Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Mengenal Imam al-Baidhawi dan Tafsirnya

Imam Al-Baidhawi
Gambar: islami.co

Banyak hal yang menarik untuk didiskusikan ketika berbicara tentang para tokoh mufasir baik pada zaman modern hingga kontemporer. Hal itu disebabkan betapa banyak disiplin ilmu yang masuk di ranah penafsiran al-Qur’an.

Tidak cuman itu saja, banyak tokoh mufassir yang dapat kita teladani disamping keilmuannya seperti akhlaknya, adabnya belajar, ketakwaannya kepada Allah dan lain sebagainya. Bahkan dikarenakan kehidupan mereka cenderung selalu diisi dengan pengabdian kepada Allah. Tidak heran mereka memiliki pemikiran yang begitu luas hingga banyak menguasai berbagai disiplin Ilmu.

Salah satunya seperti Imam Baidhawi, selain sebagai mufassir al-Qur’an yang alim, beliau juga banyak menguasai berbagai disiplin ilmu. Dimulai dari tafsir, fikih, ushul fikih, ushuluddin, bahasa Arab hingga mantiq. Beliau juga terkenal mahir dalam bidang debat dan menguasai bagaimana etika dalam berdiskusi dengan baik.

Sebelum berbicara mengenai tafsir dari Imam Baidhawi, penulis sedikit menceritakan pengalaman ketika belajar dengan salah satu dosen di UIN Jakarta. Beliau kurang lebih mengatakan, jika ingin mempelajari dan mendalami suatu disiplin Ilmu maka mulailah dengan mengidolakan salah satu tokoh disiplin ilmu yang ingin kamu geluti. Maka berawal dari sana kamu akan lebih semangat dalam mempelajari Ilmu tersebut.

Tidak berbeda dengan penulis sendiri yang memulai pembelajaran tafsir al-Qur’an dengan mengidolakan beberapa mufassir al-Qur’an salah satunya yaitu Imam al-Baidhawi. Disini penulis akan mengenalkan mufassir tersebut dimulai dari latar belakang, karya tafsirnya dan lain sebagainya.

Biografi Imam al-Baidhawi

Imam Baidhawi memiliki nama lengkap Imam Abdullah bin Umar bin Muhammad bin Ali as-Syairazi, Abu Said Abu al-Khoir Nasiruddin al-Baidhawi. Ia berasal dari sebuah desa yang bernama Baidho’. Bagian dari negara Persia atau yang dikenal saat ini dengan Iran. Beliau dahulunya berprofesi menjadi hakim di kota Syairaz sekaligus juga ahli tafsir Al-Qur’an. Ia menyusun banyak bidang pada ilmu pengetahuan. Dengan berbagai kepandaian dan kejeniusannya, ia mudah meraih peringkat.

Baca Juga  Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 2: Taqwa Bukan Hanya Berisi Takut

Cikal Bakal Tafsir Imam al-Baidhawi

Sebelumnya Imam al-Baidhawi sudah banyak menyusun kitab-kitab urgent dalam berbagai disiplin ilmu agama. Beliau pernah mengarang rangkuman (al-mukhtasar) kitab Al-Kassyaf, metodologi ilmu ushul fikih dan lain sebagainya. Menurut imam al-Baidhawi ilmu yang paling tinggi itu merupakan ilmu tafsir yang merupakan induk dan pusat dari segala ilmu agama. Tempatnya kaidah-kaidah syara’ dan pondasinya.

Hingga dari pemikiran tersebut, imam al-Baidhawi berkeinginan untuk menyusun kitab tafsir yang mana isinya mencakup hal yang murni yang ia dapatkan dari ilmu para sahabat, ulama dan para tabi’in. Ditambah semuanya mencakup dengan permasalahan yang konkrit serta permasalahan-permasalah yang menarik dan memikat.

Imam al-Baidhawi berpedoman pada para pendahulu dari kalangan ulama mutahhirin, teladan-teladan yang tahqiq. Beliau juga mengemukakan jalan-jalan qiraat yang disandarkan pada imam yang delapan termasyhur. Sebelum menyusun kitab tersebut Imam al-Baidhawi istikharah terlebih dahulu untuk menyempurnakan niatnya. Setelah itu lahirlah karya tafsir yang monumental dengan nama al-anwar at-tanzil wa asrar at-Ta’wil atau yang dikenal dengan tafsir al-Baidhawi (Mahmud, Hlm.113).

Tafsir Al-Anwar At-Tanzil wa Asrar At-Ta’wil

Tafsir al-Baidhawi ini merupakan kitab yang komplit dan tidak perlu penjelasan yang panjang lebar lagi. Hal tersebut dikarenakan jika kita membandingkan kitab tafsir al-Baidhawi dengan kitab tafsir lainnya. Kita akan mendapati kenyataan bahwa materi-materi yang telah dijelaskan oleh karya tafsir lain, ternyata juga tersedia dalam tafsir al-Baidhawi.

Seperti dalam tafsir al-Kasysyaf ia mencuplik materi tentang i’rab, ma’ani dan bayan (aspek sastra). Dari Mafatih al-Gaib karya ar-Razi, ia memetik hikmah dan seluk beluk teologi. Dari tafsir Ar-Ragib ia mengambil tentang berbagai dimensi tasawuf dan mistik. Semua dasar ataupun inti pemikiran pengarangnya sudah terangkum dalam kitab ini secara sistematis-rasional (Ghofur, hlm. 88).

Baca Juga  Mengenal Contoh Penyelewangan Penafsiran Al-Quran (2)

Komentar-Komentar Ulama

Menurut pemilik kitab al-Kasyfu az-Zunun beliau memuji kitab tafsir al-Baidhawi dan pengarangnya dengan mengatakan “bahwa kitab ini mendapat karunia Allah dengan keindahan  bahasanya bagi jumhur kaum terhormat dan terkemuka”. Al-Dzahabi juga mengatakan bahwa tafsir al-Baidhawi merupakan salah satu kitab induk diantara berbagai kitab tafsir.

Kemudian al-Zakaruni turut memberikan komentar yang positif dengan menyatakan bahwa kitab ini meliputi rangkuman banyak pendapar banyak imam besar dan kejernihan para ulama dalam menafsirkan al-Qur’an dan menguraikan maknanya sekaligus menjelaskan kata-kata yang sulit.

Namun disamping ada komentar yang positif juga terdapat beberapa ulama yang cenderung mengkritik dan terkesan memberi pandangan yang negatif. Sebut saja dari pandangan Prof. Quraish Shihab dari segi corak pembahasannya.

Beliau mengatakan bahwa tafsir al-Baidhawi salah satu cara yang ditempuh untuk menjadikan petunjuk al-Qur’an yang seharusnya mudah difahami menjadi sukar untuk dicerna. Diakibatkan tafsir ini berisikan pembahasan yang mendalam, namun gersang dari petunjuk yang menyentuh jiwa serta menalarkan akal.

Penyunting: M. Bukhari Muslim