Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Mengenal Kitab Tafsir Al-Shinqitiy yang Bercorak Ganda

Tafsir Al-Shinqitiy
Sumber: https://barakatbookshop.com/

Al-Shinqitiy adalah seorang cendekiawan kontemporer yang menjadi guru dari banyak ulama, baik mufti kerajaan Arab Saudi dan ulama lainnya. Beliau menulis kitab tafsir yang berjudul Adwa’ Al-Bayan fi Idah Al-Qur’an bi Al-Qur’an. Kitab tafsir ini memiliki nilai tambah tersendiri karena penafsirannya yang menggunakan metode Al-Qur’an bi Al-Qur’an, sehingga layak untuk kita ulas bersama sebagai ijtihad dalam memahami Al-Qur’an. Selain itu, usaha al-Shinqitiy dalam menafsirkan Al-Qur’an dapat menjadi keteladanan dari ulama terdahulu yang harus kita contoh; dalam mempelajari dan memegang teguh pemahaman agama kita di zaman yang semakin sarat akan perselisihan ini.

Biografi Al-Shinqitiy

Nama lengkap al-Shinqitiy adalah Muhammad al-Amin ibn Muhammad al-Mukhtar ibn ‘Abd Qadir ibn Muhammad ibn Ahmad Nuh ibn Muhammad ibn Sayyid Ahmad ibnal-Mukhtar, dari keturunan al-Talib Oubek, cucu Kuraiz ibnal-Muwafi ibn Ya’qub ibn Jakin al-Abrar. Beliau lahir di Tabeh, propinsi Kifa, Shinqit pada tahun 1325 H (1907 M). Shinqit adalah sebuah negara Islam di benua Afrika yang berbatasan dengan Sinegal, Mali, dan Aljazair. Shinqit atau Mauritania saat ini menjadi laqab para ulama Mauritania yang dikenal dengan Shanaqitah (ulama Shinqit).

Al-Shinqitiy berasal dari keluarga pecinta ilmu, dan sejak kecil al-Shinqitiy tumbuh dan berkembang di Shinqit, lingkungan yang penuh dengan pancaran ilmu. Pada usianya yang ke-10 tahun beliau berhasil menghafalkan Al-Qur’an pada pamannya. Setelah itu, beliau belajar tentang rasmmushaf uthmaniy, tajwid, dan tilawah. Beliau juga belajar dari istri pamannya dalam bidang sastra Arab. Baik dalam pelajaran nahwu, shorof, nasab, silsilah Arab, maupun sejarah. Sedangkan dalam bidang fikih madzhab Imam Maliki beliau belajar ke putra pamannya. Semuanya dijalani hingga beliau berusia 16 tahun. Kemudian Al-Shinqitiy terus mendalami berbagai keilmuan seperti balaghah, tafsir, dan hadits ke beberapa ulama yang ada di wilayahnya saat itu. Dan beliau juga mulai mempersiapkan diri dengan berbagai ilmu dasar keislaman yang dimulai dengan mempelajari Al-Qur’an.

Baca Juga  Memahami Hadis dengan Teori Max Weber: Tindakan Sosial

Al-Shinqitiy meninggal pada tangal 17 Dzulhijjah 1393 H  hari Kamis saat waktu dhuha di Makkah. Beliau meninggal sepulang melaksanakan ibadah haji dan jenazahnya dishalatkan kaum muslim dengan dipimpin oleh ‘Abd al-‘Aziz ibn ‘Abdullah ibn Baz yang dimakamkan di kompleks pemakaman Ma’la.

Sistematika Penafsiran                                   

Tafsir Adwa’ al-Bayan fi Idah Al-Qur’an bi Al-Qur’an terdiri dari 9 jilid. Jilid 1 sampai jilid 7 merupakan karya langsung dari al-Shinqitiy, sedangkan jilid 8 dan jilid 9 dilanjutkan oleh muridnya yang bernama ‘Atiyyah Muhammad Salim. Sehingga tafsir Adwa’ al-Bayan fi Idah Al-Qur’an bi Al-Qur’an jilid 8 dan jilid 9 dinamakan sebagai Tatimmah Adwa’ al-Bayan fi Idah Al-Qur’an bi Al-Qur’an.

Menurut ‘Ali Iyazi, al-Shinqitiy dalam menafsirkan Al-Qur’an menggunakan tafsiran para sahabat dan tabi’in. Beliau juga menukil pendapat para mufassir terkenal seperti Abu Ja’far ibn Jarir al-Thabari (w. 310), al-Qurtubi (w. 671 H), Ibn Kathir (w. 774 H) dan juga mufassir Mu’tazilah yaitu al-Zamakhshari (w. 538 H). Al-Shinqitiy menukil karya al-Zamakhshari pada permasalahan bahasa. Karena dari sekian penafsiran yang ada, al-Shinqitiy nampak menganut paham Sunni seperti tentang ru’yatullah. Dalam menukil pendapat para fuqaha’, al-Shinqitiy banyak menukil pendapat al-Qurṭubī yang bermadzhab Imam Maliki, lalu al-Nawawi (w. 676 H) dari mazhab Imam Syafi’i dan Ibn Qudamah dari mazhab Imam Hanbali. Selain itu, beliau juga menukil pendapat ulama lainnya yang terkadang tidak disebutkan.

Dalampenafsirannya al-Shinqitiycenderung kepada corak fikih. Beliau sangat memperhatikan ayat-ayat fikih atau hukum. Namun, melihat perhatian beliau yang juga besar aspek kebahasaan, maka tafsir ini juga memiliki corak bahasa atau lughawiy. Kemudian dalam menafsirkan ayat Al-Qur’an, al-Shinqitiy menggunakan dua metode. Yakni : metode literer (al-manhaj an-naqliy) dan metode rasional (al-manhaj al-aqliy).

Baca Juga  Meraih Kebahagian Menurut Perspektif Tafsir Al-Jailani

Contoh Penafsiran dengan Corak Fiqih dan Bahasa

Pada Q.S. an-Nisa’ [4] : 23 yang berbunyi:

………….وَحَلآئِلُ أَبْنَائِكُمُ الَّذِيْنَ مِنْ أَصْلَا بِكُمْ…………

Artinya: “…….(dan diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu)…….”

Al-Shinqīṭiy menyimpulkan dari ayat ini bahwa istri dari anak angkat tidaklah haram untuk dinikahi. Hal ini sebagaimana yang diterangkan Allah dalam surah al-Ahzab ayat 37 tentang pernikahan Rasulullah dengan Zainab setelah diceraikan oleh Zaid ibnḤarithah yang merupakan anak angkat Rasulullah sendiri.

Pada Q.S. Al-Baqarah [2] : 7 yang berbunyi :

خَتَمَ الله عَلَى قُلُوْبِهِمْ وَعَلَىْ سَمْعِهِمْ وَعَلَى أَبْصَا رِهِمْ غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌ

Artinya : “Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka, penglihatan mereka telah tertutup, dan mereka akan mendapat azab yang berat.”

Pada ayat ini, terdapat huruf wawu yang dimungkinkan posisinya sebagai huruf ‘aṭf untuk menyambung kalimat; atau huruf isti’naf untuk menyatakan kalimat baru. Al-Shinqitiy menyimpulkan bahwa yang dikunci mati adalah; hati dan pendengaran, sedangkan penglihatan ditutup. Dan Al-Shinqīṭiy memaknai wawu pertama adalah huruf ‘aṭf sedangkan wawu yang kedua adalah huruf isti’naf.

Kelebihan dari Tafsir Adwa’ Al-Bayan fi Idah Al-Qur’an bi Al-Qur’an

Tafsir ini menggunakan tafsir yang paling utama, yakni tafsir Al-Qur’an bi Al-Qur’an. Kemudian dalam menyajikan penjelasan tambahan dari sisi bahasa seperti : i’rab, sarf, serta kaidah tentang akidah dan usul al-fiqh. Di akhir tafsir tercantum pendapat tentang ayat-ayat yang dimaknai bertentangan. TafsIr Adwa’ Al-Bayan ini menolak madzhab-madzhab sesat serta menguatkan pemahaman ahlu sunnah wa al-jama’ah. Terakhir memiliki gaya bahasa yang tinggi.

Editor: An-Najmi

Nazilatul Fatihah Firdaus
Mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Al-Quran dan Sains Al-Ishlah