Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Menjauhi Diri Dari Bahaya Dosa Besar

syirik
Sumber: https://www.freepik.com/

Dosa besar adalah buah dari amal perbuatan yang sangat dilarang keras dalam al-Qur’an dan hadis Rasulullah. Disebut dosa besar karena bahaya yang diakibatkannya sangat keji dan besar. Apabila kita berbuat dosa, maka akan memberikan dampak terhadap keIslaman dan kehidupan kita.

Di antaranya: terhalang dari ilmu yang haq, terhalang dari kemudahan memperoleh rezeki dan urusannya dipersulit, hati terasa jauh dari Allah, jatuh ke dalam kesesatan dan perkara yang membinasakan tanpa disadari, melemahkan hati dan tubuh, memperpendek umur dan menghilangkan keberkahannya, terhalang do’a para malaikat dan akan dihinakan serta dibinasakan Allah SWT.  Na’uudzubillaah min dzalik

Mudah-mudahan kita semua terhindar dari dampak-dampak tersebut dan selalu dalam lindungan Allah. Dan diberikan kekuatan untuk berusaha menjauhi diri dari dosa besar, yang di antaranya seperti 4 (empat) dosa besar yang sering dilakukan manusia dibawah ini.

Syirik (Menyekutukan Allah)

Ahlus Sunnah wal Jama’ah sepakat bahwa syirik merupakan bentuk kemaksiatan yang paling besar kepada Allah Azza wa Jalla. Syirik merupakan sebesar-besar kezhaliman, sebesar-besar dosa yang tidak akan diampuni oleh Allah SWT. Mengetahui tentang syirik dan berbagai macamnya merupakan jalan untuk dapat menjauhinya dengan sejauh-jauhnya.

Karena itu, barangsiapa menyembah dan berdo’a kepada selain Allah berarti ia meletakkan ibadah tidak pada tempatnya dan memberikannya kepada yang tidak berhak. Dan itu merupakan kezhaliman yang paling besar. Allah SWT berfirman:

“… Sesungguhnya menyekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar.” (QS. Luqman: 13)

Berdo’a (memohon) kepada selain Allah, seperti berdo’a meminta suatu hajat, isti’anah (minta tolong), istighatsah (minta tolong di saat sulit) kepada manusia, jin, orang mati maupun kuburan keramat, atau minta rizki, dan meminta kesembuhan penyakit dari mereka, menggantungkan diri pada ajimat. Dan benda-benda keramat atau kepada pohon dan lainnya selain Allah adalah syirik.

Baca Juga  Tafsir Surat Al-Hajj Ayat 5: Penciptaan Manusia

Sesungguhnya Allah tidak akan Mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisa’: 48)

Perbuatan syirik bagaikan minta pertolongan kepada laba-laba. Coba kita perhatikan sarang laba-laba.  Setiap yang datang kepadanya, justru akan terjerat, tidak dapat meloloskan diri. Kemudian apa yang terjadi? Yang didapatkan adalah kematian. Maka demikianlah keburukan menduakan Allah, bahwa perbuatan tersebut akan menimbulkan dampak kerusakan dalam kehidupan seseorang.

Durhaka Kepada Orang Tua

Durhaka pada orangtua (uquuqul walidain) adalah melakukan perbuatan atau mengucapkan sesuatu yang menyakiti hati orang tuanya. Perbuatan durhaka kepada orang tua jelas dilarang oleh agama. Bahkan termasuk dalam dosa besar yang setara dengan mempersekutukan Allah SWT. Banyak sekali ayat-ayat al-Quran dan hadis yang menjelaskan dosa berbuat durhaka.

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua” (QS. An Nisa: 36)

Setiap orang tua pasti berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Mereka rela melakukan apapun demi melihat senyum anaknya. Lalu bagaimana bila kita sebagai anak tega membuat orang tua bersedih bahkan menangis? Tentu perbuatan tersebut dapat menjadi dosa besar untuk kita.

Maukah aku kabarkan kepada kalian mengenai dosa-dosa besar yang paling besar? Beliau bertanya ini 3 kali. Para sahabat mengatakan: tentu wahai Rasulullah. Nabi bersabda: syirik kepada Allah dan durhaka kepada orang tua” (HR. Bukhari Muslim)

Orang tua tidak pernah merasa lelah untuk melayani kita. Sedari kecil, mereka merawat kita, menyusui, membantu buang air, memberi makan dan minum, mengajari kita berbicara dan berjalan. Segala sesuatu mereka berikan secara ikhlas tanpa mengharapkan imbalan. Di saat kedua orang tua kita telah berusia lanjut, maka kewajiban kita untuk merawatnya. Segala keperluannya haruslah kita cukupi dan apa-apa yang sulit ia kerjakan, kita harus membantunya dan jangan sampai kita menelantarkannya.

Baca Juga  Hakikat Tauhid dan Langkah Memahami Kalimat Tauhid

Memutuskan Silaturahmi

Sebagai makhluk sosial, tidak ada manusia yang bisa hidup sendiri. Ia harus bisa berinteraksi dengan orang lain. Di antara bentuk interaksi yang diatur dalam agama ini adalah silaturahmi. Makna silaturahmi di dalam istilah syari’at, sesungguhnya bukanlah seperti yang dipahami oleh banyak orang, yaitu berkunjung dan bertemu dengan orang lain, baik kerabat maupun bukan kerabat. Namun makna silaturahmi di dalam istilah syari’at yang paling tepat adalah berbuat baik kepada kerabat dengan berbagai bentuk kebaikan.

Wahai manusia! bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)-nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu” (QS. An Nissa: 1).

Silaturahmi bukanlah perkara biasa dan sepele. Ia adalah sebuah syariat yang agung dan mulia, yang mesti diperhatikan dan dijaga oleh setiap muslim. Memutus dan menyepelekannya memiliki konsekuensi yang tidak ringan. Ada bahaya yang mengancam ketika kita dengan sengaja memutuskannya. Hukum memutuskan hubungan silaturahmi adalah haram dan termasuk dosa besar. Karena pelakunya terancam dengan hukuman yang Allah segerakan di dunia, disamping ia juga terancam masuk ke dalam api neraka di akhirat kelak.  

Jangan benci-membenci dan jangan hasud (iri hati) menghasud dan jangan belakang-membelakangi dan jangan putus-memutuskan hubungan. Jadilah kamu sekalian hamba Allah bersaudara, tidak dibolehkan seorang Muslim memboikot sesama orang Muslim lebih dari tiga hari.” (HR. Bukhari, Muslim)

Berzina

Zina adalah hubungan seksual di luar nikah baik suka sama suka atau tidak. Berzina adalah salah satu dosa besar dalam Islam. Zina awal mula timbul dari percampuran laki-laki dan perempuan secara bebas. Karena itu, khalwat dilarang (khalwat adalah perbuatan berdua-duaan di tempat sunyi atau terhindar dari pandangan orang lain antara seorang laki-laki dan seorang perempuan; yang bukan muhrim dan tidak terikat pernikahan).

Baca Juga  Kontekstualisasi Syariat sebagai Solusi Permasalahan Umat

Berzina merupakan perbuatan buruk yang bisa merugikan diri sendiri dan juga lingkungan sekitar.  Secara umum, zina bukan hanya di saat manusia telah melakukan hubungan seksual, tetapi segala aktivitas-aktivitas seksual; yang dapat merusak kehormatan manusia termasuk dikategorikan zina.

“Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan lain dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina; barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya). Yakni akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat; dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina” (QS. al-Furqon: 68-69).

Nabi Muhammad SAW telah memberitahukan kepada umatnya bahwa perbuatan zina akan mendapat balasan dari Allah SWT.  Ada enam bahaya yang mengikutinya baik di dunia maupun di akhirat. Di dunia; cahaya akan hilang dari wajah orang yang berbuat zina, umurnya akan semakin pendek, serta kekal dalam kemiskinan, dan memendekkan umur. Sedangkan di akhirat murka Allah menanti dan hisabnya buruk, serta mendapat siksaan di neraka.

Editor: An-Najmi Fikri R