Menjalankan ibadah puasa di berbagai wilayah belahan dunia memiliki durasi puasa yang berbeda-beda. Umumnya, di Indonesia adalah dua belas jam berpuasa menahan dari lapar dan haus. Sejak subuh hingga kemudian berbuka pada waktu maghrib. Supaya kuat dan tidak lemah badannya, Rasulullah menganjurkan umatnya untuk melaksanakan sahur sebelum keesokan harinya menjalankan puasa; yang mana sunnah dilaksanakan menjelang fajar sebelum subuh atau sepertiga malam terakhir.
Keberkahan Sahur
Anjuran Rasulullah agar melaksanakan sahur sebelum menjalankan ibadah puasa, terdapat dalam hadis muttafaqun ‘alaih berikut.
تَسَحَّرُوْا؛ فَإِنَّ فِي السَّحُوْرِ بَرَكَةً
Bersahurlah kalian, karena di dalam sahur ada berkah.
Termasuk barakah dari sahur adalah mampu menguatkan ketaatan, memperlancar ibadah sebab kuatnya badan karena telah terisi asupan, dan meningkatkan semangat segala aktivitas. Karena orang yang lapar dan haus mampu menjadikan badan lesu dan menimbulkan rasa malas dalam diri. Selain itu juga mencegah perilaku buruk disebabkan karena rasa lapar yang melanda [Durūs Ramaḍān, 191]
Taat Kepada Rasulullah Adalah Taat Kepada Allah
Mengikuti anjuran Rasulullah ﷺ agar melaksanakan sahur terlebih dahulu sebelum berpuasa, merupakan salah satu bentuk ketaatan kepada Rasulullah ﷺ . Sementara itu, taat kepada Rasulullah juga merupakan taat kepada-Nya. Ini telah disebutkan dalam firman-Nya Q.S. an-Nisa [4]: 80 berikut.
مَنْ يُّطِعِ الرَّسُوْلَ فَقَدْ اَطَاعَ اللّٰهَۚ وَمَنْ تَوَلّٰى فَمَآ اَرْسَلْنٰكَ عَلَيْهِمْ حَفِيْظًاۗ
Siapa yang menaati Rasul (Muhammad), maka sungguh telah menaati Allah. Siapa yang berpaling, maka Kami tidak mengutus engkau (Nabi Muhammad) sebagai pemelihara mereka.
Pada ayat ini, secara bi al-ma’ṡūr ditafsirkan oleh al-Baghawi dengan mengutip hadis Nabi:
مَنْ أَطَاعَنِي فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ أَحَبَّنِي فَقَدْ أَحَبَّ اللَّهَ
Barangsiapa yang mentaatiku, maka sungguh ia mentaati Allah. Dan barangsiapa yang mencintaiku, maka sungguh ia mencintai Allah.
Selanjutnya, ia memaksudkan bahwa siapapun yang mentaati Rasul-Nya dengan mematuhi segala apapun yang diperintahkannya, maka itu sama dengan mentaati perintah Allah. [Tafsīr al-Baghawī, 2/253]
Al-Maraghi mengomentari ayat ini bahwa sebab mengapa taat kepada Rasul adalah sama dengan taat kepada-Nya, ialah karena hakikat perintah dan larangan dari Rasul berasal dari Allah. Rasul adalah perantara untuk menyampaikan kepada seluruh umatnya. Allah tidak memerintahkan maupun melarang hamba-Nya, kecuali melalui para rasul-Nya. [Tafsīr al-Marāghī, 5/100]
Sehingga, dapat dipahami bahwa perintah Rasulullah ﷺ sebagai anjuran agar melaksanakan sahur meskipun hanya sesuap, juga merupakan bentuk perintah Allah melalui Rasul-Nya kepada hamba-Nya yang hendak berpuasa. Sehingga, sahur merupakan bagian dari taat kepada Allah, begitu pula taat kepada Rasulullah ﷺ.
Keutamaan Sahur
Waktu sahur merupakan bagian dari diantara waktu paling utama untuk memohon ampun kepada Allah. Sebagaimana disebutkan dalam potongan Q.S. Ali Imran [3]: 17
وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ
serta memohon ampunan pada waktu sahur (sebelum fajar).
Mujahid, al-Ḍaḥḥāk, Qatadah, dan al-Kalbī, memaknai ayat ini bahwa memohon ampunan di waktu sahur (sepertiga malam terakhir) adalah dengan melaksanakan salat (malam) di waktu tersebut. Pada akhir penafsiran al-Baghawi, ia menukil apa yang diceritakan oleh Hasan, bahwa Luqman berkata kepada anaknya: Wahai anakku! Janganlah kamu lebih tidak berdaya daripada ayam jantan ini, yang bersuara di waktu sahur sementara kamu sedang tidur di tempat tidurmu. [Tafsīr al-Baghawī, 2/16] Ini menunjukkan bahwa betapa ruginya meninggalkan waktu sahur untuk meraih keberkahan dan keutamaan pada waktu tersebut.
Adapun al-Shabuni, mengatakan bahwa ayat ini menunjukkan keutamaan istighfar di waktu sahur. Ini seperti yang dikatakan oleh Nabi Ya’qub a.s ketika berkata kepada putranya: saufa astaghfiru lakum rabbī (Aku akan memohonkan ampunan bagimu kepada Tuhanku), yang mana doa itu dipanjatkan pada waktu sahur. [Mukhtaṡar Tafsīr Ibnu Kaṡīr, 1/271]
Disebutkan pula dalam Q.S. al-Żāriyāt [56]: 18
وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
dan pada akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah).
Oleh karena itu, didapatkan keberkahan berlipat ganda bagi siapapun yang melaksanakan sahur sebelum menjalankan ibadah puasa, sebagai bentuk taat kepada Allah dan rasul-Nya. Sebab, selain mendapatkan keberkahan mampu menguatkan badan agar mampu beraktifitas dan beribadah dengan baik dan semangat, juga memberikan ruang bagi mereka yang sahur untuk memohon ampunan dengan beristighfar kepada-Nya, pada waktu tersebut sebagai waktu paling mustajabah. Wallāhu A’lamu.
Kanal Tafsir Mencerahkan
Sebuah media Islam yang mempromosikan tafsir yang progresif dan kontekstual. Hadir sebagai respon atas maraknya tafsir-tafsir keagamaan yang kaku dan konservatif.