Ketika kita mengetahui bahwa terjemahan dari kata ihdina shiratha al-mustaqim yang memiliki arti “tunjukanlah kami jalan yang lurus”. Melihat dari arti kata tersebut, sudah dapat diasumsikan bahwa yang memohon hidayah dari Allah hanya orang-orang muslim. Kemudian disambung dengan ayat selanjutnya yang berbunyi shirathal laziina an’amta ‘alaihim ghair al-magdhub i ‘alaihim wa lad dhaliin artinya “(yaitu) jalan orang-orang yang telah engkau beri nikmat. Bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”
Makna Al-Maghdub dan Dhaliin
Menurut Quraish Shihab kata al-maghdub berasal dari kata ghadab yang dalam berbagai bentuknya memiliki keberagaman makna. Namun kesemuanya itu menggambarkan kepada sesuatu yang bersifat keras, kokoh dan tegas. Oleh karena itu al-ghadab adalah sikap keras, tegas, kokoh dan sukar tergoyahkan yang apabila diperankan oleh pelakunya terhadap objek disertai dengan emosi.
Sikap itu dinamai “amarah” jika hal tersebut diperankan oleh manusia. Tetapi jika diperankan oleh Tuhan bermakna ancaman siksa yang puncaknya adalah dimasukan kedalam neraka.
Dhalla merupakan asal kata dari dhaliin. Tidak kurang dari 190 kali kata dhalla dalam berbagai bentuknya terulang dalam Al-Qur’an. Kata ini mulanya memiliki arti kehilangan jalan, bingung, tidak mengetahui arah, yang kemudian berkembang dalam arti immaterial ialah sesat dari jalan petunjuk atau lawan dari petunjuk. Dari penggunaan Al-Qur’an yang beragam, dapat disimpulkan bahwa kata ini dalam berbagai bentuknya mengandung makna tindakan ataupun ucapan yang tidak menyentuh kebenaran
Jika dilihat dari segi kebahasaan al-maghdub dan dhaliin memiliki arti dimurkai dan sesat. Lalu ditujukan kepada siapa arti yang sesungguhnya dari kata al-maghdhub dan dhaliin? Disini penulis akan mencoba mengungkapkan maksud tafsir yang terkandung dalam kedua kata tersebut.
Al-Maghdub Menurut Al-Qur’an
Tentang siapakah yang dimurkai dalam ayat tersebut tidak dijelaskan. Tetapi berdasarkan keterangan dari hadis Nabi para ulama tafsir menyatakan bahwa maksud dari kata dimurkai itu merujuk kepada orang-orang Yahudi. Dalam Al-Qur’an juga diberitakan mereka telah mengenal kebenaran tetapi enggan untuk mengikutinya. Kemudian ulama tafsir memperluas tafsir dari al-maghdub ‘alaihim. Sehingga mencakup semua yang telah mengenal kebenaran namun enggan mengikutinya.
Sangatlah wajar jika Rasulullah menggambarkan orang yang dimurkai itu kepada orang-orang Yahudi. Karena dari 24 kali kata ghadab dalam Al-Qur’an dengan berbagai bentuknya, 12 di antaranya merujuk kepada konteks tentang pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi. Sisanya tentang amarah yang merujuk kepada naluri manusia, murka Tuhan terhadap orang musyrik, penyembah berhala dan orang munafik pengikut Rasulullah, atau bahkan orang-orang mulim yang melakukan pelanggaran.
Dhaliin dalam Tafsir
Dalam beberapa riwayat yang dijelaskan dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir kata dhaliin ini ditujukan kepada orang-orang Nasrani seperti hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Murdawaih melalui hadis Ibrahim ibnu Tahman, dari Badil ibnu Maisarah, dari Abdullah ibnu Syaqiq, dari Abu Zar RA. yang menceritakan:
Aku pernah bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang makna al-maghdub ‘alaihim. Beliau menjawab bahwa mereka adalah orang-orang Yahudi. Aku bertanya lagi, “(Siapakah) orang-orang yang sesat? Beliau menjawab, “Orang-orang Nasrani.”
Menurut Al-Qurtubi mengapa disebut mereka disebut sesat karena telah merubah ajaran Nabi mereka dalam masalah kebenaran dan tidak mengamalkan agama. Padahal mereka mengetahui kebeneran dan mengamalkannya tanpa ilmu.
Kesimpulan
Orang Yahudi telah menerima kebenaran dari Allah melalui Nabi Musa AS. Namun mereka enggan untuk mengikutinya, sehingga mereka dimurkai oleh Allah. Orang-orang Nasrani juga telah menerima kebenaran dari Allah melalui Nabi Isa AS. akan tetapi mereka menyesatkan agama mereka sendiri. Hal itu yang menyebabkan mereka dimurkai dan dalam kesesatan yang akan berakibat mereka mendapat ancaman siksaan dari Allah.
Hal serupa juga dapat terjadi kepada orang-orang selain dari orang Yahudi apabila mereka telah menerima kebeneran namun enggan untuk mengikutinya, maka akan dimurkai oleh Allah. Dan apabila mereka merubah ajaran Nabinya seperti yang dilakukan oleh orang Nasrani maka mereka juga dalam kesesatan. Wallahu a’alam bi as-shawab
Penyunting: Bukhari
Leave a Reply