Pola hidup sehat adalah gaya hidup dengan memperhatikan segala segala aspek kondisi, mulai dari makanan, minuman yang dikonsumsi dan kegiatan sehari-hari seperti olahraga. Menjaga kesehatan di era pandemi ini sangat penting tidak hanya menjaga kesehatan jasmani seperti halnya menjaga makan, minum dan olahraga namun rohani seperti kesehatan mental pada diri kita juga perlu dijaga. Kesehatan mental dan masalah psikososial merupakan masalah serius dan membutuhkan perhatian. Kesehatan mental adalah adalah bebas dari gejala-gejala penyakit jiwa dan gangguan kejiwaan. Jiwa adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosional, menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya. Untuk itu sangat penting menjaga kesehatan mental agar kita dapat hidup senang dan bahagia.
Menjaga Kesehatan Mental
Sebagaimana kita ketahui, adanya pandemi coivd -19 WHO bermaksud menghimbau semua negara termasuk indonesia untuk mengambil tindakan pencegahan dan perawatan. Pemerintah menindak lanjuti dengan adanya PSBB, 3M (mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak) dan vaksin guna untuk meminimalisir dan menjaga kekebalan tubuh mereka dan dengan memakan makanan yang bergizi. Pandemi ini tidak hanya berdampak pada sektor kesehatan saja, tetapi juga perekonomian, sosial, psikoligis, hingga kestabilan suatu negara. Namun kesehatan sangatlah penting entah jasmani atau rohani. Kesehatan pikologis atau mental ini bisa dikatakan paling penting; karena ketika mental seseorang tidak terkontrol dalam artian down mereka tidak mampu menyesuaikan diri mereka dimanapun mereka berada sehingga dapat mengakibatkan sesuatu yang tidak diinginkan. Untuk itu diperlukan ketenangan dan ketentraman jiwa agar kita tetap dapat bertindak dengan baik dan dapat menyesuakan diri.
Al-Qur’an dan Hadis merupakan sumber hukum Islam yang memiliki suatu cara dalam merealisasikan kesehatan mental. Untuk memperoleh kesehatan yang hakiki islam mengajak untuk beriman dan mentuhidkan Allah. Tujuannya tidak lain agar mereka terbebas dari penyakit hati, sehingga mereka tidak lagi mencemaskan hal-hal seperti takut miskin, takut sakit, takut terkena musibah dan lain sebagainya. Hal ini sebagaimana firman Allah Hal ini sebagaimana firman Allah:
الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا وَلَمْ يَلْبِسُواّ إيْمنَهُمْ بِظُلْمٍ اُولئك لَهُمُ اللأمْنُ وَهمْ مُهْتَدُونَ
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan syirik, mereka itulah orangorang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk.” (QS. Al-An‟aam: 82).
الذين امنو وتطمئن قلوبهم بذكرالله الابذكرالله تطمئن الققلوب
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra‟d : 28).
Hadis di atas menerangkan mengenai sebuah kenikmatan yang sering dilupakan manusia yakni nikmat sehat dan waktu luang. Nikmat sehat merupakan suatu nikmat yang patut untuk disyukuri. Maka gunakanlah masa sehatmu sebelum sakitmu dan waktu luangmu sebelum sakitmu.
سنن الترمذي ٢٣٨٩: حدثنا هناد حدثنا وكيع عن الربيع بن صبيح عن يزيد بن أبان وهو الرقاشي عن أنس بن مالك قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من كانت الآخرة همه جعل الله غناه في قلبه وجمع له شمله وأتته الدنيا وهي راغمة ومن كانت الدنيا همه جعل الله فقره بين عينيه وفرق عليه شمله ولم يأته من الدنيا إلا ما قدر له
Sunan Tirmidzi 2389: Telah menceritakan kepada kami Hannad telah menceritakan kepada kami Waqi’ dari Ar Rabi’ bin Shabih dari Yazid bin Abban Ar Raqasyi dari Anas bin Malik berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Barangsiapa yang keinginannya hanya kehidupan akhirat; maka Allah akan memberi rasa cukup dalam hatinya, menyatukan urusannya yang berserakan dan dunia datang kepadanya tanpa dia cari, dan barangsiapa yang keinginannya hanya kehidupan dunia maka Allah; akan jadikan kemiskinan selalu membayang-bayangi di antara kedua matanya, mencerai beraikan urusannya dan dunia tidak akan datang kepadanya kecuali sekedar apa yang telah ditentukan baginya.”
Hadis di atas menerangkan mengenai tujuan seseorang hidup dunia, mana yang mereka utamakan kehidupan dunia atau akhirat yang menjadi tujuan hidupnya, jika kehidupan akhirat maka Allah akan meletakkan rasa kecukupan di dalam hatinya dan mengumpulkan segala sesuatu yang terserak untuk dirinya. Namun jika kehidupan dunia; yang mereka jadikan tujuan hidup maka Allah akan menjadikan kefakiran berada di depan pelupuk matanya dan menjadikan sesuatu yang telah terkumpul menjadi tercerai-berai dari dirinya.
Menjaga Kesehatan Mental dengan Ibadah
Untuk itu ketika keimanan telah mantap dan tujuan hidup terarah menuju Allah, penguatan dimensi spiritual dilakukan dengan membebankan syariat. Al-Qur‟an dan Al-Hadits sebagai sumber utama ajaran Islam memberikan petunjuk dan bimbingan bagi manusia dalam menjaga fitrahnya; untuk meraih kebahagiaan yang hakiki. Al-Quran memperkenalkan istilah jiwa yang tenang (an-nafsu al-muthmainnah), sementara Al-hadits menyebut kata al-fithrah, keduanya adalah syarat bagi kesehatan mental yang harus dimiliki seorang muslim. Hidup dengan jiwa yang tenang harus berdasarkan fitrah yang telah diberikan oleh Allah Subhanahu Wata‟ala yaitu akidah tauhiid.
Beberapa praktik-praktik ibadah yang dapat menenangkan jiwa seperti shalat, puasa, zakat, haji dan juga merupakan upaya pendidikan untuk membentuk kepribadian manusia. Ibadah-ibadah yang dilakukan berfungsi membersihkan jiwa dan mengajarkan sifat-sifat terpuji yang mampu membuatnya bertahan dalam menghadapi kenyataan hidup.
Dikaitkan kembali dalam kondisi saat ini yakni adanya pandemi covid-19 ketika hati kita bersih otomatis kesehatan mental kita akan aman dan bahagia. Untuk itu kita tetap harus bersyukur karena dengan kita bersyukur maka segala sesuatu yang kita hadapi akan terasa lebih ringan. Sehingga kita dapat menjalani kehidupan dengan bahagia tidak selalu was-was mengenai dampak covid-19 seperti kerugian ekonomi, dan selalu takut terserang virus.
Editor: An-Najmi
Leave a Reply