Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Mentadaburi Al-Qur’an Sebagai Kitab Dialog (6)

Sumber: https://www.pinterest.com/

Dalam tulisan ini, kita akan belajar bagaimana cara Allah dalam berdialog kepada Nabi Muhammad. Khususnya dalam menyeru dan menyapa Nabi. Mengingat, Al-Qur’an diturunkan melalui Nabi. Sehingga, mentadaburi Al-Qur’an sebagai kitab dialog antara Allah dan Nabi menjadi menarik untuk dikaji.

Sudah umum kita ketahui, bahwa Al-Qur’an diturunkan untuk seluruh umat manusia melalui Nabi. Nabi sebagai penerima dan perantara, tentu juga menjadi komunikan dari Allah. Hal ini dapat dilihat dari setiap penyebutan kata ganti orang kedua (Engkau) ditujukan kepada Nabi.

Alhasil, selanjutnya kita akan melihat bagaimana Allah menyeru Nabi Muhammad dalam Al-Qur’an sebagai kitab dialog. Kemudian, di akhir tulisan akan dikemukakan beberapa pelajaran. Pelajaran dan hikmah tersebut harus kita teladani dalam kehidupan sehari-hari kita.

Seruan Allah Kepada Para Nabi

Apabila kita perhatikan, ayat-ayat Al-Qur’an banyak menyeru para Nabi. Seruan ini dapat berupa pujian, perintah, larangan dan anjuran. Dengan begitu, sebuah seruan dapat langsung diterima oleh setiap nabi yang menjadi objek seruan Allah.

Sebagai contoh, tatkala Allah menyeru Nabi Adam, Nabi Musa dan Nabi Isa. Sebagaimana dalam ayat-ayat berikut:

Seruan kepada Nabi Adam saat diminta menetap di surga bersama istrinya. Dalam surat Al-Baqarah ayat 35, artinya: “Dan Kami berfirman: “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.”

Selanjutnya, seruan untuk Nabi Musa pada surat Thaha ayat 11-12. Artinya: “Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil: “Hai Musa”. Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, Thuwa.

Baca Juga  Dapatkah Manusia Melihat Tuhan?

Adapun teruntuk Nabi Isa, dalam surat Al-Maidah ayat 116:

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?”. Isa menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib”.

Jika kita perhatikan, maka seruan Allah pada para Nabi di atas langsung memanggil nama nabi secara langsung. Kemudian melanjutkan dengan kandungan pembicaraan dalam dialog yang terkait.

Seruan Allah Kepada Rasulullah

Setelah melihat bagaimana Allah menyeru para nabi, maka kita akan melihat hal yang berbeda dalam seruan Allah kepada rasulullah. Bahwa Allah tidak pernah menyeru Rasulullah dengan nama Muhammad, sebagaimana seruan kepada para nabi lainnya.

Berikut adalah ayat-ayat yang menyeru Rasulullah dengan pujian dan nama-nama yang indah:

Surat Al-Muddathir ayat 1:

Artinya: “Hai orang yang berkemul (berselimut)

Surat Al-Muzzamil ayat 1:

Artinya: “Hai orang yang berselimut.”

Surat Al-Ahzab ayat 45:

Artinya: “Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan.”

Surat Al-Maidah ayat 67:

Artinya: “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.

Melihat ayat-ayat di atas, terlihat perbedaan antara seruan Rasulullah dengan seruan kepada nabi-nabi lainnya. Melalui ayat ini, Allah tidak secara langsung menyebut nama Muhammad. Akan tetapi, beliau dipanggil dengan gelar dan seruan-seruan yang indah.

Baca Juga  Mentadaburi Al-Qur’an Sebagai Kitab Dialog (5)

Hikmah Seruan Khusus Pada Rasulullah

Ada beberapa hikmah dan pelajaran dari cara Allah menyeru nabi Muhammad. Pertama, pengistimewaan. Kedua, mengajarkan kita untuk menghormati Nabi. Dan yang terakhir, panggilan kepada kekasih menggunakan panggilan yang khusus.

Panggilan dengan gelar kepada Nabi merupakan bentuk pengistimewaan kepada Rasulullah. Karena Rasulullah merupakan nabi termulia dan manusia termulia di muka bumi ini. Sehingga, pengistimewaan ini sebagai bentuk penghormatan dan kita perlu meneladani hal ini.

Keteladanan ini perlu kita lakukan juga. Artinya, kepada Nabi Muhammad kita harus menyerunya dalam doa-doa dan ziarah kita dengan panggilan yang agung. Serta, saat mendengar nama beliau kita harus menyampaikan selawat kepadanya dan juga keluarganya.

Yang terakhir, ada relasi yang unik antara Allah dan Nabi Muhammad. Bahwa, Nabi disebut sebagai kekasih Allah (habībullah). Dengan begitu, selayaknya seorang kekasih dan yang dikasih perlu menyeru, menyapa dengan panggilan khusus dan lembut.

Inilah hikmah dan pelajaran dari dialog antara Allah dan Rasul-Nya. Dalam berkomunikasi, kita dapat mencontoh cara Allah menyapa kekasih-Nya. Tentu, hal ini merupakan “kemesraan” yang penting untuk kita hayati lebih lanjut.

Semoga, tulisan singkat ini dapat memberi spirit untuk terus jeli melihat ragam dialog dalam Al-Qur’an. Kemudian, kita semua akan membaca Al-Qur’an sebagai kitab dialog dengan penuh penghayatan dan ketelitian untuk diambil hikmah dan pelajarannya.

Wallahua’lam bishawab.