Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Mengenal Tafsir As-Sa’di: Tafsir Terkemuka di Era Kontemporer

Sumber: https://almanshurohagency.com/

TafsirTaysir Karimir Rohman min Kalamil Mannan atau disebut tafsir As-Sa’di merupakan salah satu kitab tafsir yang masyhur dalam dunia Islam era kontemporer.Tafsir ini ditulis oleh seorang ulama terkemuka di dunia Islam, yakni Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di. Tafsir ini merupakan salah satu karya yang diakui dan dipuji oleh para ulama pada zaman sekarang.

Biografi Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di

Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di lahir di Desa Unayzah, kecamatan Qashim, Kerajaan Saudi Arabia pada tanggal 12 Muharram 1307 H/1886 M.  Beliau berasal dari An-Nawasiryang merupakan garis keturunan Bani Amr, salah satu suku terkemuka Bani Tamim.

Nama lengkap As-Sa’diadalah ‘Abd al-Rahman ibn Nashir Ibn‘Abdullah ibn Nashir ibn Ahmad As-Sa’dial-Nashirial-Tamimi al-Hambali. Ayah beliau,Nashir As-Sa’di yang lahir pada tahun 1234 H adalah seorang ahli ibadah (‘abid) dan penghafal al-Qur´an yang mencintai ilmu dan para ulamanya. Sedangkan ibu beliau adalah putri dari keturunan Al-‘Uthaymin yang masih satu kabilah dengan Bani Tamim.

Sejak remaja beliau telah dikenal luas sebagai pribadi yang shaleh dan memiliki antusiasme tinggi dalam belajar.Pada saat usia 11 tahun beliau berhasil menghafalkanal-Qur’an dengan tuntas,kemudian membaca hadits, musthalahul hadits, ushul tafsir, tafsir dan lain-lain.

Saat menginjak usia 13 tahun, As-Sa’di menimba ilmu secara langsung dari ulama.Secara khusus beliau juga sangat rajin mengkaji secara mendalam karya-karya Syaikhul IslamIbn Taimiyyah dan muridnya, Imam Ibn al-Qayyim. Hingga pada tahun 1350 H ketika telah berusia 43 tahun, beliau berhasil menggapai puncak intelektualitas dan menjadi ulama terkenal di Qashim yang menjadi referensi ilmiah bagi para pencari ilmu, bukan hanya dari wilayah Qashim, namun juga dari berbagai negeri lain di seluruh dunia.

Baca Juga  Mengenal Tafsir Al-Iklil Al-Tanzil Karya Misbah Mustafa

Ruang Lingkup Tafsir As-Sa’di

As-Sa’di menulis tafsir ini pada tahun 1342 H, dan selesai pada tahun 1344. Tafsir ini terdiri dari delapan jilid. Dalam kitab tafsir tersebut terdapat footnote yang ditulis oleh As-Sa’di. Dari segi bentuknya tafsir ini memiliki cover berwarna merah, tertulis nama penulis, di tahqiq oleh abd al-Rahman ibn Mu’alla al-Luwaihiq, dan diterbitkan oleh penerbit Daar ibn Hazm. Kitab tafsir As-Sa’di ini memiliki ukuran P 24,6 X L 17,8, ketebalannya 3,4 cm dan jumlah halamannya sebanyak 930 halaman.

Kitab tafsir ini ditulis oleh As-Sa’di pada saat beliau berumur 35 tahun dan selesai pada umur 37 tahun.Tafsir ini dicetak oleh beberapa percetakan, salah satunya percertakan terbitan Dar Ibnu Hazm.

Pada tafsir As-Sa’di terbitan Dar Ibnu Hazm ini selain berisi tafsir tiga puluh juz, juga terdapat tambahan-tambahan bab seperti: Faidah-faidah yang penting berkaitan dengan tafsir al-Qur’an, dasar dan keumuman dari pokok-pokok tafsir dan keumumannya yang diperlukan oleh penafsir al-Qur’an, dan menggabungkan dua naskah yang terdapat perbedaan padanya, dan yang terakhir daftar isi.

Spesifikasi kitab ini ada pada gaya bahasa yang mudah, struktur yang sederhana, runtut penjelasannya, makna yang jelas, ringkas dan tidak bertele-tele sehingga mudah dipelajari dan dipahami langsung oleh masyarakat awam. Selain itu tafsir ini juga jauh dari kerumitan dan jauh dari cerita-cerita israilliyat, permasalahan-permasalahan I’rab. Tafsir ini juga menghindari menyebutkan perbedaan pendapat kecuali sedikit perbedaan dasar yang memang harus disebutkan, tujuannya agar pembaca pemula lebih fokus.

Metodologi Penafsiran As-Sa’di

  • Metode Penafsiran

Tafsir As-Sa’di ini merupakan tafsir bi al-ma’tsur, yakni metode penafsiran yang mengutamakan penafsiran dengan sumber naqli (al-Qur’an, hadits, dan riwayat). Sumber-sumber yang menjadi acuan As-Sa’di dalam menafsirkan ayat sesuai dengan urutan sebagai berikut:

  1. Al-Qur’an dengan al-Qur’an. Salah satu contohnya dalam menafsirkan Q.S. al-Baqarah [2]: 3 dengan Q.S. al-Ankabut [29]: 45.
  2. Al-Qur’an dengan hadits Rasulullah. Sebagaimana penafsiran beliau pada Q.S. Al-Baqarah [2]: 8-9.
  3. Al-Qur’an dengan pendapat para mufassir pendahulu. Seperti: Ibnu Katsir, Ibnu Taimiyyah, serta Ibnu Qayyim al-Jauziyah.
  4. Aliran Penafsiran
Baca Juga  Sebab Perbedaan Penulisan Al-Qur’an Dengan Kaidah Imla’ Bahasa Arab

Jika kita melihat sejarah keilmuan dan pendidikan As-Sa’di, beliau adalah pengikut madzhab ahlussunnah wal jama’ah. Sehingga dalam tafsir beliau, kita juga mendapati aliran yang diyakini ahlussunnah wal jama’ah.

  • Corak Penafsiran

Corak penafsiran adalah suatu warna, arah, atau kecenderungan pemikiran atau ide tertentu yang mendominasi karya tafsir. Jika kita amati, tafsir ini bercorak adabi wal ijtima’i. As-Sa’di dengan corak ini mengarahkan penafsiran pada petunjuk pokok al-Qur’an yang ditandai dengan kesimpulan-kesimpulan yang ditunjukkan oleh ayat-ayat al-Qur’an dari sisi manfaat serta hukum yang dimaksudkan.

Contoh Penafsiran As-Sa’di

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ ٨

يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ٩

Artinya: “Dan diantara manusia ada yang berkata‚ Kami beriman kepada Allah dan Hari akhirat, padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman. Mereka menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanyalah menipu diri sendiri tanpa mereka sadari.” (QS al-Baqarah [2]: 8-9).

As-Sa’di mengatakan bahwa kemunafikan adalah perbuatan menampakkan kebaikan dan menyembunyikan kejahatan. Termasuk pula dalam hal ini adalah munafik i’tiqadiy atau ‘amaliy. Munafik amaliy adalah sebagaimana yang disebutkan rasulullah SAW dalam hadits:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم – قَالَ آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

Artinya: Dari Abi Hurairah r.a. bahwa rasulullah SAW bersabda: “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga; Apabila berbicara dia berdusta, bila berjanji dia mengingkarinya, dan bila diberikan amanat dia berkhianat.” (HR. Bukhari)

Sedangkan menurut As-Sa’di, munafik i’tiqadiy adalah yang dapat mengeluarkan seseorang dari Islam sebagaimana sifat-sifat kaum munafik yang disebutkan dalam al-Qur’an.

Baca Juga  Tafsir Ath-Thabari: Kitab Tafsir Spektakuler

Kelebihan dan Kekurangan Tafsir as-Sa’di

Kelebihan:menggunakan gaya bahasa yang lugas dan tidak bertele-tele sehingga tafsir beliau mudah dipahami.

Kekurangan:as-Sa’di kadang-kadang tidak menyebutkan riwayat atau sanad secara lengkap dalam hadits-hadits Rasulullah SAW. Mengenai sumber rujukan pula, beliau juga kurang menuliskan kelengkapan. Sehingga terdapat kekhawatiran akan validitas sumber yang dirujuk.

Editor: An-Najmi