Dalam perbendaharaan Bahasa Indonesia tentu kita akrab dengan pola perubahan satu bentuk kata ke bentuk yang lain dalam satu akar kata. Misalnya membaca bisa diubah menjadi dibaca, bacalah!, membacakan, dibacakan dan bentuk lain yang memiliki akar kata baca. Untuk mengaplikasikan pola ini, kita perlu mempelajari kegunaan imbuhan di, kan, mem dan imbuhan-imbuhan yang lain.
Dalam bahasa Arab pun berlaku pola yang yang sama meski lebih rumit. Sebab tidak sekedar menggunakan imbuhan, tapi juga memperhatikan komposisi huruf dalam kata tersebut. Kitab Al-Amtsilah At-Tasrifiyah mengurai kerumitan tersebut. Kitab tersebut hadir untuk memudahkan pelajar pemula dalam memahami pola perubahan kata dalam bahasa Arab, dengan metode memberi contoh untuk dijadikan patokan.
Mengenal Kitab Bahasa Arab Al-Amtsilah At-Tasrifiyah
Para pelajar yang akrab dengan pelajaran tata Bahasa Arab tentu pernah mendengar kitab Tashrif atau Al-Amtsilah At-Tasrifiyah. Kitab Tasrif merupakan karya Syaikh Muhammad Ma’sum ibn Ali; salah seorang kiai yang ahli dalam berbagai bidang ilmu serta berasal dari Seblak, Jombang. Karya-karya beliau yang cukup dikenal antara lain: Al-Amtsilah At-Tashrifiyyah, menerangkan ilmu sharaf; Fathul Qadir, menerangkan ukuran dan takaran Arab dalam bahasa Indonesia; Ad-Durus al-Falakiyah tentang ilmu falak; dan Badi’atul Mitsal, juga menerangkan perihal ilmu falak.
Sesuai dengan namanya, Al-Amtsilah berarti beberapa contoh dan At-Tasrifiyah berarti perubahan satu kata ke kata yang lain. Al-Amtsilah At-Tasrifiyah merupakan kumpulan contoh-contoh perubahan kata dalam bentuk yang lain dalam satu akar kata. Dalam kitab ini tidak akan ditemukan secara panjang lebar uraian teori tentang perubahan kata. Yang ada hanya sekedar contoh, yang amat lengkap sehingga dapat dijadikan acuan dalam merubah satu bentuk kata ke bentuk yang lain dalam satu akar kata. Sesuai dengan makna yang diinginkan pemakainya.
Isi kitab tersebut dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu Tasrif Istilahi dan Tasrif Lughawi. Tasrif Istilahi membahas perubahan satu bentuk kata ke bentuk kata yang lain yang masih dalam satu akar kata. Sedang Tasrif Lughawi lebih menitik beratkan dinamika perubahan akhir kata tatkala bertemu isim dhamir.
Dalam Tasrif Istilahi, kata terbagi menjadi tsulatsi (kata yang terdiri dari tiga huruf), ruba’i (kata yang terdiri dari empat huruf), dan mulhaq (kata yang disamakan dengan kata yang lain dengan menambah huruf). Selain itu, kata terbagi juga menjadi mujarrad (kata tanpa huruf tambahan) dan mazid (kata dengan huruf tambahan).
Istilah Penting dalam Kitab al-Amtsilah at-Tashrifiyyah
Ada beberapa istilah penting dalam menggunakan kitab ini. Memahami istilah ini akan menjadi kunci dalam keberhasilan memahami dan menggunakan kitab ini:
Wazan
Wazan adalah kata yang menjadi acuan perubahan bentuk kata dalam satu akar kata. Sisi yang diacu dalam wazan adalah jenis harakat dalam tiap bagian katanya serta ada atau tidaknya huruf tambahan dalam kata tersebut. Dalam tasrif istilahi sendiri ada sekitar 38 wazan yang terbagi pada lima pembagian kelompok kata, berdasar jumlah huruf pada setiap kata. Sebab dalam Bahasa Arab, kata terbagi pada yang terdiri dari 3 huruf dan 4 huruf, baik berupa huruf asli semua maupun beserta huruf tambahan. Sedang dalam tasrif lughawi ada sekitar 20 wazan.
Sighat
Sighat adalah jenis-jenis kata. Seperti verba (kata kerja) atau nomina (kata benda). Dalam Tasrif pembaca dikenalkan dengan 11 shighat. Yaitu fi’il madhi (kata kerja lampau), fi’il mudhari (kata kerja zaman sekarang dan akan datang), mashdar ghairu mim, mashdar mim, isim fa’il (pelaku), isim maf’ul (objek kata kerja), fi’il amr (kata perintah), fi’il nahi (kata melarang), isim zaman (keterangan waktu), isim makan (keterangan tempat) dan isim alat (keterangan benda).
Bina’
Bina’ adalah pembagian kata dilihat dari apakah ada huruf dalam kata tersebut yang ganda, terdiri dari wawu atau ya, atau berupa huruf hamzah. Hal ini diperlukan sebab nantinya akan berpengaruh pada bentuk kata tersebut. Dalam Tasrif, ada 7 pembagian bina’. Yaitu bina’ sahih, mitsal, mudha’af, lafif, naqish, mahmuz dan ajwaf. Di dalam tiap bina’ nantinya akan ada pembagian lagi berdasar posisi hamzah serta jenis huruf yang illat yang memasuki kata tersebut.
Muthabaqah
Muthabaqah adalah kata yang menjadi contoh dalam kitab Tasrif, dan memiliki kesamaan dengan kata yang hendak kita samakan. Kesamaan tersebut dari sisi bab, bina’ sighat, serta dhomir yang dikandung. Mencari muthabaqah yang tepat akan menghasilkan hasil perubahan kata yang tepat.
Kecanggihan Kitab Al-Amtsilah At-Tashrifiyyah
Al-Amtsilah At-Tasrifiyah merupakan metode pengajaran shorof melalui contoh. Kelebihannya antara lain:
- Ringkas
Dalam menggunakannya cukup mencari kata yang sama dalam segi wazan, bina’ dan shighat. Pelajar pemula tidak akan kesulitan memahami uraian serta menghafalkannnya. Mereka cukup mempelajari cara kerja kitab tersebut.
- Mudah Dihafalkan
Al-Amtsilah At-Tasrifiyah disusun agar mudah dihafalkan. Meski bentuknya bukanlah syair, tapi penulisnya sengaja menyusun tiap katanya agar dapat mudah dihafal sebab adanya kesamaan di tiap barisnya. Meski begitu, banyak yang kemudian melagukannya seperti halnya nadham dan itu berhasil. Sayangnya itu justru kadang berakibat kaburnya hafalan santri pada panjang pendek huruf, yang berakibat kesalahan dalam penulisan.
- Belajar Langsung Praktik
Sebab terdiri dari contoh-contoh, Al-Amtsilah At-Tasrifiyah menjadi jalan mengetahui ilmu sharaf dengan langsung praktek. Sehingga lebih siap untuk langsung diamalkan.
Dengan adanya beberapa kecanggihan tersebut, Al-Amtsilah At-Tasrifiyah tidak lepas dari kekurangan. Salah satu kekurangannya adalah, kitab tersebut disusun berdasar kaidah-kaidah umum dalam bentuk kata. Oleh karena itu, keakuratannnya berdasarkan pada kaidah-kaidah gramatikal Arab secara umum. Untuk memastikan ketepatan bentuk kata dan kemungkinan ada atau tidaknya dua bentuk kata dengan makna serta sighat yang sama, maka tetap perlu melihat kamus. Terutama kamus Arab-Arab seperti kamus Lisanul Arab.
Editor: Rubyanto
Leave a Reply