Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Menjaga Spiritualitas Pasca Ramadhan

Spiritualitas ramadhan
Sumber: https://www.freepik.com/

Tak terasa Ramadhan telah berlalu. Gema takbir di setiap pelosok tempat membuat suasana hati bersuka cita menyambut kemenangan di hari fitri. Selesailah latihan dan pergolakan antara hawa nafsu dengan ketaatan. Tibalah sekarang pengejawantahan dari latihan sebulan penuh ke belasan bulan ke depan. Timbul pertanyaan, mampukah kita menjaga semangat spiritualitas setelah berpisah dengan bulan Ramadhan?

Benar iman bersifat dinamis. Kadang naik dan kadang turun, tergantung kadar keimanan seseorang. Tapi sebagai seorang muslim yang baik adalah kita harus selalu berusaha untuk meningkatkan keimanan. Selain misalnya terus istiqomah dan berada dalam jalan yang benar. Meskipun dalam ibadah terkadang mengalami rasa malas atau gangguan lainnya. Apalagi di luar bulan Ramadhan di mana setan yang dibelenggu kembali beraksi menggoda anak cucu Adam. Berikut beberapa tips dari para ulama untuk menjaga spirit spiritualitas pasca bulan Ramadhan:

Pertama, Meluruskan Niat

Pangkal seseorang berbuat ibadah terletak di niat. “Innama ‘amalu binniat”. Niat adalah amalan hati (amaliyah qolbiyah). Sehingga hanya Allah SWT dan pribadi masing-masing yang tahu soal niat atau motif seseorang dalam berbuat, beramal, atau beribadah. Dengan memiliki niat ibadah dan mengharap ridha Allah SWT. maka seorang akan lebih mudah menjalankan ibadah. Serta tidak mudah tergoda pada hal-hal yang bisa menghalangi ibadahnya. Dengan begitu, spiritualitas selama Ramadhan tetap dan senantiasa terjaga.

“Barangsiapa yang berniat melakukan kebaikan lalu tidak mengerjakannya, maka Allah menulis itu di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna, dan jika dia berniat mengerjakan kebaikan lalu mengerjakannya, maka Allah menulis itu di sisi-Nya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus lipat hingga perlipatan yang banyak.”

Kedua, Memahami Makna syahadat

Seorang muslim tentunya mengetahui dan mengenal dua kalimat syahadat tapi tidak semua orang mengetahui esensi dari dua kalimat syahadat. Dalam kitab Imam Al-Ghazali “Raudhatu ath-Thalibin wa ‘Umdatu as-Salikin” dijelaskan, secara ringkas dua kalimat syahadatmengandung penegasan tentang Dzat Allah, sifat-sifat-Nya, perbuatan-perbuatan-Nya, dan kebenaran Rasulullah SAW.

Baca Juga  Implementasi Iqra’ : Mengkontekstualisasikan Fenomena Sosial

Selain itu, di dalamnya juga terkandung empat fondasi bangunan iman. Fondasi pertama, mengenal Allah, yang meliputi sepuluh prinsip, yaitu: ilmu (pengetahuan) tentang wujud Allah, sifat qidam dan baqa’-Nya, dan bahwa dia bukan substansi, materi, maupun aksiden. Dia tidak terbatasi oleh suatu arah, tidak menetap pada sebuah tempat, dan Dia Maha Melihat dan Maha Esa.

Selanjutnya fondasi yang kedua, yaitu mengenal sifat-sifat Allah SWT yang terdiri atas sepuluh prinsip, yaitu mengenali bahwa Allah itu Hidup, Maha mengetahui, Maha kuasa, Maha berkehendak, Maha mendengar, Maha melihat, Maha berbicara, Maha benar dalam menyampaikan berita, suci dari hal-hal baru, dan sifat-sifat-Nya adalah kadim.

Kemudian fondasi yang ketiga, mengenali perbuatan-perbuatan Allah SWT. yang berkisar atas 3 prinsip, yaitu perbuatan-perbuatan hamba adalah ciptaan Allah, akibat kehendak-Nya, perbuatan-perbuatan itu merupakan sesuatu yang diupayakan (muktasab).

Lalu keempat, perkara yang hanya didengar (samiyyat) mencakup sepuluh prinsip, yaitu hari pengumpulan makhluk (hasyr), hari kebangkitan (nasyr), azab kubur, pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir, shirat, penciptaan surga dan neraka, dan hukum-hukum imamah.

Dengan mengetahui esensi dua kalimat syahadat maka bisa terbentuk pola pikir memiliki kewajiban untuk bertauhid dan bertaqarrub kepada Allah SWT. melalui mengerjakan ibadah-ibadah dan amal shaleh.

Ketiga, Bergaul Dengan Orang Saleh

Hubungan manusia tidak lepas dengan manusia lainnya disebabkan manusia makhluk sosial. Perilaku seorang manusia juga biasanya dipengaruhi oleh orang di sekitarnya. Jika ingin  selalu istiqomah dalam beribadah, maka banyaklah bergaul dengan orang saleh. Sabda Nabi, “Jalisil ‘ulama wa shohibil hukama wa kholithil kubara”.

Mereka akan menjadi kawan dalam beribadah dan senantiasa menjagamu dalam kebaikan. Sebagaimana sabda Nabi: “Seorang yang duduk (berteman) dengan orang saleh dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engaku tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.”

Keempat, Berdoa dan Berzikir Kepada Allah SWT

Allah tempat bergantung semua makhluk. Jadikanlah slogan inna allaha ma’ana dalam diri sehingga merasa nyaman dan tentram beribadah. Minta tolonglah kepada Allah untuk menetapkan spirit spiritual Ramadhan, karena sesungguhnya tidak ada daya dan kekuatan kecuali dari Allah SWT. Artinya tidak ada kekuatan bagi seorang pun, tidak ada kemampuan baginya untuk menegakkan ketaatan kepada Allah dan berpegang teguh padanya kecuali dengan taufiq dari-Nya. “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in”

Allah Maha membolak balikan hati seseorang dan atas kuasa-Nya lah Allah menetapkan apakah ia akan memberi seseorang hidayah ataukah menutup hati seseorang. Oleh sebab itu kita dianjurkan untuk senantiasa berzikir dan berdoa kepada Allah agar tetap istiqomah di jalan yang benar.

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ

Artinya: Wahai Dzat yang membolak-balikan hati, teguhkanlah hatiku berada di atas agamamu.  

Baca Juga  Mendidik Anak Bagi Orang Tua Perspektif Tafsir Ibnu Abbas

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahi al-hamd

Semoga di hari ketiga lebaran ini Allah SWT selalu memberi ketetapan hati untuk senantiasa beristiqomah dalam beriman dan beramal shaleh. Seperti semangat pada bulan Ramadhan. Aamiinn

Penyunting: M. Bukhari Muslim