Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Mufasir Muhammadiyah (1): Yunan Yusuf dan Tafsir Terbaliknya

Yunan
Gambar: Dok. Pribadi

Tradisi yang lazim dalam penulisan tafsir adalah dengan menulisnya dari juz pertama, kemudian juz kedua dan seterusnya hingga juz ketiga puluh. Namun, terdapat satu mufasir Indonesia yang justru memulainya dari juz paling belakang, yakni Yunan Yusuf.

Saat ditanya tentang alasannya, mufasir kelahiran Tapanuli Tengah itu menjawab kalau ia pernah ‘mengeluh’ tentang ayat-ayat di juz pertama yang bentuknya panjang-panjang pada Quraish Shibab. Merespon keluhannya, Quraish lantas menyarankannya untuk menulis dari belakang saja.

Awalnya ia ragu dengan saran tersebut. Karena penulisan tafsir yang dimulai dari belakang bukanlah hal yang lazim. Namun setelah diyakinkan berkali-kali oleh Quraish, Yunan mantap mengangkat penanya untuk memulai menulis tafsir. Dari tangannya telah lahir beberapa jilid tafsir, dari as-Sirajul Wahhaj (Terang Cahaya) hingga al-Qawiyyu al-Amin (Kuat Terpecaya).

Profil Singkat Yunan Yusuf   

Nama lengkapnya Muhammad Yunan Yusuf. Lahir di sebuah desa bernama Pasar Sorkam, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara tahun 1949 tanggal 19 Januari. Yunan lahir dan tumbuh dalam keluarga yang religius, ayahnya bernama H. Muhammad Yusuf dan ibunya bernama Hj. Siti Hamiah.

Pendidikan dasar sampai menengah atasnya diambil pada sekolah-sekolah berbasis agama. Dimulai dari Madrasah Ibtidaiyah (1963), Pendidikan Guru Agama Pertama (PGAP) Sibolga (1967) dan Kulliyatul Muballighin Muhammadiyah sambil mengikuti ujian tambahan di Pendidikan Guru Agama Atas (PGAA) Negeri Bukit Tinggi (1969).

Begitupun saat kuliah. Setelah mendapatkan ijazah dari PGAA Negeri Bukit Tinggi, Yunan memperoleh gelar Bachelor of Art (BA)-nya dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat Prodi Dakwah Fakultas Agama Islam (1973). Kemudian mengambil gelar sarjana muda di IAIN Jakarta dan lulus tahun 1978. Gelar magister dan doktoralnya juga diambil pada kampus yang sama.

Sehari-hari Yunan aktif sebagai dosen, pendakwah dan penulis. Saat ini ia mengajar di beberapa kampus. Seperti UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Universitas Prof. Dr. Hamka (Uhamka) Jakarta dan Universitas Islam asy-Syafi’iyah Bekasi.

Baca Juga  Tafsir Psikologis: Sakit Hati dan Obatnya Menurut Islam

Selain itu, Yunan juga aktif berkhidmat di Muhammadiyah. Dari sejak mahasiswa hingga sekarang. Saat mahasiswa ia pernah menjadi Ketua Umum Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPD IMM) DKI Jakarta. Pernah menjadi Ketua Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Pimpinan Pusat Muhammadiyah (1995-2000) dan kini sebagai Ketua BPH (Badan Pengurus Harian) PTM (Perguruan Tinggi Muhammadiyah) se-Jabodetabek.

Karya Intelektual

Guru Besar Fakultas Agama Islam Universitas Prof. Dr. Hamka itu telah menulis beberapa kitab tafsir. Di antaranya;  as-Sirajul Wahhaj (Juz 30), Khuluqun Adzim (Juz 29), Bunyanum Marshush ( Juz 28) Hikmatun Balighah (Juz 27), Kitabun Hafizh (Juz Juz 26), Annahul Haq (Juz 25), Rafi’ud Darajat (Juz 24), Qalbun Salim (Juz 23), al-Izzah (Juz 22), al-Matsalu al-‘Ala (Juz 21) hingga al-Qawiyyu al-Amin (Juz 20).

Selain itu ia juga menulis buku-buku di luar tafsir, seperti Corak Pemikiran Kalam Tafsir al-Azhar, Pemikiran Kalam: dari Buya Hamka ke Hassan Hanafi, Dakwah Rasulullah: Sejarah dan Problematika, Ensiklopedi Muhammadiyah, Masyarakat Utama: Konsepsi dan Strategi, Filsafat Pendidikan Muhammadiyah dan masih banyak lagi yang lain.   

Epistemologi Tafsir Yunan Yusuf

Secara sederhana, epistemologi adalah cabang dari filsafat yang memfokuskan perhatian dan pembahasannya pada hakikat atau teori pengetahuan. Sementara secara istilah, sebagaimana disampaikan Jujun S. Sumantri, epistemologi ialah cara berpikir manusia dalam menentukan dan mendapatkan ilmu dengan berbagai kemampuan yang melekat pada dirinya, baik kemampuan indrawi, intuisi ataupun rasio.

Posisi epistemologi yang membahas hakikat pengetahuan dan cara berpikir manusia dalam mendapatkan ilmu, maka pembahasan dalam epistemologi mencakup beberapa hal; asal mula, sumber, ruang lingkup, nilai validitas dan kebenaran dari suatu pengetahuan.

Namun  pada tafsir Yunan Yusuf, hal yang akan lebih disorot ialah sumber penafsiran yang digunakan olehnya ketika menafsirkan dan mengungkap makna Al-Qur’an.

Baca Juga  Keutamaan yang Ada di Bulan Ramadhan

Dalam penelusuran penulis, sejauh ini setidaknya ada tiga karya ilmiah yang populer membahas tafsir Yunan Yusuf. Pertama ditulis Ahmad Ali Hisyami (2019), kedua Riawati Azizah (2019) dan ketiga Abu Maskur (2022). Ketiga karya itu membahas tiga tafsir Yunan Yusuf yang berbeda. Karya pertama membahas Annul Haq, karya kedua membahas Khuluqun Adzim, adapun karya ketiga membahas al-Siraj al-Wahhaj.

Untuk melacak sumber penafsiran Yunan sebenarnya bukanlah perkara sulit. Sebab dalam beberapa pengantar tafsirnya, ia cukup sering menyebut tafsir-tafsir dominan yang dikutip olehnya. Misal dalam tafsir al-Siraj al-Wahhaj. Di situ Yunan menyebut beberapa tafsir yang kerap dirujuknya saat menafsirkan Al-Qur’an. Di antaranya Tafsir Tanwir al-Miqbas min Tafsir ‘Ibn Abbas, Tafsir Jalalain, Tafsir ‘Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an al-Karim karya Muhammad Abduh, Tafsir al-Azhar karya HAMKA dan Tafsir al-Misbah karya Quraish Shihab.

Tiga Sumber Tafsir Dominan

Namun di antara beberapa tafsir tersebut, tafsir yang dominan dirujuk Yunan ada tiga; Tafsir Al-Qur’an al-Karim milik ‘Abduh, Tafsir al-Azhar milik HAMKA dan Tafsir al-Misbah milik Quraish Shihab. Ada alasan di balik dominannya dirujuk tiga tafsir tersebut. Yunan mengatakan bahwa tiga tafsir itu termasuk karya tafsir yang baru. Karena itu ia lebih memiliki ikatan intelektual dan emosional dengan ketiganya dibanding tafsir-tafsir lain.

Problem-problem keagamaan dan kemasyarakatan yang dihadapi Yunan juga tidak jauh berbeda dengan yang dihadapi oleh tiga mufasir tersebut. Begitupun dengan cara pandang ketiganya.

Sebagai seorang tokoh dan kader Muhammadiyah, tentu tak heran jika Yunan merujuk penafsiran-penafsiran dari mufasir-mufasir aliran reformis seperti ‘Abduh dan HAMKA. Sebab ia memiliki spirit dan semangat yang sama dengan yang dianut oleh Yunan.

Baca Juga  Islam Bersama Nikita Mirzani: Kritik Terhadap Maher At-Thuwailibi

Seperti diketahui, sosok ‘Abduh memiliki tempat yang istimewa di Muhammadiyah. ‘Abduh adalah salah satu ulama internasional yang semangat Islam reformis-nya turut menginspirasi KH. Ahmad Dahlan saat akan merumuskan pandangan-pandangan keagamaan Muhammadiyah.

HAMKA pun demikian. Selain ikatan organisasi, Yunan juga memiliki ikatan primordial yang dekat dengan HAMKA. Yakni sama-sama berasal dari Sumatera. Bahkan Yunan pernah mengeyam pendidikan di PGAA Bukit Tinggi dan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat.

Sementara Quraish Shihab, ia merupakan sosok mufasir yang moderat. Ia berdiri di antara semangat kaum tradisionalis dan kaum reformis. Penafsirannya terhadap Al-Qur’an juga sangat kontekstual. Tak jarang, sebuah penafsiran dihadirkan Quraish untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang tengah dihadapi oleh umat.

Kesemua hal itu, tentu menjadi pertimbangan Yunan Yusuf dalam merujuk tafsir-tafsir di atas. Yakni kesemaan spirit dan kecenderungan penafsiran. Meski, seperti ditemukan Maskur (2022) terdapat beberapa kitab tafsir yang dirujuk Yunan tapi tidak disebutkan secara eksplisit dalam tafsirnya.

Kitab-kitab tafsir itu ialah; Tafsir Sinar karya H. A. Malik, The Message of The Qur’an karya Muhammad Asad, Tafsir Mahasin al-Ta’wil karya Muhammad Jamaluddin al-Qasimy, Tafsir fi Dzilal al-Qur’an karya Sayyid Qutb dan Tafsir al-Kasysyaf karya al-Zamakhsyari.

Penutup

Namun atas penemuan Maskur tersebut, sebenarnya perlu diverifikasi lebih lanjut. Apakah Yunan merujuknya secara langsung pada kitabnya (khususnya Tafsir al-Kasysyaf karya al-Zamakhsyari dan Tafsir Mahasin al-Ta’wil karya al-Qasimy) atau justru mendapatkan dan mengutipnya dari tafsir-tafsir seperti Tafsir al-Azhar karya HAMKA dan Tafsir al-Misbah karya Quraish Shihab.                

Muhamad Bukhari Muslim
Mahasiswa Ilmu Al-Quran dan Tafsir UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kabid RPK PC IMM Ciputat. Banyak menulis tentang tafsir, isu keislaman aktual dan pemikiran-pemikiran intelektual muslim kontemporer.