Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Meninjau Kembali Jalan Menuju Sakinah dalam Keluarga

Sumber: https://tr.depositphotos.com

Pernikahan merupakan jalan bagi dua orang insan untuk Bersatu. Kemudian membentuk keluarga yang sakinah dan bahagia. Tetapi fenomena hari ini menunjukkan bahwa beberapa kasus terjadi pada pasangan yang gagal dalam membentuk dan menuju keluarga sakinah.  

Ada banyak penyebab yang melatarbelakangi gagalnya upaya membentuk keluarga sakinah tersebut. Di antaranya, barangkali dikarenakan belum adanya kesiapan mental untuk berumah tangga. Atau kurangnya pengetahuan dan edukasi tentang hidup berumah tangga. Bahkan salah memilih pasangan dan sebagainya.

Keluarga Sakinah

Kata Sakinah diambil dari bahasa Arab yang berarti ketenangan yang merupakan lawan dari kegoncangan. Kata ini digunakan untuk menggambarkan ketenangan dan ketentraman, setelah sebelumnya terdapat gejolak.

Keluarga sakinah atau bahagia, merupakan keluarga yang terlebih dahulu mengalami gejolak. Di dalamnya terdapat kesalahpahaman, terjadi pertengkaran dan sebagainya. Namun, kemudian segala masalah diselesaikan dan gejolak yang terjadi dapat diatasi. Sehingga dapat menuju keluarga yang sakinah.

Ulfatmi (2011: 132) dalam disertasinya menyebutkan. Satu dari kriteria keluarga sakinah itu adalah keluarga yang usia perkawinannya di atas 25 tahun. Penetapan ini berdasarkan pertimbangan bahwa ketahanan pasangan dalam menghadapi masalah rumah tangga. Karena biasanya perkawinan belum dapat teruji apabila berusia dibawah 25 tahun.

Fase Menuju Keluarga Sakinah

Quraish Shihab (2016: 112) menyebutkan bahwa sakinah itu tidak datang begitu saja. Tetapi perlu diusahakan. Hati harus dipersiapkan dengan kesabaran dan ketakwaan. Dan yang terpenting sakinah itu diperoleh setelah melalui beberapa fase. Ada beberapa fase menuju keluarga sakinah yaitu:

Pertama, tahap bulan madu. Pada fase ini kedua pasangan tengah merasakan manisnya perkawinan. Sehingga segalanya terasa indah dan nyaman. Fase ini tidak berlangsung lama, sebagian orang mematok paling lama 3 bulan.

Baca Juga  Resep Cara Mendapatkan Kebahagiaan dalam Al-Qur’an

Kedua, tahap gejolak. Fase ini terjadi setelah berakhirnya tahap bulan madu. Sehingga kehidupan pada masa ini sudah tidak seindah pada saat-sata bulan madu. Kebosanan mulai terasa, dan kejengkelan dihati mulai muncul ketika sudah mengetahui sifat-sifat masing-masing pasangan. Dan pada fase ini banyak pasangan yang gagal untuk melanjutkan ke fase berikutnya.

Ketiga, tahap perundingan dan negosiasi. Yang sampai ke fase ini adalah pasangan yang memilki rasa saling membutuhkan. Hal ini diawali dengan mengakui kelebihan dan kelemahan masing-masing. Sehingga muncul perundingan dan negosiasi.

3 Tahap Terakhir

Keempat, tahap penyesuaian dan integrasi. Pada tahap ini kedua pasangan sudah bisa menunjukkan sifat aslinya. Sekaligus kebutuhan dan kekurangannya disertai dengan perhatian dan menerima pasangannya. Pada fase inilah akan terasa indahya menyatu kembali dengan kekasih.

Kelima, tahap peningkatan kualitas kasih sayang. Pada fase ini pasangan mulai menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Kemudian menyadari bahwa hubungan perkawinan sangatlah berbeda dengan segala macam bentuk hubungan sosial yang selama ini dikenal. Pada tahap inilah pasangan menjadi teman terbaik. Bahkan kawan berdiskusi dan berbagi kebahagiaan serta suka dan duka serta berusaha menyenangkan satu sama lain.

Keenam, tahap kemantapan. Pada tahap inilah pasangan menghayati cinta kasih sebagai suatu realitas yang menetap. Sehingga apapun cobaan dan masalah yang datang, tidak dapat lagi menggoyahkan kehidupan rumah tangga mereka. Pada tahap inilah suatu keluarga dapat kita sebut sebagai keluarga yang telah mencapai puncak dari keluarga sakinah.

Mempertahankan Keluarga Sakinah

Meskipun suatu keluarga sudah mencapai tahap keluarga sakinah, baik dari segi usia perkawinan dan segala macamnya. Namun tetap harus tetap dipertahankan. Cara menjaganya yaitu dengan tiga cara:

Baca Juga  Pandemi, Nabi Adam dan Pohon Khuldi

Pertama, mawaddah. Mawaddah ini dapat diartikan dengan cinta. Cinta yang muncul biasanya disebabkan oleh ketertarikan terhadap sesuatu yang ada pada pasangan. Biasanya ini berdasarkan penilaian fisik seperti kecantikan, ketampanan dan segala macamnya. Oleh sebab itu setiap pasangan harus berusaha untuk merawat diri agar tetap cantik dan tampan dalam upaya menjaga pasangan tetap cinta.

Kedua, rahmah. Rahmah itu dapat diartikan sebagai kasih. Lebih tepatnya lagi kasihan. Oleh karena kecantikan dan ketampanan itu sifatnya sementara dan akan bertukar dengan bertukarnya waktu. Maka diperlukan sifat rahmah terhadap pasangan. Dengan adanya sifat rahmah ini seseorang tidak akan meninggalkan pasangannya karena kasihan dengan pasangan yang telah berkorban selama ini, telah merawat dan membesarkan anaknya dan segala macamnya. Sehingga akan bertambah sayang kepada istri atau suaminya.

Ketiga, amanah. Amanah dapat diartikan sesuatu yang diserahkan kepada kita dan kita terima lalu akan kita pertanggung jawabkan kepada orang yang memberi amanah. Apabila kedua rasa diatas yaitu cinta (mawaddah) dan kasihan/kasih (rahmah) telah hilang. Maka untuk mempertahankan keluarga, ingat bahwa pernikahan itu adalah amanah dari Allah yang telah diterima oleh laki-laki melalui orang tua atau wali dari perempuan. Sehingga tidak mugkin akan disia-siakan atau diputuskan begitu saja.

Penyunting: Ahmed Zaranggi Ar Ridho