Mari kita melanjutkan seri tadabur Al-Qur’an sebagai kitab dialog. Sebelumnya, kita mengkaji dialog antara Tuhan dan para malaikat. Namun, kali ini kita akan menghayati dialog antara Tuhan dan Iblis. Seperti biasa, di akhir akan dikemukakan hikmah dan pelajaran darinya.
Ada beberapa tema dialog antara Tuhan dan Iblis di dalam Al-Qur’an. Tema yang akan dikaji saat ini adalah tentang penolakan iblis atas perintah sujud kepada Adam. Kisah dialog ini berulang kali disebutkan di dalam Al-Qur’an. Tentu, hal ini menunjukkan ada banyak pesan yang dikandung di dalamnya.
Sebelum membahas lebih lanjut, kita perlu berkenalan dengan sosok Iblis. Secara bahasa, Iblis terambil dari kata ablasa yang bermakna putus asa. Pendapat lain, ia berasal dari kata balasa, berarti tidak ada kebaikannya. Adapaun secara faktanya, iblis adalah makhluk yang membangkan dan selalu menggoda manusia dari jalan menuju Tuhan.
Dialog Tuhan dan Iblis Dalam Al-Qur’an
Baik, dialog yang akan kita bahas terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat Al-A’raf ayat 12, berikut ayatnya:
Artinya: “Dia (Allah) berfirman: Apakah yang menghalangimu untuk tidak bersujud pada saat Aku menyuruhmu?’ Ia (iblis) berkata: ‘Aku lebih baik daripadanya, Engkau telah menciptakan aku dari api sedang Engkau menciptakannya dari tanah.”
Ayat ini mengkisahkan alasan Iblis menolak untuk bersujud kepada Adam. Yaitu karena Iblis merasa lebih baik dari malaikat. Lebih lanjut, Iblis mengklaim bahwa api sebagai bahan penciptaannya lebih mulia ketimbang tanah yang menjadi bahan penciptaan Adam.
Tentu, alasan ini dikemukakan oleh Iblis tatkala ada perintah untuk bersujud kepada Adam. Sebagaimana yang terkam dalam surat Al-Baqarah ayat 34, yang artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka mereka pun sujud kecuali Iblis. Ia menolak dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan yang kafir.”
Kisah ini menunjukkan bahwa Iblis sombong dan menolak perintah sujud pada Adam. Padahal perintah itu datang dari Tuhannya. Namun, karena keangkuhan Iblis, ia tidak rela sujud kepada Adam yang dianggap tidak lebih baik darinya.
Perintah Sujud Kepada Adam
Apabila kita melihat secara sekilas, maka penolakan itu bolleh jadi dibenarkan. Namun, dengan anggapan bahwa sujud hanya diperuntukkan bagi Tuhan semata, bukan selain-Nya. Akan tetapi, ini adalah perintah Tuhan dan perintah ini bukan sebagai sujud penghambaan.
Perintah sujud dalam hal ini dapat kita beri kategori. Ada perintah sujud untuk menghamba dan ada pula perintah sujud untuk memuliakan. Perintah sujud kepada adam adalah kategori yang kedua. Bukan sujud sebagai penghambaan kepada Adam. Hal ini tidak mungkin, karena Tuhan tidak akan memerintahkan sesuatu yang bertentangan dengan kehendak-Nya.
Perintah sujud kepada Adam ini dalam rangka memuliakan. Kemuliaan ini didapat, karena Adam telah diajarkan beragam asma’ yang Tuhan langsung mengajarkan padanya. Sehingga, para malaikat dan iblis diminta untuk sujud sebagai bentuk penghormatan.
Namun, karena iblis merasa lebih mulia, ia menolak. Sementara para malaikat, walaupun di awal mempertanyakan kekhalifahan, ia tetap patuh dan bersujud. Tentu, malaikat dan iblis memerankan dua karakter yang saling bertolak belakang.
Merasa Lebih Baik
Iblis kemudian dikutuk karena menolak perintah Tuhan. Hukuman ini diberikan Tuhan hanya karena satu sebab, yaitu “merasa lebih baik”. Dari sini, kita dapat mengambil pelajaran, bahwa merasa lebih baik adalah tidak baik. Perasaan semacam ini melahirkan kesombongan, lalu meremehkan orang lain.
Perasaan lebih baik Iblis juga tidak berdasar, hanya karena diciptakan dari Api bukan dari tanah. Sementara, tidak ada satu pun fakta yang menunjukkan bahwa api lebih baik dari tanah. Hal ini adalah penilaian subyektif Iblis saja.
Melalui rentetan dialog ini, hikmah lainnya adalah soal penilaian. Kita sebagai orang beriman tidak boleh menilai seseorang, apalagi hanya menilai dari aspek lahiriahnya saja. Entah itu dari pakaian yang dikenakan, warna kulit atau hanya sekadar gawai yang dibawa. Di sisi lain, penilaian baik dan buruk bukanlah tugas kita, tugas kita hanya berbuat kebaikan tanpa menghakimi orang lain.
Dengan begitu, makna kata iblis menjadi relevan di sini. Iblis adalah makhluk yang tidak memiliki kebaikan. Dan hal ini hanya karena ia merasa sudah baik. Perasaan sudah baik dan lebih baik dari orang lain tidak memberi kebaikan apapun. Justru, perasaan ini malah tidak memberi kebaikan apapun. Ini penting untuk kita renungkan.
Menolak Untuk Bersujud
Jika Iblis menolak perintah Tuhan untuk bersujud kepada Adam, maka apakah kita juga menolak untuk bersujud pada-Nya? Iblis hanya sekali menolak untuk bersujud, lalu, sudah berapa banyak sujud yang kita tinggalkan? Jika Iblis menolak bersujud karena merasa lebih baik, alasan apa yang kita ajukan untuk tidak bersujud pada-Nya? Apakah kita merasa sudah lebih baik sebagaimana yang Iblis lakukan?
Tentu, kisah ini dapat menjadi pengingat buat kita semua. Tentang bagaimana kekonsistenan kita dalam bersujud kepada-Nya. Jika ayat ini kita hadapkan kepada diri kita, maka akan memberikan pengaruh yang besar. Kisah Iblis dapat menjadi motivasi kita untuk selalu bersujud kepada-Nya. Tidak meninggalkan salat dan selalu menjaga waktu salat agar tidak terlewat.
Inilah beberapa pelajaran berharga yang bis akita renungkan Kembali. Dialog antara Tuhan dan Iblis yang terkutuk sekalipun memberi banyak hikmah. Tentu, kita harus selalu menghayati ayat-ayat dialog di dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an sebagai kitab dialog menjadi penting untuk terus kita tadaburi sebagai munasabah diri.
Terakhir, harapannya tadabur kali ini bermanfaat dan membuat kita semakin dekat dengan Al-Qur’an. Dan semoga kita bisa terus mengkaji beragam dialog dalam Al-Qur’an. Sampai berjumpa Kembali di seri-seri berikutnya.
Wallahu’alam bishawab.
Kanal Tafsir Mencerahkan
Sebuah media Islam yang mempromosikan tafsir yang progresif dan kontekstual. Hadir sebagai respon atas maraknya tafsir-tafsir keagamaan yang kaku dan konservatif.