Peradaban modern dengan berbagai fasilitasnya di era 4.0 ini, selalu membuat decak kagum bagi manusia itu sendiri. Siapa sangka hal tersebut menjadikan kemukjizatan Al-Qur’anul Karim semakin mencolok.
Salah satu fasilitas yang membuat decak kagum tersebut adalah fasilitas kendaraan tempur berikut peralatan senjatanya, salah satunya, yaitu di negeri tirai bambu, China. Karena itu, hari-hari ini cukup menjadi sorotan terkait perkakas alat-alat temburnya yang canggih, yang dipertontonkan di tengah khalayak ramai yang bertempat di Pameran Kedirgantaraan Zhuhai. Mulai dari Drone sampai jet Tempur.
Kita sebagai ummat Islam, sudah sepantasnya termenung dan berfikir sejenak, apakah perlatan-peralatan atau perkakas-perkakas tempur tersebut begitu saja tercipta? Tentu saja tidak, embrio akan hal tersebut telah diejawantahkan melalui ayat-ayat suci Tuhan. Terutama perihal petunjuk akan bahan baku perkakas militer tersebut.
Nabi Daud dan Perkakas Perang
Menelisik salah satu kisah utusan Tuhan, yaitu Nabiyallah Daud alaihissalam. Ia merupakan salah seorang Nabi yang telah diberikan petunjuk perihal perkakas perang. Semisal baju-baju perang yang ia kenakan pada saat peperangan yang berbahan baku dari besi, dan hal tersebut terlukis setidaknya dalam tiga surah dan empat ayat dalam Al-Qur’anul Karim
Pertama, yang terdapat dalam surah Saba ayat 10-11. Kedua, yang terdapat dalam surah Al-Anbiya ayat 80. Dan yang ketiga, terdapat dalam surah Al-Hadid ayat 25.
Muhammad Hasby Ash-Shidiqiey menafsirkan sebagian surah al-Hadid ayat 25, yang berbunyi ‘’Wa anzalnal hadiida fiihi ba’sun syadiiduw wa manaafi’u lin naasi’’. “Kami turunkan pula besi yang didalamnya ada kekuatan yang besar dan berbagai kemanfaatan untuk manusia.’’.
Dalam ayat ini, pungkas Hasby dalam tafsir al-Qur’anul Majid An-Nur. Allah SWT menjadikan besi yang mampu kita pergunakan untuk peralatan senjata, mesin industri, alat-alat pengangkutan laut darat maupun udara, alat-alat pertukangan, dan sebagainya, yang menadatangkan manfaat bagi seluruh manusia. (Ashiddieqy, 2000, p. 4123)
Embrio Sains Modern Perkakas Peperangan
Perkakas peperangan telah disebutkan oleh Allah SWT dalam firmannya, yaitu surah Al-Anbiya ayat 80 berfirman, sebagai berikut:
وَعَلَّمْنهُ صَنْعَةَ لَبُوْسٍ لَّكُمْ لِتُحْصِنَكُمْ مِنْ بَأْسِكُمْ فَهَلْ اَنْتُمْ شَاكِرُوْنَ
‘’Dan telah kami ajarkan (pula) kepad Daud cara membuat baju besi untukmu, guna melindungi kamu dari peperangan’’. QS. Al-Anbiya[21]:80
Dalam ayat ini, tutur Hamka, Allah SWT memberikan sebuah ilham kepada Nabiyallah Daud Alaihissalam, yaitu berupa petunjuk perihal bagaimana caranya membuat baju besi, yang digunakan untuk peperangan sehingga mudah dibawa bergerak. (Hamka, 2001, p. 4614). Dan dalam tafsir al-Qur’anul Majid An-Nur, disebutkan bahwa tujuan dari baju besi tersebut, yaitu untuk melindungi diri Nabi Daud alaihissalam dari serangan daripada senjata-senjata musuh. (Ashiddieqy, 2000, p. 2632)
Kemudian, tutur Hamka, ayat di atas menjelaskan bahwasanya Allah SWT, mengajarkan kepada Nabi Daud alaihissalam, membuat baju besi itu ialah, ’’untuk kamu’’, yaitu untuk ummat Muhammad SAW supaya dipergunakan dalam peperangan. Dan lebih jelas lagi tutur Hamka, bagaimana dalam ayat ini. ‘’Supaya membentengimu dari peperangan kamu’’.
***
Dari segi aspek ilmiah, pungkas Hamka, dapatlah ayat ini dipertanggung jawabkan, bahwasanya awal muara pertama kali yang mendapatkan baju besi dari rantai, yaitu Nabi Daud alaihissalam. Nah, pasca Nabi Daud itulah, baru kemudian bangsa-bangsa Eropa, yang baru bermunculan beribu tahun pasca Nabi Daud alaihissalam.
Berkaitan dengan ayat ini, seorang Hamka menuturkan bahwa ayat ini memberi petunjuk kepada ummat Muhammad SAW yang akan menyambung peradaban supaya mempergunakan kepandaian yang telah diajarkan Tuhan kepada Nabi Daud alaihissalam dalam peperangan, yaitu menurut langgam atau perkakas persediaan pada masa itu. (Hamka, 2001, p. 4615).
Namun, pungkas Hamka, untuk seterusnya tidaklah boleh disamakan dengan baju besi saja, melainkan dengan sangat jelas dikatakan dalam surah Al-Anfal ayat 60, sebagai berikut:
وَاَعِدُّوْا لَهُمْ مَااسْتَطَعْطُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُوْنَ بِهِ عَدُوَّ اللهِ وَعَدُوَّكُمْ
’Dan persiapkanlah untuk (menghadapi) mereka, apa saja yang kamu sanggup daripada kekeuatan dan daripada ikatan kuda-kuda, untuk kamu pertakuti dengan dia musuh dan musuh kamu” QS. Al-Anfal [8]:60
Menurut Hamka, tegasnya bertambah modern kekuatan persenjataan, bertambah juga kewajiban kamu, yaitu untuk meyediakan dengan berbagai usaha dan kesanggupanmu, dalam ayat ini juga pungkas Hamka, ada kalimat quatin bermakna kekuatan, dan quatin (قُوَّةٍ ) dalam ayat ini berbentuk nakirah, bukan ma’rifah (القُوّة) ditandai dengan alif dan lam. Oleh karenanya dia berbentuk nakirah, maka artinya adalah segala macam kekuatan; apa saja, dimana saja menurut zamannya! (Hamka, 2001, p. 4615)
Kepandaian Nabi Daud
‘’maka adakah kamu bersyukur’’ (ujung ayat 80), begitulah pungkas Hamka, kepandaian yang telah diajarkan Tuhan kepada Nabi Daud alaihissalam, dan kepandaian tersebut dapat diwariskan kepada ummat-ummat berikutnya. Adakah yang demikian kamu syukuri?
Ummat yang datang kemudian mewarisi pengalaman serta ilmu pengetahuan daripada ummat yang terdahulu, kadang hal semacam itu pungkas Hamka dari asbab ilham Tuhan kepada seseorang sehingga kemajuan di dunia ini didapat. Contohnya seperti roda, siapakah agaknya manusia yang pertama kali diberi ilham oleh Tuhan umtuk membuat roda, alangkah banyaknya kemajuan peradaban yang telah diperoleh manusia lantaran roda hingga sekarang, contoh lainya seperti inspirasi lainya yang diberikan oleh Tuhan, seperti lampu listrik, radio, televisi, kecepatan perhubungan udara, dan aneka warna ilmu teknologi.
Bukankah manusia mendapat karena akalnya diberikan oleh Tuhan, bukankah pengetahuan itu ialah mengetahui barang yang tadinya belum diketahui? Artinya, bahwa sebelum manusia mengetahui, hal itu memang begitulah adanya?
Bukankah hakikat sesuatu itu adalah merupakan hasil penyelidikan semata. (Hamka, 2001, p. 4615) disini amat tepatlah ujung ayat, ‘’Maka adakah kamu bersyukur’’? Jika penyelidikan itu berhasil, bersyukurlah kepada yang maha kuasa atas tiap-tiap sesuatu itu. Wallahua’lam
Editor: Ananul Nahari Hayunah
Kanal Tafsir Mencerahkan
Sebuah media Islam yang mempromosikan tafsir yang progresif dan kontekstual. Hadir sebagai respon atas maraknya tafsir-tafsir keagamaan yang kaku dan konservatif.