Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Mengubah Keadaan Hidup dengan Al-Qur’an

Mengubah
Sumber: istockphoto.com

Hadirnya al-Qur’an di dunia dapat mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik. Akan tetapi jika seseorang yang telah memilih menghafal al-Qur’an dan ia lalai, maka ia akan merugi. Sebagaimana yang telah disabdakan oleh Allah dalam surah Muhammad ayat 2. Bahwasanya balasan bagi orang-orang yang beriman kepada-Nya, mengerjakan kebaikan, dan meyakini apa yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad saw adalah penghapusan kesalahan dan perbaikan keadaan.

Di zaman modern ini, banyak pondok pesantren, madrasah, dan lembaga keilmuan lainnya berlomba-lomba membuat program menghafal al-Qur’an. Tentu misi mereka adalah melahirkan generasi-generasi qur’ani di era modern ini. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan hal demikian. Akan tetapi perlu diperhatikan lagi bagi seseorang yang telah memilih menghafalkan Al-Qur’an dengan bukti komitmennya.

Apabila al-Qur’an dijaga dengan baik dan semaksimal mungkin, maka Allah akan memberinya rahmat, kebaikan dan mengubah hidupnya. Begitu pun sebaliknya. Apabila seseorang tersebut sengaja melalaikan apa yang telah dipilihnya (hafalan Al-Qur’an) maka Allah akan mengazabnya. Al-Quran benar-benar dapat memberikan sesuatu kepada seseorang sesuai dengan bagaimana seseorang tersebut berbuat padanya.

Selain beribadah kepada Tuhannya, tugas manusia di dunia adalah sebagai khalifah di bumi. Allah memberikan pilihan kepada manusia untuk menjadi baik atau buruk. Bagi seseorang yang memilih jalan kebaikan dengan menghafalkan al-Quran, maka wajib baginya menjaga hafalannya. Sebab al-Qur’an sangat mulia dan kenikmatan yang akan didapatkan bagi penghafalnya adalah kenikmatan yang tidak akan didapatkan oleh selainnya. Al-Qur’an akan mengubah banyak hal dalam hidupnya. Oleh karena itu, untuk menjadi penghafal al-Qur’an butuh perjuangan besar.   

KH. M. Arwani Amin, seorang kyai dan pendiri Pondok Tahfidz Yanbu’ul Qur’an pernah berkata, “Seberapa dekat kamu dengan al-Qur’an, seberapa dekat itu pula Allah denganmu. Seberapa besar bentuk penjagaanmu pada Al-Qur’an, seberapa besar itu pula Allah akan menjagamu. Kadar kebahagiaanmu ditentukan oleh kadar kecintaanmu pada-Nya”. Dawuh beliau tersebut memang telah nyata adanya.

Baca Juga  Isra’iliyyat dan Posisinya dalam Kajian Tafsir Era Formatif

Al-Qur’an selalu membawa keberkahan bagi pembacanya, terlebih bagi para penghafalnya. Akan tetapi Allah juga tidak segan-segan memberikan azab bagi para penghafal Qur’an yang menyeleweng. Penghafal al-Qur’an yang sengaja lalai dari al-Qur’an, sombong dengan hafalannya, menyalahgunakan pengetahuan dalam al-Qur’an, mereka lah yang akan mendapatkan azab dari Allah Swt.   

Kehidupan seseorang yang sebelumnya mengalami keresahan, kekurangan, penderitan, dan sebagainya dapat berubah seiring dengan hadirnya al-Qur’an dalam hati mereka. Hadirnya al-Qur’an dalam hati seseorang sama dengan hadirnya Allah dalam hati mereka. Jika al-Qur’an, kalam Allah Swt, telah menjadi cinta seseorang, maka pemilik kalam tersebut juga akan menjadi cintanya. Maka segala sesuatu yang dirasakan oleh seseorang akan terlewati dengan mudah dan indah.

Pada zaman Nabi Muhammad Saw dulu, ada seorang sahabat nabi yang bernama Umar bin Khattab. Sebelum masuk Islam. Umar adalah seorang tokoh yang paling keras memusuhi Islam. Ia dikenal dengan pribadi yang sangat keras dan pemberani. Akan tetapi setelah mendengarkan bacaan Al-Qur’an, hatinya terasa luluh dan akhirnya ia bersegera masuk Islam.

Setelah ia memeluk Islam, Umar bin Khattab menjadi sahabat yang melindung nabi dari para musuh dan sangat berani melawan kebatilan sehingga ia mendapat julukan al-Faruq.  Betapa indahnya bacaan al-Qur’an sehingga hati yang keras dapat menjadi lembut seiring dengan izin Allah Swt. Bahkan selanjutnya, Umar bin Khattab menjadi khalifah al-rasul ke dua setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq.   

Keberkahan al-Qur’an dapat dirasakan oleh mereka yang selalu mendawamkan membaca Al-Qur’an. Bagi seseorang yang bukan penghafal al-Qur’an tetapi selalu membaca al-Qur’an, maka Allah juga akan memberikannya rahmat dan kebaikan. Sebagaimana salah satu teladan, yakni Nyai Shafiyah, istri dari pengasuh pondok pesantren di daerah Lamongan.

Baca Juga  Tafsir al-Azhar dalam Tinjauan Howard M. Federspiel

Nyai Shafiyah, beliau mengidap penyakit katarak sejak dini. Keadaan keuangan keluarga juga tidak memungkinkan digunakan untuk mengobati mata beliau, sehingga beliau tidak bisa berobat. Namun karena beliau istiqamah membaca al-Qur’an, dengan izin Allah katarak beliau hilang dan kedua matanya menjadi sehat sebagaimana mata normal orang-orang lainnya.

Itulah keistimewaan al-Qur’an yang merupakan mukjizat Nabi Muhammad saw. Kebaikannya dapat dirasakan oleh seluruh umat yang taat. Terlebih bagi seseorang yang menghadirkan al-Qur’an dalam hati mereka, baik penghafal al-Qur’an maupun bukan. Seberapa kuatnya cinta seseorang kepada al-Qur’an, seberapa kuat pula cinta Allah padanya. Al-Qur’an mampu mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Akan tetapi bagi seseorang yang telah memilih jalan sebagai penghafal al-Qur’an, yang artinya ia wajib seumur hidup menjaga hafalan dan selalu berpegang teguh dengan ajaran di dalamnya, namun jika ia lalai pada tugas tersebut maka Allah akan mengazabnya. Sebagai seorang hamba, Allah Swt telah memberikan kebebasan dalam memilih yang baik atau yang buruk, dan memilih berkah atau azab. Wallahu a’lam.

Penyunting: Bukhari

Zakiyatun Najwa
Mahasiswi Ilmu Al-Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya