Di era global yang penuh dengan berbagai tantangan serta perubahan yang cepat, pemimpin yang ideal menjadi kebutuhan yang juga semakin mendesak. Sosok yang bukan hanya memiliki kepemimpinan yang efektif, namun juga harus mampu membawa nilai-nilai spiritual dan nilai-nilai moral yang baik. Jika dilihat dari perspektif al-Qur’an, sosok pemimpin yang ideal bukan hanya seseorang yang mendapat gelar jabatan dan kekuasaan tinggi, melainkan juga seseorang yang harus mempunyai karakter baik, memiliki akhlak mulia, dan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi atas kesejahteraan rakyatnya.
Menurut Peter Guy Northouse seorang profesor di Western Michigan University dalam bukunya yang berjudul Leadership Theory and Practice menjelaskan bahwa, kepemimpinan adalah proses di mana seseorang mengarahkan dan memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Karena, pada dasarnya seorang pemimpin merupakan tumpuan harapan suatu bangsa. Maka, sudah seharusnya memiliki sifat yang baik kepada rakyat, peduli kepada kaum melarat, jujur, disiplin, dan memiliki rasa kasih sayang kepada kaum fakir miskin.
Namun kenyataannya, di era modern ini semakin ramai orang berlomba-lomba untuk mengejar jabatan, berebut kedudukan, fasilitas kemewahan, popularitas, dan kewenangan tanpa batas tanpa di dasari niat yang ikhlas. Hal ini disebabkan karena mereka beranggapan bahwa jabatan yang di sandang merupakan sebuah keistimewaan yang patut untuk dibanggakan. Padahal kepemimpinan dalam sebuah jabatan merupakan amanah yang harus di jaga dan akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT.
Dinamika Tantangan Kepemimpinan di Indonesia
Sampai detik ini sejumlah masalah masih mengidap di tubuh bangsa kita. Hal ini ditandai dengan penyalahgunaan jabatan dan penyelewengan kekuasaan. Kemudian korupsi yang semakin menjadi-jadi, tidak tegaknya hukum dan keadilan, sehingga keadilan yang didambakan justru kecurangan dan kehancuran yang dirasakan.
Bukan omong kosong belaka, sebab di sepanjang tahun 2023 pembesar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), yaitu lembaga negara yang seharusnya mencegah dan menangani adanya tindak pidana korupsi, justru ikut andil atau terlibat dalam tindak pidana korupsi. Detik.com 29 April 2024 melansir data adanya kasus korupsi timah dengan kerugian negara mencapai 271 Triliyun yang ternyata menyeret sejumlah pengusaha dan para pejabat di negara Indonesia. Fenomena-fenomena tersebut menjadi pertanda bahwa saat ini Negara Indonesia tengah menghadapi krisis kepemimpinan.
Kepemimpinan dalam Perspektif Al-Quran: Landasan Etika dan Moral
Di dalam al-Quran pemimpin yang ideal telah dijelaskan secara mendalam yakni terdapat pada QS. Al Anbiya’ ayat 73:
وَجَعَلْنٰهُمْ اَىِٕمَّةً يَّهْدُوْنَ بِاَمْرِنَا وَاَوْحَيْنَآ اِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرٰتِ وَاِقَامَ الصَّلٰوةِ وَاِيْتَاۤءَ الزَّكٰوةِۚ وَكَانُوْا لَنَا عٰبِدِيْنَۙ ٧
Artinya: “Kami menjadikan mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk atas perintah Kami dan Kami mewahyukan kepada mereka (perintah) berbuat kebaikan, menegakkan salat, dan menunaikan zakat, serta hanya kepada Kami mereka menyembah.”
Dalam Tafsir al-Qur’an al-Adim Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa pada awal ayat tersebut terdapat kriteria kepemimpinan yang ideal menurut al-Qur’an. Yakni para pemimpin yang senantiasa mengajak rakyatnya ke jalan yang benar dan jauh dari kesesatan. Pemimpin yang baik seanantiasa akan memberikan contoh terlebih dahulu sebelum memberikan perintah kepada rakyatnya.
Selain itu, pemimpin yang baik adalah pemimpin yang senantiasa tunduk dan patuh kepada Allah. Hal itu dapat dicerminkan dengan rajin melaksanakan salat dan menunaikan zakat. Sosok pemimpin yang sesuai dengan ciri pada ayat tersebut adalah para pemimpin yang tidak hanya memimpin dengan keadilan. Namun juga menunjukkan moralitas akhlak yang mulia dalam kehidupan sehari-hari.
Nabi Muhammad SAW: Role Model Pemimpinan Yang Ideal
Di dalam QS. Al Ahzab ayat 21 Allah telah memberi penjelasan tentang sosok teladan terbaik bagi seluruh umat yakni Nabi Muhammad SAW.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ
Artinya: “Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah.”
Muhammad Quraish Shihab dalam kitab Tafsir al-Mishbah menjelaskan bahwa, kata أُسْوَةٌ memiliki arti teladan. Nabi Muhammad SAW adalah teladan bagi umat manusia. Baik dari segi akhlak kepada Allah, akhlak kepada sesama manusia, maupun bagi alam semesta. Nabi Muhammad SAW adalah sosok yang bukan hanya memberi pengajaran agama. Akan tetapi juga memberi contoh tentang bagaimana perilaku dan tindakan seorang pemimpin. Baik dalam kebijaksanaan, keadilan, moralitas, maupun dalam hal lainnya.
Syekh Nawawi Al-Bantani dalam kitab Madarijus Su’ud menuturkan bahwa Nur Muhammad di langit dimuliakan, sedangkan di bumi menjadi panutan. Ungkapan tersebut menggambarkan kepada kita, bahwa figur yang paling luhur, pribadi yang patut diteladani, bahkan individu yang wajib ditiru, adalah Nabi Muhammad SAW.
Oleh karena itu, para pemimpin di Indonesia patut untuk menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai panutannya. Yakni dengan menerapkan 4 sifat yang ada pada Nabi Muhammad SAW, yakni siddiq (jujur), amanah, tabligh (menyampaikan), dan fathanah (cerdas). Jika 4 sifat tersebut diamalkan, maka akan terwujud negara Indonesia yang damai, makmur, dan sentosa.
Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sosok pemimpin ideal di masa ini adalah pemimpin yang meneladani Nabi Muhammad. Baik dari segi moral, kebijakan, dan tanggung jawabnya. Sosok pemimpin yang demikian tidak akan hanya membawa bangsa kepada kemajuan saja, tetapi juga membawa bangsa kepada kemakmuran. Bahkan pemimpin merupakan elemen yang sangat penting dalam sebuah bangsa, pemimpin harus mampu menjadi motivator, fasilitator serta penyeimbang sehinggga dapat terwujudnya persatuan dan kesatuan suatu bangsa.
Penyunting: Bukhari



























Leave a Reply