Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Pandangan Geiger Terhadap Al-Qur’an Dipengaruhi Oleh Agama Yahudi

geiger
Sumber: amazon.com

Umat Islam pernah mengalami kejayaan yang sangat cemerlang di abad pertengahan selama 7 abad, pada bidang ilmu pengetahuan. Umat islam menjadi pusat peradaban dunia dengan kemegahan perpustakaan Baitul Hikmah di Baghdad dan peradaban Eropa di Andalusia. Saat itu terdapat masa kegelapan yang terjadi di wilayah Barat. Sehingga dengan kemajuan ilmu pengetahuan umat Islam memancing ketertarikan masyarakat Barat untuk mempelajarinya. Tulisan ini akan memaparkan pandangan Abraham Geiger seorang orientalis terhadap Al-Qur’an yang dipengaruhi oleh Agama Yahudi.

Sejarah munculnya Kajian al-Quran di Barat

Kejayaan umat Islam membuat bangsa Barat tertarik untuk mempelajari kajian ilmu pengetahuan, mempelajari agama Islam, yaitu dengan mengkaji al-Quran yang diyakini umat Islam sebagai sumber primer agamanya.

Ketertarikan bangsa Barat dalam mempelajari al-Quran, tentunya memiliki maksud dan berbagai faktor. Secara garis besar dipengaruhi sebagai berikut :

  • Kebencian terhadap Al-Qur’an

Kaum orientalis menilai Al-Qur’an bukan firman dari Tuhan, melainkan karangan Muhammad. Kaum Kristiani menganggap bahwa Al-Qur’an bukanlah Kalam ilahi, dan menjadikan Bibel sebagai tolak ukur untuk menilai Al-Qur’an. Jika Al-Qur’an tidak sama dengan Bibel, maka Al-Qur’an lah yang salah. Karena bagi mereka Bibel adalah God’s word, yang tidak mungkin salah karena Al-Qur’an telah berani mengkritik tajam kata-kata Tuhan di dalam Bibel, maka Al-Qur’an bersumber dari syaitan.

  • Kebencian terhadap Islam sebagai penyebab dari adanya Perang Salib

Perang Salib menimbulkan banyak kesalahpahaman kaum barat terhadap agama Islam yang menimbulkan pandangan – pandangan negatif terhadap Islam yang dicirikan memandang agama Islam sebagai agama inferior berkaitan erat dengan sikap apologis, sebagai agama teror dan Memandang Islam sebagai sah satu sekte Yahudi atau Kristen yang sesat. Mereka melihat dalam agama Islam terdapat banyak kebenaran yang juga ada di agama Kristen

  • Penilaian Negatif terhadap sosok Nabi
Baca Juga  Mengenal Harald Motzki Lebih Dekat

Image Negative tentang Nabi Muhammad SAW dalam kajian dan literatur sarjana Barat khususnya Eropa, seperti pangeran kegelapan atau nama untuk kejahatan. Mereka menilai nabi adalah seorang yang buta huruf, status sosial rendah, keras dan kasar, cinta perang dan biadab, bodoh tentang dogma Kristen dan tamak kuasa, sehingga ia menjadi penguasa dan mengklaim dirinya seorang nabi.

Pandangan Abraham Geiger terhadap Al-Qur’an

Abraham Geiger merupakan tokoh reformasi Yahudi juga seorang sarjana dan Rabbi. Konstruksi pemikiran Abraham Geiger tentang Al-Qur’an dideskripsikan dalam bukunya, “Judaism and Islam”, bahwa Al-Qur’an dipengaruhi oleh agama Yahudi dalam beberapa aspek berikut;

Pertama, lingustik, keimanan, dan ideologi. Menurut Geiger, ada 14 kosakata dalam Al-Qur’an yang diadopsi dari bahasa Ibrani. Di antaranya yaitu sakinah, thagut, Furqan, ma’un, masani, malakut, darasa, tabut, jannatu adn, taurat, jahannam, Rabbani, sabt dan ahbar.

Kata sabt ini digunakan untuk hari sabtu (akhir pekan) oleh Islam, Yahudi, dan Kristen. Dalam kitab Eksodus XVI: I, Ben Ezra memberikan pandangannya bahwa dalam bahasa Arab ada 5 hari yang diberi nama sesuai urutan angka, yaitu hari pertama (ahad), hari kedua (isnin), hari ketiga (sulastau), hari keempat (arbiau), hari kelima (khamis). Tetapi dihari keenam tidak demikian. Justru Islam menggunakan kata “sabt” yang dianggap mengadopsi bahasa.

Kedua, konsep keimanan dan doktrin keagamaan, yang diadopsi Nabi Muhammad dari ajaran sebelum Islam. Seperti penciptaan langit dan bumi beserta segala isinya dalam enam hari, tujuh tingkatan surga dan kepercayaan tentang pembalasan di hari akhir.

Orang Yahudi percaya tentang hal ini, begitu juga tentang balasan surga dan neraka. Geiger mangatakan bahwa ternyata bahwa hal ini juga muncul dalam agama Islam. Dalam Isaiah, v. 14, disebutkan bahwa penguasa neraka setiap hari bertanya, “Berikan kami makanan, agar kami merasa puas”. Dalam Al-Qur‟an juga terdapat pernyataan yang sama, meski dengan redaksi yang sedikit berbeda, yaitu dalam QS. Qaf [50] : 30.

Baca Juga  Polemik Qira’at atas Otentisitas Al-Qur’an

Ketiga, berhubungan dengan aturan hukum dan moral, ibadah yang dianggap Geiger sama dengan ajaran Yahudi, seperti tayammum. Dalam ajaran Talmud, air adalah salah satu sarana untuk bersuci. Bila tidak ada air, maka pasir bisa menjadi alternatif utama. Begitu juga halnya dalam Islam. Kesamaan inilah yang dianggap Geiger sebagai “peminjaman” tradisi. Harapan menjadi husnul khatimah (meninggal dalam keadaan baik). Dalam A-Qur‟an disebut, (wa tawaffana ma‟al abrar) Begitu juga dalam Balaam, “Let me die the death of the righteous”.

Keempat, Kisah-kisah Al-Qur’an Dari tradisi Yahudi, yang dianggap Geiger berasal dari Yahudi, yaitu kisah Nabi Adam hingga Nabi Nuh, kisah Nabi Nuh hingga Nabi Ibrahim, kisah Nabi Ibrahim hingga Nabi Musa. Tiga raja yang kekuasaannya tak terbatas, yaitu raja Thalut, Nabi Daud, dan Nabi Sulaiman, orang-orang suci yang diutus setelah masa Nabi Sulaiman.

Geiger memandang al-Quran banyak sekali mengutip dari Yahudi. Memang jelas ada kesamaan dari segi akulturasi bahasa, tradisi dan budaya agama lain dengan islam sebagai agama yang datang kemudian. Tetapi ini tidak bisa dikatakan merubah keautentitasan al-Quran atau doktrin islam, karena islam datang bukan sebagai penentang tetapi sebagai penyempurna agama sebelumnya.

Editor: An-Najmi