Sains akan menjadi satu hal yang tidak ada habisnya jika dibahas, terkhusus mengenai alam semesta. Al-Quran memang bukan buku yang menjelaskan hal-hal yang sifatnya saintifik. Namun, dalam beberapa ayat sedikit menggambarkan fenomena-fenomena alam semesta bahkan multi semesta (multiverse).
Multiverse (Multi Semesta)
Dewasa ini istilah multiverse atau multi semesta begitu digandrungi oleh masyarakat luas. Dengan hadirnya film-film yang mengusung konsep tersebut menjadi bahan yang menarik untuk ditonton. Selain itu konsep multi semesta ini seolah masuk akal dengan penjelasan-penjelasan saintifik dengan rumus-rumus tertentu. Misalnya rumus kecepatan cahaya yang tidak asing di telinga kita (E=mc2).
Multiverse atau multi semesta ini secara sederhana adalah kumpulan-kumpulan dari banyak semesta yang ada. Kita kenal ada galaksi bima sakti, andromeda dan lainnya; yang mana galaksi itu adalah bagian dari salah satu semesta dari sekian banyak semesta. Kemudian dari kumpulan semseta tersebut disebut jagat raya yang tak terhingga dalam perhitungan manusia. Namun, apakah eksistensi dari berbagai semesta dapat dijangkau oleh manusia di bumi, apakah ada kehidupan lain di semesta yang berbeda?
Memang tidak logis ketika berbicara multi semesta sedangkan samudera di bumi saja baru 2% dijangkau manusia. Tidak mungkin rasanya menjangkau semesta yang berbeda. Sedangkan proyek NASA di Mars saja sampai saat ini terus dalam tahap penelitian. Bahkan wacana Mars pengganti Bumi sampai saat ini masih dalam tanda tanya besar.
Terlepas dari itu semua, banyak konsep ilmu pengetahuan yang ditawarkan untuk menjawab persoalan-persoalan seperti itu. Ssehingga kemungkinan-kemungkinan bisa saja terjadi untuk menjangkau angkasa yang lebih luas.
Time Machine (Mesin Waktu)
Jawaban atas sekelumit pada zaman sebelum diciptakannya jam, menjadi pertanyaan yang menarik. Bagaimana bisa suku Aztec menemukan konsep waktu dengan melihat pergerakan bumi terhadap matahari saja? Apakah sudah secerdas itu manusia pada zaman dahulu? Dan inilah yang disebut pohon pengetahuan dalam istilah Yuval Noah Harari penulis buku Sapiens, Homo Deus dan buku-bukunya yang lain.
Kembali pada bahasan multi semesta, isu-isu teknologi mesin waktu masih terus diperbincangkan hingga saat ini oleh para ilmuwan dan profesor. Ada yang menyatakan bahwa konsep waktu tidak dapat diputar kembali ke belakang hanya bisa ke depan. Artinya hanya bisa ke masa depan dan tidak bisa ke masa lalu, ada pula yang mengatakan bahwa bisa ke dua masa. Namun pernyataan-pernyataan tersebut hanyalah sekelumit teori, lalu apakah ada dasar dalam memahami konsep mesin waktu ini?
Penulis semasa SMA pernah mengikut lomba olimpiade fisika selama dua tahun (2015 dan 2016), berturut-turut untuk mewakili sekolah. Meski belum rezeki mendapatkan juara, tetapi setidaknya penulis memahami sedikit tentang fisika kuantum dan fisika klasik; yang mana dua hal itu sangat berbeda dalam konsep berpikir dan berhitung.
Dan hal menarik yang bisa dibahas menyoal logisnya mesin waktu jika diperhitungkan dengan fluktuasi fisika kuantum. Lahirnya fisika kuantum merupakan kepanjangan tangan atau bayi dari ilmu matematika, yang memberikan ruh dan jiwa. Maka dari itu fisika kuantum lebih condong pada pembahasan materi matamatis. Berbeda dengan fisika klasik yang konsen pembahasannya pada ilmu-ilmu benda solid. Pertanyaan paling sederhana dari hal ini adalah, bagaimana cara mesin waktu (time machine) bekerja untuk perjalanan waktu (time travel)? Jawabannya ada pada relativitas.
Fisika Kuantum
Fisika kuantum sendiri pertama kali diperkenalkan oleh Albert Einstein yang membuka pandangan banyak orang terkait alam semesta. Seperti halnya bagaimana Isaac Newton yang berhasil mengubah pandangan orang-orang terkait hukum alam semesta pada zamannya. Fisika kuantum sendiri merupakan sebuah ilmu atau studi yang mempelajari mengenai perilaku materi serta energi yang ada pada tingkatan molekuler, atom, nuklir, serta tingkat mikroskopis, dan juga materi serta energi yang lebih kecil pula.
Perlu digarisbawahi pada pernyataan di paragraf pertama adalah “perilaku materi”, artinya energi dalam alam semesta ini menjadi pokok bahasan dalam fisika kuantum. Dan konsep mesin waktu adalah bagian dari teori medan kuantum, dalam fisika teori. Teori medan kuantum adalah kerangka teoretis untuk membangun model mekanika kuantum dari partikel subatom dalam fisika partikel dan kuasipartikel dalam fisika benda terkondensasi. Yang kemudian inilah menjadi dasar kemungkinan terbesar untuk menciptakan mesin waktu dalam melakukan perjalanan waktu.
Tapi, ada banyak rintangan yang harus dilalui dalam membuat mesin waktu ini, secara non materi adalah teori relativitas khusus dan kecepatan cahaya. Teori ini dicetus oleh Einstein adalah teori yang membahas mengenai kecepatan dan percepatan yang diukur secara berbeda melalui kerangka acuan. Lebih dalam lagi, pokok bahasan teori relativitas khusus adalah mengenai hubungan antara ruang dan waktu.
Relativitas
Sederhananya seperti ini, sifat waktu itu relatif, jika kita bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi bahkan hampir mendekati kecepatan cahaya waktu dapat melambat. Dan waktu akan semakin melambat di sekitar benda yang berat, jika diibaratkan waktu itu seperti karpet empat dimensi yang sangat besar dan dibentangkan. Kemudian diletakkan benda di karpet itu, maka semakin berat bendanya semakin dalam kelengkungannya, dan kemudian kelengkungan itulah yang disebut ruang dan waktu. Intinya semakin dalam kelengkungan maka semakin melambat waktu.
Tapi harus diingat, selain berat harus juga cepat, iika bisa menyamai kecepatan cahaya. Dan bergerak cepat pula ada risikonya yakni waktu bisa menjadi negatif atau bergerak mundur berlawanan dengan arah jarum jam. Timbul pertanyaan, apakah mesin waktu untuk perjalanan waktu bisa diciptakan untuk pergi ke semesta yang berbeda? Jawabanannya secara teori bisa asalkan memenuhi syarat, pertama berat, kedua cepat.
Bisa disimpulkan tentang konsep relativitas tersebut, sebagai berikut;
- Waktu merupakan dimensi keempat
- Gravitasi bergerak dalam bentuk gelombang (kelengkungan massa)
- Semakin cepat bergerak di luar angkasa, semakin lambat bergerak dalam ruang dan waktu
- Kecepatan cahaya selalu konstan (E=mc2)
- Gravitas merupakab kelengkungan ruang dan waktu
- Waktu akan melambat di sekitar benda yang berat
Multiverse dalam Pandangan Al-Quran
Jauh sebelum ada teori menyoal multi semesta, Al-Qur’an telah menjelaskan dalam Surah Fussilat ayat 11 dan Surah Al Anbiya ayat 30. Hal yang menjadi persimpangan besar antara teori Big Bang dan Al-Qur’an adalah menihilkan bahwa Allah Ta’ala menciptakan apa-apa yang ada di langit dan di bumi. Sebenarnya, pendapat tentang alam semesta yang terjadi dengan sendirinya telah dibantah oleh Newton. Pendapat Newton juga dikutip Stephen Hawking dalam menciptakan teori multiverse bahwa kompleksitas zat, molekul, dan partikel di alam semesta yang tersusun secara koheren tidak lahir dari sebuah kebetulan, tapi oleh suatu zat yang lebih kompleks itu sendiri.
Terkait multiverse, Allah berfirman dalam Surah At-Thalaq ayat 12: “Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.” Informasi sentral yang dikemukakan dalam surat at-Talaq ayat 12 adalah jenis materi (al-‘Ard) sama dengan jumlah jenis ruang alam (as-sama’) yakni 7. Informasi lain yang disajikan, yakni tentang undang-undang yang ditetapkan Allah berlaku pada ke-7 ruang alam (as-sama’) dan ke-7 materi (al-‘ard).
Ayat di atas menyiratkan adanya multiverse, multisemesta, atau banyaknya alam semesta. Tiap-tiap langit dan bumi, memiliki seperangkat hukum alam dan aturan-aturan yang telah diciptakan oleh Allah. Dalam beberapa kasus, bisa jadi perangkat hukum dan aturan di tiap langit dan bumi (universe) tersebut berbeda. Secara terminologi, istilah alam semesta dalam Al-Qur’an terekam dalam kata as-sama’ wa al’ard atau as-samawat wa al-‘ard. Maka itu, penyebutan sab’a samawat yang kemudian diikuti dengan wa min al-‘ardi milahunna, dapat bermakna sebagai banyaknya alam semesta. Namun, umat Islam harus dengan sadar dan sepenuh hati mengimani bahwa Allah yang menciptakan langit dan bumi; zat yang memberi kehidupan, zat yang memulai dan mengakhiri. Terlepas apakah di luar sana betul atau tidak terdapat alam semesta yang lain. Wallahu’alam.


























Kanal Tafsir Mencerahkan
Sebuah media Islam yang mempromosikan tafsir yang progresif dan kontekstual. Hadir sebagai respon atas maraknya tafsir-tafsir keagamaan yang kaku dan konservatif.