Aktivitas manusia tidak pernah lepas dari hubungan interaksi sosial dengan manusia di lingkungan kantor ataupun sekitar tempat tinggalnya. Bisa kita lihat pada interaksi dengan tetangga di samping dan di depan rumah kita misalnya apalagi jika kita hidup di perkampungan maka dalam hal bersosial pastinya sangat mengedepankan untuk menjunjung tinggi nilai-nilai persaudaraan yang sangat erat. Hal ini bisa kita lakukan untuk menciptakan suasana yang aman, rukun dan harmonis, maka dari itu tentunya kita harus pandai-pandailah menciptakan keadaan yang ramah kepada tetangga kita. Dengan demikian mempunyai tujuan jelas agar terciptanya masyarakat yang madani.
Tentu kita sering mendengar kata madani. Lalu, seperti apa konsep masyarakat madani itu ? Sebelum kita membahas konsep maka terlebih dahulu kita kaji arti dari ‘madani’ menurut pengertian dan perspektif para pemikir islam. Berikut beberapa penjelasan dari berbagai pakar yang menjelaskan tentang arti masyarakat madani.
Civil Society dan Masyarakat Madani
Menurut Muhammad HR. Songge menjelasakan bahwa Civil Society atau masyarakat madani adalah suatu bentuk masyarakat yang mandiri, sederajat, setara, demokratis, berkeadilan, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. (Songge, 2001:16). Hal ini juga sejalan dengan konsep dari Prof. Nurcholis Madjid mengenai masyarakat madani atau berperadaban seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW selama sepuluh tahun di Madinah. Beliau membangun masyarakat yang adil, terbuka, dan demokratis dengan landasan taqwa kepada Allah SWT dan berlandaskan ajaran-Nya, atau dalam peristilahan lain disebut mempunyai semangat rabbaniyyah atau rabbiyah. Ini lah habnum minallah, tali hubungan dengan Allah SWT. Semangat rabbaniyah cukup tulus dn sejati akan memancarkan semangat perikemanusiaan atau masyarakat yang berbudi luhur dan berakhlak mulia. Inilah yang disebut masyarakat berperadaban, masyarakat madani (civil society). (Madjid, 2000:4).
Masyarakat madani yang di bangun Nabi Muhammad SAW, menurut Robert N. Bellah adalah seorang ahli sosiologi agama terkemuka menyebutkan bahwa masyarakat madani untuk zaman dan tempatnya sangat modern. Bahkan terlalu modern, sehingga setelah Nabi Muhammad SAW sendiri wafat kondisi ini tidak bisa bertahan lama. Timur tengah pada saat itu belum siap dengan prasarana sosial yang diperlukan untuk menopang suatu tatanan sosial modern yang dirintis Nabi Muhammad SAW. (Bellah, 1976: 150-151).
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat madani adalah masyarakat yang sangat menjunjung tinggi perikemanusiaan, solidaritas, gotong-royong dan berbagai kepentingan yang menyangkut hajat orang banyak, serta nantinya akan dapat melahirkan suasana yang tentram, aman, dan sejahtera.
Masyarakat Madani dalam Al-Qur’an
Adakah dalil Al-Qur’an yang secara spesifik menjelaskan mengenai masyarakat madani, Allah SWT berfirman:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ ١٣
Artinya: ‘’Hai Manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha mengenal.’’ (QS. Al- Hujurat : 13)
Saat ini banyak persoalan yang sering terjadi di tengah-tengah masyarakat yakni mengenai krisis jati diri sehingga dapat menimbulkannya perpecahan, kerusuhan, bahkan tak jarang sampai kearah ujaran kebencian. Kita sebagai umat yang terbaik yang dilahirkan untuk berbuat kepada perbuatan yang ma´ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah SWT. Tentunya terus menerus untuk berbuat lebih baik kepada siapapun dan beramal sholeh tanpa tiada henti. Allah SWT berfirman
كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ وَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَ ١١٠
Artinya: ‘’Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (selama) kamu menyuruh (berbuat) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Seandainya Ahlul kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang- orang fasik.
Term khayra ummah dalam QS. Ali Imran [3]: 110 di atas merupakan bentuk masyarakat terbaik dan sempurna yang ditugaskan sebagai pengembang sejumlah fungsi profetik, terutama selalu mengajak kepada kebaikan dan mencegah segala kemungkaran, serta menghindari perselisihan setelah mendapat keterangan yang kongkrit. Al-Qur‘an memberikan beberapa petunjuk tentang mekanisme perdamaian guna menyelesaikan sebuah permasalahan internal.
Karakteristik Masyarakat Madani
Dalam buku Kewarganegaraan & Masyarakat Madani (2019) karya Heri Herdiawanto dan kawan-kawan, dijelaskan beberapa karakteristik masyarakat madani, yaitu:
- Free public sphere, maksudnya adalah ruang publik yang bebas sebagai sarana dalam mengemukakan pendapat.
- Demokratis, maksudnya adalah masyarakat dapat berlaku santun dalam pola hubungan interaksi dengan masyarakat sekitarnya dengan tidak mempertimbangkan aspek suku, ras, dan agama.
- Toleran, maksudnya adalah sikap yang dikembangkan dalam masyarakat madani untuk menunjukkan sikap saling menghargai dan menghormati aktivitas yang dilakukan oleh orang lain.
- Pluralisme, maksudnya adalah pertalian sejati kebinekaan dalam ikatan-ikatan keadaban. Pluralisme erat kaitannya dengan sikap toleransi kepada orang lain, yang nyatanya dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat yang majemuk.
- Keadilan sosial, maksudnya adalah keseimbangan dan pembagian yang proporsional terhadap hak dan kewajiban setiap warga yang meliputi seluruh aspek kehidupan.
Beberapa contoh di bawah ini merupakan salah satu unsur yang dapat menopang kemandirian dan mewujudkan masyarakat yang madani:
- Membuat dan mendirikan Organisasi sosial kemasyarakatan. Tugas organisasi ini adalah organisasi yang muncul dan mengajak kesadaran masyarakat sendiri, bukan karena dibentuk oleh negara.
- Asosiasi penerbitan. Sebuah perkumpulan masyarakat/pemuda pemudi yang bergerak secara independen dalam memproduksi sebuah ide-ide ataupun informasi-informasi. Produknya nanti bisa majalah, bulletin, koran dan lain sebagainya.
- Yayasan penyelenggara sekolah swasta adalah sebuah inisiatif masyarakat yang bertujuan untuk mendirikan sekolah mandiri. Misalnya pendirian taman baca, rumah kreatif untuk para difabel, dan rumah ramah bagi anak-anak.
Dengan demikian, selain yang disebutkan di atas, tentunya masih banyak lagi contoh masyarakat madani di sekitar kita. Memahami apa itu masyarakat yang madani ? tentu sangatlah penting dan karena nantinya menjadi sebuah bentuk masyarakat yang ideal dan demoktratis. Sehingga di kemudian hari tidak tertutup kemungkinan masyarakat di negara Indonesia menjadi masyarakat yang madani, aman tentram dan damai.
Wallahu a’lam bish shawwab
Editor: An-Najmi
Leave a Reply