Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Mengenal Pemikiran KH. Husein Muhammad dalam Tafsir Gender

Sumber: islamRamah.co

KH. Husein Muhammad lebih dikenal sebagai Buya Husein adalah seorang ulama Indonesia yang dikenal aktif dalam mengampanyekan kesetaraan gender dalam Islam. Buya Husein merupakan salah satu tokoh Islam yang memperjuangkan kesetaraan gender dalam Islam, khususnya hak-hak perempuan dan kebebasan beragama. Ia percaya bahwa Islam adalah agama yang menghargai martabat manusia, tanpa memandang latar belakang jenis kelamin, suku, ras, dan agama.

Selain itu, Buya Husein juga merupakan pendiri dan ketua Yayasan Kebudayaan Islam (YKI). Sebuah lembaga pendidikan dan kebudayaan yang aktif dalam mengembangkan pemahaman Islam yang moderat dan inklusif. Ia juga pernah menjabat sebagai ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat dan anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) RI.

Latar Belakang Pemikiran

Perjumpaan Buya Husein dengan Masdar Farid Mas’udi pada tahun 1993 menjadi titik balik hidupnya. Ia menyadari berbagai persoalan yang dihadapi perempuan, termasuk di Indonesia. Dia menyadari bahwa perempuan bukan hanya tubuh untuk dieksploitasi, tetapi juga jiwa dan manusia. Masdar Farid Mas’udi berperan penting dalam mempengaruhi cara pandang Buya Husein terhadap isu gender.

Buya Husein menolak budaya patriarki dan menegaskan bahwa semangat tauhid Islam adalah pembebasan manusia; dari segala bentuk subordinasi, diskriminasi, dan penindasan, apapun dasarnya. Konsep teologis ini bertujuan untuk memposisikan manusia secara bermartabat, dan perempuan, sebagai manusia, harus bebas, mandiri, dan berada dalam posisi yang adil. Keadilan dalam konteks ini bukan tentang tubuh tetapi tentang nilai, substansi, dan kualitas. Untuk memperkuat argumentasinya, Buya Husein mengutip Al-Quran dalam surat al-Rum [30]: 21

وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ

Baca Juga  Pemikiran Mansour Fakih Bagi Kesetaraan Gender Perempuan

Artinya: Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.

Pemikiran Buya Husein Terhadap Kesetaraan Gender

Penjelasan di atas menyatakan bahwa salah satu tanda kebesaran Allah adalah menciptakan istri-istri dari jenis yang sama dengan diri mereka sendiri. Ia juga mengutip sebuah hadits yang menekankan keadilan dan timbal balik antara suami dan istri. Buya Husein mengakui bahwa beberapa tafsir agama telah dijadikan landasan normatif bagi kekerasan dan marginalisasi terhadap perempuan. Menanggapi penafsiran tersebut, ia menyarankan agar pemahaman dan penafsiran agama harus dikontekstualisasikan dan ditafsirkan. Menurut Buya Husein, interpretasi dan kontekstualisasi pemahaman agama diperlukan, dan takwa (takwa) harus diwujudkan dalam sikap sosial. Untuk melakukan kontekstualisasi dan reinterpretasi, beberapa pendekatan dapat diambil, seperti pendekatan linguistik, pendekatan rasionalitas, dan memperhatikan realitas dan konteks.

Dalam pandangan Buya Husein, membaca teks-teks agama yang berpedoman pada visi ketuhanan dan tujuan agama (maqasid al-syariah) melalui pendekatan kontekstual, rasional, dan empiris merupakan hal yang esensial. Pendekatan kontekstual memungkinkan kita untuk memahami teks-teks agama dalam konteks waktu, tempat, dan kebudayaan dimana teks itu diturunkan, sehingga memungkinkan kita untuk memahami pesan dan nilai yang terkandung di dalamnya dengan lebih baik.

Sementara itu, pendekatan rasional memahami dan menafsirkan teks-teks agama dengan menggunakan akal sehat dan rasio yang sehat, sehingga memungkinkan kita untuk memahami implikasi dan aplikasi praktis dari ajaran agama. Sedangkan pendekatan empiris untuk menguji kebenaran dan kelayakan ajaran agama dengan cara menguji praktik-praktik agama tersebut dalam kehidupan nyata. Secara keseluruhan, pendekatan ini memungkinkan kita untuk memahami teks-teks agama dengan lebih baik. Dan untuk mengaplikasikan ajaran agama tersebut dengan cara yang lebih baik dalam kehidupan kita sehari-hari. Sehingga membantu kita untuk hidup sesuai dengan tujuan agama yang sebenarnya.

Baca Juga  Kesetaraan Gender Dalam Tantangan Isu-Isu Modernitas

Editor: An-Najmi