنْدَ إِلْمَامِ الْمُهِمَّاتِ , وَتَبَدَّلُوْا عِنْدَ إظْلاَلِ الْوَاقِعَاتِ

Sebagian ulama berkata: ‘’apabila suatu masa mengalami kekosongan dari penguasa tunggal, maka penduduk setiap daerah dan setiap desa, harus mengangkat di antara orang-orang yang memiliki kecerdasan dan pemikiran, seseorang yang dapat mereka ikuti petunjuk dan perintahnya, dan mereka jauhi larangannya. Karena apabila mereka tidak melakukan hal tersebut, mereka akan ragu-ragu ketika menghadapi persoalan penting dan tidak mampu mengatasi persoalan yang sedang terjadi. 

Pandangan Imam Al-Razi QS.Al-An’am [6]: 129.

Terkait jawaban yang ditawarkan kitab suci Al-Qur’anul Karim, perihal problema yang dialami Sayyidina Ali- bin Abi Thalib di atas,  yang menurut hemat penulis, wajib kita gali sedalam-dalamnya agar supaya ummat Islam yakin seyakin-yakinya, bahwasanya benar Al-Qur’anul Karim adalah kalam Tuhan yang sholihul likulli zaman wal makan (cocok disetiap zaman dan tempat), yang mana dalam hal ini, penulis buktikan melalui firman Tuhan, yaitu surah Al-An’am ayat 129, berikut :

وَكَذلِكَ نُوَلِّيْ بَعْضَ الظّلِمِيْنَ بَعْضًا بِمَا كَنُوْ يَكْسِبُوْنَ

‘’Dan demikianlah kami jadikan sebagian orang-oarng yang dzolim itu menjadi pemimpin bagi sebagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan’’QS.Al-An’am [6]: 129.

الآية تَدُلُّ عَلَى أَنَّ الرَّعِيَّةَ مَتَى كَنُوْا ظَا لِمِيْن فَااللهُ تَعَلَى يُسَلِّطُ عَلَيْهِمْ ظَالِمًا مِثْلَهُمْ فَاِنْ اَرَادُوْ أَنْ يَتَخَلَّصُوْا مِنْ ذلِكَ الأَمِيْر الظالِم فَلْيَتْرُكُوْا الظُلْمَ

‘’Ayat ini menunjukkan bahwa ketika rakyat telah menjadi orang-orang yang dzolim, maka Allah SWT akan mengangkat pemimpin yang dzolim seperti mereka, apabila rakyat ingin terbebas(freedom) dari belenggu pemimpin yang dzholim itu, maka mereka harus menghentikan kedzholiman terlebih dahulu”.

            وَلاَ نَرَ الْخُرُوْجَ عَلَى أَئِمَّتِنَا وَوُلاَةِ اُمُوْرِنَا وَإِنْ جَارُوْ وَلاَ نَدْعُوْ عَلَيْهِمْ وَلاَ نَنْزَعُ يَدًا مِنْ طَاعَتِهِمْ , وَنَرَى طَاعَتِهِمْ مِنْ طَاعَةِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ فَرِيْضَةً مَا لَمْ يَاْمُرُوْا بِمَعْصِيَةٍ

Baca Juga  Makna Wali dalam Al-Quran dan Sejarah: Menilik Al-Baqarah Ayat 257

‘’Kita tidak punya ajaran melawan pemimpin kita, dan pejabat negara kita, meskipun mereka dzholim, dan kita tidak mendoakan kejelekan kepada mereka, tapi kita doakan yang baik bagi mereka, dan kami tidak melepas tangan dari ketaatan kepada mereka. Dan kami berpendapat mentaati pemimpin adalah kewajiban, yang termasuk taat kepada Allah SWT, selagi mereka tidak memerintah kepada kemaksiatan’’. Wallahua’lam.

Editor: An-Najmi Fikri R