Pada awalnya, kajian-kajian keislaman yang dilakukan oleh orientalis tidak hanya terkhusus pada kajian seputar hadis. Melainkan juga adanya kajian mengenai sejarah beserta biografi Nabi Muhammad saw. Kajian yang pada awalnya tidak memiliki titik fokus terhadap kajian hadis terus berkembang. Sampai pada akhirnya orientalis memiliki kajian tersendiri dalam membahas hadis dengan mengedepankan sikap skeptical approach, yakni sikap menolak otentisitas hadis.
Kajian tersebut pun terus menerus berkembang hingga mencapai pada kajian kritik sejarah secara sistematis yang terjadi sekitar pertengahan abad 19 M. Ignaz Goldziher merupakan seorang sarjana Barat yang pertama kali membawa hadis kepada kritik sejarah. Menurutnya, keotentitakan hadis hanya dapat diakui ketika memiliki nilai kesejarahan yang kuat. Hal tersebut terdapat di dalam buku Orientalis dan Diabolisme Pemikiran yang ditulis oleh Syamsuddin Arif.
Sikap tidak mempercayai hadis yang tertanam dalam diri orientalis memiliki berbagai alasan. Salah satunya ialah terdapat fakta sejarah yang menunjukkan bahwa pada masa Nabi pelestarian hadis masih sangat minim. Apalagi setelah wafat Nabi yang membuat kondisi hadis semakin mengalami berbagai permasalahan dan banyak terjadi pemalsuan hadis.
Permasalahan lainnya terjadi perselisihan mengenai penulisan hadis pada masa Nabi. Terdapat riwayat Nabi tidak mengizinkan untuk menuliskan sesuatu dari Nabi selain al-Qur’an karena khawatir akan adanya percampuran al-Qur’an dengan hadis. Meskipun setelah itu Nabi kemudian memberikan izin kepada beberapa sahabat.
Selain itu, Ignaz Goldziher menyebut bahwa keotentikan hadis diragukan karena pada abad pertama Hijriyah di masa kesejarahan Islam terjadi fitnah dan adanya konflik yang terjadi di internal umat Islam sendiri sehingga bermunculan aliran-aliran baru. Masih menurut Ignaz Goldziher, hadis merupakan sebuah produk yang dibuat oleh umat Islam pada masa abad ke-2 Hijriah. Meskipun pemikiran tersebut dibantah oleh beberapa sarjana Muslim.
Pemikiran Ignas Goldziher menuai berbagai kritik dari sarjana Muslim. Akan tetapi sikap skeptic yang dimiliki oleh Ignaz Goldziher tidak begitu tajam. Karena membenarkan bahwa hadis bersumber dari Nabi Muhammad saw. Hanya saja ia tidak mengetahui mana hadis yang benar-benar bersumber dari Nabi karena maraknya terjadi pemalsuan hadis pada masa awal Islam.
Keraguan yang ditunjukkan oleh Ignaz Goldziher dilanjutkan oleh Joseph Schact. Sikap skeptic Joseph Schact terhadap keotentikan hadis lebih tegas dibanding dengan Ignaz Goldziher. Joseph Schact berpendapat bahwa tidak ada hadis yang benar-benar bersumber dari Nabi, dan tidak menemukan ada satupun hadis sahih yang berkaitan dengan hadis hukum.
Keraguan tersebut diteruskan oleh G.H.A. Juynball. Juynball meneruskan teori-teori para pendahulunya dengan teori common link yang diciptakan dari Joseph Schact. Namun keotentikan hadis belum terbukti kebenarannya secara history. Keraguan mengenai keotentikan hadis dan kesejarahan hadis oleh tiga tokoh tersebut mendapatkan berbagai kritikan. Salah satu yang mengkritik secara tajam ialah Harald Motzki.
Kritik-kritik Harald Motzki terhadap teori tiga orientalis di atas berada dalam bukunya yang berjudul Analysing Muslim Traditions, Studies In Legal, Exegetical And Maghazi Hadith. Hadis-hadis yang diteliti Harald Motzki menggunakan metode isnad cum matn dalam kitab Muṣannaf karya ‘Abd al-Razzaq al-Ṣan’āni. Melalui metode isnad cum matn yang dikembangkan Harald Motzki ia menunjukkan bahwa hadis dapat ditelusuri hingga abad pertama Hijriah.
Sehingga, metode yang dicetuskan Harald Motzki dipercaya cukup efektif untuk melakukan penanggalan hadis dan mencari periwayatan yang lebih awal dengan tujuan mencari kesejarahan hadis. Metode isnad cum matn ini memiliki dua rangkaian. Pertama, berupa analisis atas jalur periwayatan dengan cara mengumpulkan kemudian membandingkan seluruh jalur periwayatan untuk menemukan dan menentukan siapa yang menjadi common link dan parsial common link.
Kedua, berupa analisis matan. Yakni membandingkan berbagai varian redaksi matan hadis dari berbagai sumber yang berbeda untuk mengetahui apakah teks hadis lebih tua dibandingkan dengan common link, sehingga diperoleh data sejarah yang valid.
Editor: Rubyanto
Leave a Reply