Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Meninjau Kembali Childfree Melalui Al-Qur’an dan Hadits

Sumber: Parapuan.co

Akhir-akhir ini, mulai banyak kalangan yang meneriakkan kebebasan sebagai pasangan yang enggan untuk memiliki anak. “Childfree” ucap mereka dengan penuh keyakinan dan pembenaran versi mereka. Salah seorang chef terkenal juga melontarkan pandangan ini juga. Bahwa keputusannya untuk mempunyai anak itu tergantung dari bagaimana pasangannya dan ia tidak mau memaksakan.

Dikutip dari buku yang ditulis oleh Rachel Chrastil, beliau seorang profesor di Universitas Xavier. Dalam bukunya yang berjudul “A history and Philosophy of life without childreenChildfree atau yang disebut dengan childless by choice merupakan suatu keputusan atau pilihan hidup untuk tidak memiliki anak setelah menikah.

Penggunaan istilah Childfree ini sudah ada sejak dulu bahkan pada abad ke 21, kala itu jutaan wanita diseluruh dunia yang mencapai umur 50 tahun hidup tanpa memiliki keturunan (Chrastil, 2020. hlm 2).

Bukan tanpa alasan, katanya pilihan untuk memiliki keturunan hanya akan membatasi kebebasan, menguras kantong keuangan, rentan depresi dan stress hingga menganggap anak hanya sebagai beban.

Dari berbagai pernyataan dan alasan diatas, sudah cukup sekiranya bagi penulis untuk memantik diskusi mengenai tren childfree.Namun, perlu digaris bawahi bahwa bagi kita seorang muslim cita-cita tertinggi dalam suatu hubungan pernikahan adalah melahirkan keturunan yang baik lagi bertaqwa.

Pandangan Al-Qur’an Mengenai Anjuran Memiliki Anak

Secara tegas dikatakan bahwa menggaungkan tren Childfree sangat  menyelisihi anjuran dalam agama Islam. Yaitu mempunyai keturunan bahkan memperbanyaknya. Dalam QS. Al-Baqarah: 187 dijelaskan bahwa Allah berfirman:

“Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu”

Pada penggalan ayat tersebut merupakan ayat yang memerintahkan untuk menggauli pasangan mereka. Kemudian kita diperintahkan untuk mengikuti ketetapan yang Allah takdirkan. Dalam tafsir Jalalain, kalimat “kataballahu lakum” bermakna bahwa apa yang Allah perbolehkan seperti berhubungan suami istri. Maka carilah dan usahakanlah untuk mendapatkan keturunan.

Baca Juga  Konsep Syafaat dan Ragamnya pada Hari Kiamat

Kemudian Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk memiliki banyak keturunan. Beliau bersabda:

“Nikahilah perempuan yang pecinta (yakni yang mencintai suaminya) dan yang dapat mempunyai anak yang banyak, karena sesungguhnya aku akan berbangga dengan sebab (banyaknya) kamu di hadapan umat-umat (yang terdahulu)” Shahih Riwayat Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu Hibban dan Hakim dari jalan Ma’qil bin Yasar.

Keutamaan Memiliki Anak Yang Banyak.

Patut untuk dipahami bahwa Allah lebih mengetahui bagaimana cara manusia hidup berbahagia dengan kebahagiaan yang hakiki bukan semu. Hingga Allah menciptakan manusia dengan berpasang-pasangan, menciptakan rasa kasih sayang dan cinta.

Lalu menciptakan rahim dan meletakkannya sebagai identitas wanita yang bisa memiliki keturunan dan memperbanyaknya. Itu semua memiliki alasan dan keutamaan yang Allah atur sehingga Allahlah yang paling tahu konsep dan cara untuk berbahagia.

Anak-anak merupakan permata hati dan kebahagiaan tersendiri bagi manusia itu sendiri yang masih dalam fitrah. Pada Qs. Ali Imran ayat 14 Allah berfirman:

Artinya: “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”

Dalam Hadits

Kemudian pada hadis dari Abu Hurairah, ia berkata: telah bersabda Rasul SAW. “sesungguhya ada seseorang yang diangkat (ditinggikan) derajatnya di jannah (surga)” Lalu ia bertanya (terheran-heran). “bagaimana aku bisa mendapat ini (yakni derajat yang tinggi di surga)?”. dikatakan kepadanya, “(ini) disebabkan istighfar dari anakmu (kepada Allah) untukmu”.

Dari kedua hadis diatas, kita bisa mendapati suatu kesimpulan bahwa selain Rasul SAW menganjurkan umatnya untuk memiliki keturunan juga dapat mengangkat derarajatnya seseorang di surganya Allah disebabkan oleh permohonan ampun dari seorang anak kepada Allah.

Baca Juga  Warisan Para Nabi Dalam Al-Quran (1): Kisah Adam dan Setan

Selanjutnya merupakan hadis yang familiar kita dengar tentang keutamaan memiliki anak. Dari abu Hurairah: Sesungguhnya Rasul bersabda ” Apabila manusia itu telah mati maka terputuslah dari semua amalnya kecuali tiga perkara: shadaqah jariyyah, ilmu yang bermanfa’at, dan anak-anak shalih yang mendo’akannya.(Riwayat muslim).

Itulah merupakan puncak tertinggi dari keutamaan-keutamaan memiliki anak, yaitu anak yang shalih yang bermanfa’at bagi orang tua dunia dan akhirat.

Kesimpulan

Sudah banyak kiranya berbagai dalil yang menganjurkan kita untuk memiliki dan memperbanyak keturunan, ini berarti Islam menentang tren childfree yang memilih “sengaja” untuk tidak memiliki anak dengan berbagai alasan tertentu.

Namun berangkat dari fakta itu semua bahwa bagi kita sebagai umat Islam. Pernikahan bukan hanya sebagai pengikat melainkan juga amal shaleh. Pasang surutnya  keadaan suami istri dalam world of marriage itu tentunya akan bernilai Pahala. Lelahnya orang tua dalam mengasuh dan mendidik anak maupun pengeluaran biaya yang banyak. Tidak lain dan tidak bukan itu sebagai investasi untuk dunia dan Akhirat.

Penyunting: Ahmed Zaranggi Ar Ridho