Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Mengenal Harald Motzki Lebih Dekat

Sebagai sumber hukum utama dalam Islam, hadis memiliki kedudukan yang sangat penting dan menarik untuk dikaji. Keberadaannya terus eksis di kalangan pembelajar yang tak pernah berhenti mendalami agama. Bahkan ternyata, fakta di lapangan menyatakan bahwa hadis tidak hanya menarik bagi pemeluknya, melainkan juga bagi para ilmuan Barat.

Banyak tokoh-tokoh Barat yang mendedikasikan keilmuannya di bidang hadis, sehingga kita sering mendengar teori-teori yang dibuat ilmuan Barat dalam mengkaji hadis. Hal yang paling menarik bagi para pembelajar dan peneliti hadis adalah bagian sanad, begitupun bagi ilmuan Barat.

Bagi mereka, lamanya rentan waktu antara hadis muncul dengan pendokumentasiannya adalah sesuatu yang sulit dipercaya. Sehingga tidak heran jika membuat para ilmuan Barat meragukan keotentikan hadis. Ilmuan Barat yang mengkaji hadis populer disapa dengan orientalis. Orientalis, makna sederhananya ialah orang-orang Barat yang mengkaji dunia Timur dan Islam, terutama hadis.

Salah satu tokoh yang telah mengkaji hadis dengan sangat serius adalah Harald Motzki. Motzki hadir sebagai tokoh orientalis yang mengkritik tajam tentang teori, adanya keraguan terhadap keotentikan hadis, dan kesejarahan hadis yang tidak dapat dibuktikan yang dicetuskan oleh tiga tokoh orintelis terkemuka, yakni Ignaz Goldziher, Joseph Schact dan G.H.A. Juynball.

Kritik kerasnya ia tuliskan di dalam buku yang berjudul Analysing Muslim Traditions, Studies In Legal, Exegetical And Maghazi Hadith. Tidak sebatas mengkritik, Motzki bahkan melakukan penelitian sendiri terhadap hadis dan mencetuskan teorinya sendiri yang dinamai dengan isnad cum matn. Subjek yang digunakannya ialah Muṣannaf karya ‘Abd al-Razzaq al-Ṣan’āni.

Dengan metode yang dicetuskannya, Motzki mampu menunjukkan kepada para kaum yang skeptis terhadap hadis, bahwa hadis adalah sesuatu yang dapat ditelusuri keberadaannya hingga abad pertama Hijriyah. Dengan demikian, teori ini dipercaya dapat digunakan untuk menemukan tanggal hadis dan mencari periwayat paling awal yang akan membawa pada kesejarahannya.

Baca Juga  Orientalisme dan Metode Bibel dalam Pemaknaan Al-Qur’an

Biografi Harald Motzki

Motzki dilahirkan pada 1948 di Berlin, Jerman Barat. Ia terlahir sebagai seorang Katholik. Pendidikannya memiliki terdiri dari berbagai disiplin ilmu, ada agama, studi Injil, sejarah Eropa, Studi Islam, hadis, bahasa semit, dan lain sebagainya. Sejak 1968 sampai 1978, Motzki memiliki minat di bidang akademik ilmu klasik.

Pada 1974, Motzki menyelesaikan S2 dan S3 nya dengan bidang kajian hadis, bahasa Arab, sejarah, hingga sosiologi modern. Ia dibimbing oleh Prof Albrecht North di Universitas Bonn dalam menyelesaikan gelar Ph.D nya. Pada tahun 1980, Motzki memperoleh award karena disertasi yang berjudul Aimma und Egalite oleh Departemen Ilmu dan Kebudayaan Republik Jerman.

Motzki telah menulis berbagai karya yang bisa kita nikmati dalam bentuk yang beragam. Ada jurnal, artikel, dan buku. Dari banyaknya karya yang dihasilkan Motzki, secara umum, yang karyanya berisi tentang kajian ketimuran, fokus pada hadis dalam wujud kajian kritik kesejarahannya.

Karya yang paling fenomenal ialah buku yang berjudul “The Origins of Islamic Jurisprudence, Meccan Fiqh before the Classical Schools.” Motzki menuntaskan buku ini dalam waktu yang tidak singkat, yakni 6 tahun. Kini, buku yang aslinya berbahasa Jerman tersebut telah diterjemahkan dalam bahas Inggris oleh Marion H. Katz.

***

Jika kita ingin meneliti hadis dengan metode ini, maka hal pertama yang perlu kita lakukan adalah analisi terhadap jalur  periwayatan, yakni dengan mengumpulkan semua sanad secara lengkap.

Kemudian, kita perlu membandingkan seluruh jalur yang ada, guna menentukan rawi yang menjadi common link dan parsial common link. Kemudian, melakukan anaslisis matn, yakni dengan membandingkan seluruh matn dari berbagai sumber untuk mengetahui sejarahnya, sehingga didapatkan data yang valid.

Baca Juga  Bukan Ulama yang Mati, Melainkan Kepakaran

Jika diperhatikan dengan seksama, sesungguhnya teori yang dibawa oleh Harald Motzki ini nyaris sama dengan teori yang cetuskan oleh para ulama terdahulu, yakni dengan mengkaji sanad hadis terlebih dahulu.

Ali Masrur, dalam karyanya yang berjudul Teori Common Link membagi 4 kelompok sarjana Barat. Pertama, Sarjana bagian awal yang terkenal dengan revisionis. Kedua, pengkritik sikap skeptis sarjana Barat. Ketiga, pencari jalan tengah. Keempat, bagian yang non-skeptik. Dengan pembagian tersebut, Motzki memiliki kedudukan sebagai penengah, sebab tidak sepenuhnya setuju dengan hadis.

Maka paling tidak, dengan keberadaan para orientalis kita menyadari, bahwa kita perlu mengkajinya secara mendalam, tidak hanya sebagai penikmat, sebab ini bisa saja menjadi pintu kita menuju rahmat-Nya.

Editor: Yusuf