Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Menyelami Makna Subhanallah

Sumber: https://priangantimurnews.pikiran-rakyat.com/

Rasulullah Saw mengajarkan setiap setelah selesai salat seseorang membaca tasbih. Bacaan tasbih adalah lafal subhanallah.  Bahkan Rasulullah Saw mengajarkan bacaan tasbih minimal 33 kali setelah selesai salat. Pada hadis riwayat Muslim disebutkan: “ Barang siapa yang bertasbih sebanyak 33x, bertahmid sebanyak 33x, dan bertakbir sebanyak 33x setelah melaksanakan shalat fardhu sehingga berjumlah 99, kemudian menggenapkannya untuk yang keseratus dengan ucapan laa ilaha illallahu wahdahu la syarika lahu lahul mulku walahul hamdu wahuwa ‘ala kulli sya’i qadir, maka kesalahannya akan diampuni meskipun sebanyak buih di lautan. (HR Muslim Nomor 907). Sungguh luar biasa balasannya bagi yang membaca tasbih (subhanallah), juga tahmid (al-hamdu lillah) dan takbir (Allahu akbar) dan ditutup dengan tahlil.

Kalimat ini dimaknai Maha Suci Allah Swt. Bacaan ini layak dibaca pula ketika seseorang menemukan sesuatu yang terjadi di luar nalar normal.

Sungguh luar biasa bagi orang yang biasa membaca tasbih. Bukan hanya diucapkan dalam mulut. Bacaan tasbih hendaknya meresap pada kalbu dengan penuh kesadaran.

Apa makna yang tersirat dalam subhanallah?

Arti Subhanallah

Kalimat subhanallah dibentuk dari dua kata. Pertama, subhana diartikan mahasuci. Kedua, Allah. Secara sederhana, kalimat ini berarti Mahasuci Allah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2022), kalimat ini simbol dari tasbih, yaitu pembacaan puji-pujian kepada Allah dengan mengucap subhanallah  ‘Mahasuci Allah’.

Secara bahasa, tasbih bermakna menyucikan. Ketika kita membaca subhanallah tasbihan, kalimat ini bermakna menyucikan Allah dengan sebenarnya. Tasbih diartikan pula sebagai zikir dan salat, khususnya salat sunah tasbih.

Imam Sibawaih (ahli nahu) dalam al-Kita>b menyatakan, Abu Al-Khattab mengklaim bahwa “Maha Suci Allah” seperti ucapan seseorang diartikan Allah terbebas dari keburukan, seolah-olah dia berkata: “Saya membebaskan Allah dari sifat yang buruk. Fakhr Ibn Faris dalam Maqa>yis al-Lughah (1997) mengungkapkan orang-orang Arab mengatakan Maha Suci Dia berarti menjauhkan diri-Nya dari dari ini dan itu (keburukan).

Baca Juga  Makna Hamba dalam Al-Qur’an: Kewajiban Manusia Menyembah Allah

Makna Subhanallah

Ibnu Taimiyyah dalam Majmu’ al-Fata>wa> (1997), mengungkapkan bahwa perintah bertasbih bermakna menyucikan Allah Swt dari segala keburukan dan kecacatan. Tasbih juga menetapkan sifat kesempurnaan Allah. Lafal ini mengarah pada pengagungan, pujian, membesarkan, dan tauhid kepada kepada-Nya.

Dalam Minhaj al-Sunnah al-Nabawiyyah (1995), Ibnu Taimiyyah menyatakan bahwa lafal ini menunjukkan Allah Swt tidak memuji diri-Nya atau bahkan menyifati diri-Nya dengan lafal ini. Pastinya, Allah menyifatinya dengan menafikan sesuatu yang tidak layak bagi-Nya.

Ibnu Abi Hatim, sesuai riwayat yang diterima dari Ibnu Abbas ra, beliau menyatakan bahwa lafal ini bermakna mengagungkan Allah dan membebaskannya dari keburukan. Masih dari Ibnu Abbas, lafal ini dimaknai Allah menyucikan diri-Nya dari sifat keburukan. Tasbih menuntut penyucian Allah dari perbuatan buruk begitu pun pada sifat-Nya. Lafal ini menyifati dengan kesempurnaan yang menetap bagi-Nya seperti Maha Hidup, Berdiri Sendiri, Memiliki, Menguasai dan Mengetahui.

Lafal subhanallah menunjukkan pada penyucian terhadap Allah Swt. Sebab, Allah terbebas dari kekurangan dan tersifati dengan kesempurnaan dan kemuliaan.  Lafal ini mengandung perintah untuk tasbih. Ibnu ‘Abbas ra pernah berkata: Setiap tasbih dalam al-Qur’an masuk dalam makna salat. ‘Ali bin Abi Thalib ra berkata bahwa lafal subhanallah adalah nama yang tercegah untuk menamai makhluk apa pun, yang bermakna mengagungkan dan menyucikannya. Sebab lafal ini hanya ditujukan kepada-Nya, bukan pada makhluk.

***

Rasulullah Saw pernah ditanya tentang makna subhanallah. Kemudian Rasulullah Saw menjawab, lafal ini membebaskan Allah Swt dari setiap keburukan. Allah Swt terbebas dari segala kekurangan dan sempurna dalam setiap sifat-Nya.

Nama-Nya sangat mulia dan tidak ada nama yang lebih agung kecuali nama-Nya. Sifat-Nya yang luhur dan tidak ada yang menandinginya. Perbuatan-Nya pun sempurna dan bijaksana. Dia menciptakan segala sesuatu dengan penuh kebijaksanaan.

Baca Juga  Al-Qur'an Sempurna dan Mengandung Segala-galanya?

Ketika seseorang mengucapkan subhanallah, sebaiknya melakukan tahapan ini.

***

Pertama, memahami bahwa lafal ini selain memuji diri-Nya, juga menyucikan-Nya dari sifat kekurangan. Saya bertasbih kepada-Nya dipahami bahwa lidah dan hati menunjukkan bahwa Allah Maha Suci.

Kedua, membenarkan bahwa Allah Swt itu Maha Suci. Dalam hati tiada keraguan akan kesucian-Nya. Tekad dan rasa yang bulat juga membenarkan bahwa tiada yang Maha Suci kecuali diri-Nya. Sementara makhluk-Nya tidak semuanya suci, karena ia memiliki keterbatasan. Sedangkan Allah Swt tidak memiliki keterbatasan dalam kesempurnaan-Nya.

Ketiga, meyakini dengan sepenuh hati. Allah Swt Maha Suci. Hati dan pikiran memercayai bahwa yang dilafalkan disuguhkan pada Dzat Maha Suci, bukan pada yang lainnya. Hati yang yakin menguatkan lisan yang melafalkan. Lisan mengucapkan subhanallah. Hati dengan penuh kepercayaan meyakininya.

Apabila hati telah yakin, maka tidak ada sesuatu pun yang dapat menggoyahkannya. Sebab, keyakinan menjadi landasan kuat yang mengokohkan segala ucapan dan perilaku penyucian terhadap-Nya.

Editor: An-Najmi