Peranan Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam Berkemajuan di era modern, yang sangat banyak manfaatnya bagi umat Islam khususnya dan masyarakat luas pada umunya. Peranan Muhammadiyah dalam gerakan Islam Berkemajuan, berani mengeluarkan pikiran yang sehat dan murni dengan dasar Al-Quran dan Hadits. Istilah Islam Berkemajuan yaitu dengan mengembangkan etos dari surah Al-‘Ashr bukan sekedar berbicara tentang kewajiban menyantuni orang-orang miskin, tetapi juga berkewajiban berproses untuk membentuk peradaban ummat. Muhammadiyah merupakan gerakan pencerahan menuju Indonesia Berkemajuan.
Konsep “Islam Berkemajuan” di era modern ini adalah merupakan respon dari fenomena yang ada yaitu Globalisasi, terutama kebudayaan, baik dalam bentuk Arabisasi ataupun Westernisasi. Dengan mengembangkan kemampuan akal Muhammadiyah berinovasi dalam mengembangkan dakwah dan program nyata untuk mengangkat citra Islam di masyarakat. Seperti Muhammadiyah membangun banyak rumah sakit, panti sosial dan lainnya dalam upaya menerapkan konsep Islam yang kosmopolitan. Dalam artikel ini penulis menjelaskan peranan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam berkemajuan di era modern, yang sangat banyak manfaatnya bagi umat Islam khususnya dan masyarakat luas pada umunya.
Dakwah Digital Berkemajuan
Dakwah kelas menengah tampaknya kini menjadi tantangan Muhammadiyah di abad kedua. Abad kedua Muhammadiyah dipenuhi dengan tanda kemodernan dan kemajuan teknologi informasi yang sangat cepat. Masyarakat lebih banyak memegang HP (smartphone) dibandingkan bersosialisasi secara langsung. Masyarakat lebih suka berteman dengan banyak grup di jejaring sosial, daripada mereka membangun harmoni secara langsung. Bahkan, mereka seringkali mendapatkan “pemahaman” agama dari grup WhatsApp dibandingkan dari buku atau kitab yang sahih.
Potret keberagamaan dari media sosial inilah yang perlu digarap oleh Muhammadiyah, yang kini telah berusia 109 tahun (18 November 1912-17 Aril 2021). Usia lebih dari seabad inilah yang memungkinkan Muhammadiyah dapat melahirkan tajdid (pembaharuan) di era digital. Tajdid Muhammadiyah itu kini perlu mengarah pada model dan penerapan literasi digital. Literasi digital adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan piranti digital dengan efektif dan efisien. Kemampuan ini pun menuju pada proses kritis dalam menyerap dan menerima informasi yang muncul dari piranti digital.
Seseorang yang terliterasi (melek media) akan mampu dengan sendirinya menyaring setiap informasi. Mereka akan bersikap tentang informasi yang didapatkan. Apalagi informasi itu terkait dengan keimanan. Dakwah di era digital inilah yang perlu mendapat sentuhan dari Muhammadiyah. Potret dakwah Muhammadiyah untuk kelas menengah membutuhkan sentuhan alat baca atau ilmu sosial baru. Pasalnya, kelas menengah bukan “orang bodoh”. Mereka sangat lekat dengan teknologi informasi dan kemajuan zaman. Oleh karena itu ragam pendekatannya pun perlu masuk dalam relung dakwah kekinian dengan semangat Islam wasathiyah (moderat) yang menjadi ciri Persyarikatan Muhammadiyah.
Kesadaran Literasi Digital
Dakwah Muhammadiyah amar ma’ruf nahi munkar selayaknya didorong pada proses penyadaran dan keberpihakan persyarikatan terhadap fenomena kelas menengah yang terus tumbuh. Kelas menengah mempunyai ekonomi yang relatif mapan, namun ideologi mereka cenderung rapuh. Konservatisme kelas menengah menjadi penanda betapa ideologi Islam wasathiyah —Islam Berkemajuan– belum menjadi laku mereka.
Islam Berkemajuan menjadi ciri gerakan Muhammadiyah sejak awal. Kiai Dahlan beserta muridnya terus menyuarakan Islam sebagai ilmu (meminjam istilah Kuntowijoyo) dalam mengurai permasalahan umat. Islam Berkemajuan pun menjadi semacam panduan berislam di tengah kejumudan dan ketaqlidan umat kala itu. Muhammadiyah perlu menyiapkan seperangkat piranti guna mewarnai kehidupan keagamaan yang didapatkan masyarakat dari media. Situs-situs web Muhammadiyah perlu terus aktif menyuarakan Islam berkemajuan agar mereka mendapatkan informasi yang berimbang tentang pemahaman keagamaan.
Mubaligh CyberMu
Situs-situs web Muhammadiyah dan saluran-saluran dakwah yang diselenggarakan oleh aktivis Persyarikatan yang didirikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan ini perlu aktif bersuara. Mereka perlu menyuarakan Islam Berkemajuan sebagaimana inti gerakan dakwah Muhammadiyah. Aktifnya suara dari Muhammadiyah ini akan mampu membendung arus konservatisme yang kian massif masuk dalam sendi kehidupan kaum kelas menengah.
Kelas menengah perlu diberi alternatif beragama yang inklusif agar mereka mampu menerapkan keagamaan dan keberagamaan di tengah masyarakat yang plural. Suara Islam Berkemajuan itu juga sangat penting sebagai “arus tandingan” media dakwah konservatif. Sebagai arus tandingan dan media alternatif yang akan menjadi arus utama, Muhammadiyah perlu menguatkan basis kekuatan yang mendukung gerakan dakwah ini.
Menyiapkan kader melek media (terliterasi) menjadi sebuah keniscayaan. Kader itu dapat dicetak melalui kerja sama Majelis Pendidikan Kader dan Majelis Pustaka Informasi, didukung oleh seluruh jurusan Ilmu Komunikasi/Komunikasi Penyiaran Islam dan Teknik Informatika di bawah naungan Universitas Muhammadiyah se-Indonesia. Saat Muhammadiyah mempunyai banyak kader literasi digital, maka ia akan siap menghadapi perubahan dan tantangan zaman. Terutama dakwah kelas menengah agar mereka kembali kepada Islam yang inklusif, Islam wasathiyah, dan Islam Berkemajuan.
Editor: An-Najmi Fikri R
Leave a Reply