Pada abad ke-20an lahir sebuah karya tafsir dari tangan seorang ilmuwan kelahiran Syiria, yakni Syekh Ali ash-Shabuni. Nama lengkapnya adalah Muhammad Ali Ibn Ali Ibn Jamil ash-Shabuni. Ia lahir di kota Helb, Syiria pada tahun 1928 M/ 1347 H. Ia merupakan seorang ulama dan ahli tafsir yang terkenal dengan keluasan dan kedalaman ilmu serta sifat wara‐nya.
Ia merupakan ulama yang produktif. Bisa dilihat dari hasil karyanya. Seperti: Mukhtasar Tafsir Ibn Katsir, Mukhtashar Tafsir al‐Thabari, Jammi al‐Bayan, al‐Mawarits fi al‐Syari’ah al‐ Islamiyah ‘ala Dhau al‐Kitab, Tanwir al‐Adham min Tafsir Ruh al‐bayan dan Shafwah al-Tafasir. Shafwah al-Tafasir merupakan salah satu kitab tafsir yang berhasil ia susun selama kurang lebih lima tahun.
Latar Belakang Penulisan
Terlepas dari kelebihan dan kekurangannya, kitab tafsir karya ash-Shabuni ini juga memiliki motif yang unik. Yaitu ingin memberikan warna baru terhadap metode dalam menafsirkan Al-Qur’an.
Pada latar belakang penyusunannya, disebutkan bahwa tafsir ini menjunjung kalimatullah untuk memberi pemahaman terhadap kebutuhan umat dalam memahami agama. Ia menyebutkan bahwa Al-Qur’an merupakan kitab suci yang penuh keajaiban, serta penuh dengan mutiara‐mutiara kehidupan, sehingga memicu akal untuk mengkajinya.
Maka dari itu, ulama mesti menjadi jembatan bagi umat Muslim. Ulama yang baik akan memberikan kemudahan dalam menyampaikan dan menjelaskan kandungan-kandungan dari Al-Qur’an.
Metode dan Sistematika Penulisan
Adapun metode yang digunakan dalam tafsir Shafwah al-Tafasir adalah metode tahlili. Dalam menafsirkan setiap surat, sistematika penulisan yang diterapkan Muhammad Ali As‐Shabuni dalam tafsirnya antara lain:
- Menjelaskan surat Al-Qur’an secara global. Kemudian merinci maksud‐maksud yang terkandung dalam surat tersebut. Seperti menjelaskan tema yang berkaitan dengan akidah, ibadah, mu’amalah, akhlak dan lain sebagainya.
- Menguraikan hubungan antar ayat sebelum dan ayat sesudahnya (munasabah).
- Menjelaskan tentang latar belakang penamaan surat dan faedah‐faedah. Atau keutamaan yang bisa dipetik dari suatu ayat yang dikaji.
- Menuliskan ayat‐ayat Al-Qur’an dengan memulai satu ayat hingga 4 surat atau lebih. Barulah memberi penjelasan tafsir ayat tersebut dan dihubungkan dengan aspek bahasa. Seperti akar kalimat dan bukti‐bukti kalimat yang diambil dari ungkapan orang Arab.
- Pembahasan tentang Asbab al‐Nuzul dan balaghohnya.
Corak Penafsiran
Penjelasan di atas memberi gambaran mengenai corak penafsiran dalam tafsir Shahwah al-Tafasir. Kehidupannya yang sarat dengan problematika sosial dari berbagai aspek kehidupan dituangkan dalam tafsirnya. Hal ini dijelaskan dengan kebahasaan dan rasional, sehingga menunjukkan corak tafsir ini adalah al‐adab al‐ Ijtima’i.
Dengan kata lain, tafsir ini berupaya menyingkap keindahan bahasa Al-Qur’an dan mukjizat‐mukjizatnya. Selain itu juga menjelaskan makna serta memperlihatkan aturan‐aturan Al-Qur’an tentang kemasyarakatan di tengah umat. Semua itu diuraikan dengan melihat petunjuk‐petunjuk Al-Qur’an yang menuntun jalan bagi kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dalam menafsirkan ayat, ia mengambil beberapa rujukan, seperti pendapat/fatwa sahabat. Seperti Ibn ‘Abbas, tafsir Ibnu Katsir dan mukhtasharnya, tafsir Abu Su’ud, Ashab al‐Sunan, tafsir al‐Thabari dan beberapa penafsir lainnya. Juga termasuk mufasir yang menjelaskan sisi kebahasaan.
Referensi Penafsiran
Dalam menjelaskan sisi munasabah, ia merujuk tafsir Abu Su’ud. Adapun dalam menjelaskan sisi balaghah, ia merujuk pendapat Sahabat Sa’ad. Pun ulama ahli bahasa, seperti al‐Raghib. Dan dari penafsiran ia merujuk Talkhish al‐ Bayan milik al‐Ridha, al‐Futuhat, al‐Tafsir al‐Kabir, Talkhis al‐Bayan, Rawai’ al‐Bayan dan lain sebagainya.
Dalam sisi asbab al‐Nuzul, diantaranya ia merujuk pendapat sahabat Ibn ‘Abbas, Zad al‐Maisir, Asbab al‐Nuzul milik al‐Wahidi, al‐Bukhari dan lain-lain. Dalam sisi fawaid, ia merujuk pada perkataan sahabat seperti Ibn ‘Abbas, Ibn Mas’ud.
Sementara dari kalangan tabiin ada Imam Mujahid, mufassir seperti al‐Qurthubiy, al‐Qusyairiy, Mahasin al‐Ta’wil, tafsir al‐Qasimi, al‐Tashil fi ‘Ulum al‐ Tanzil, Irsyad al‐‘Aql al‐Salim, al‐Tashil milik Ibn al‐Jizi, al‐Tahqiq al‐Mufashal, al‐Dur al‐Mantsur, Ibn al‐Mardawaih, al‐Bazar, al‐Thabrani dan lain‐lain.
Demikian sekelumut tentang profil kitab tafsir karya Ali ash-Shabuni. Semoga, tulisan ini dapat menambah wawasan kita terhadap karya-karya tafsir. Serta menambah semangat kita untuk terus mengkaji Al-Qur’an.
Penyunting: Ahmed Zaranggi Ar Ridho
Kanal Tafsir Mencerahkan
Sebuah media Islam yang mempromosikan tafsir yang progresif dan kontekstual. Hadir sebagai respon atas maraknya tafsir-tafsir keagamaan yang kaku dan konservatif.