Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Mengenal 5 Kaidah Menafsirkan Al-Qur’an Al-Sa’di

kaidah
Sumber: toko-muslim.com

Abdurrahman Al-Sa’di, mufasir asal Arab Saudi yang berusaha menyusun kaidah-kaidah tafsir yang independen. Pemikirannya dia tumpahkan pada karyanya yang berjudul al-Qawaid al-Hisan li Tafsir al-Qur’an yang di dalamnya berisikan 71 kaidah tafsir. Sedikit berbeda dari kebanyakan buku kaidah tafsir pada umumnya, kaidah tafsir al-Sa’di dapat dipahami menjadi dua, yaitu kaidah sebagai alat pembacaan dan juga kaidah sebagai produk penafsiran.

Berikut lima kaidah penafsiran ala al-Sa’di yang tersusun dalam kitabnya, yaitu kaidah ke-enam sampai kaidah ke-sepuluh:

Cara Al-Qur’an Menjelaskan Tauhid dan Menolak Kemusyrikan

Al-Sa’di merangkum kaidah ini menjadi lima cara. Pertama, Allah SWT menjelaskan tauhid uluhiyyah dan keikhlasan beribadah kepada-Nya tanpa menyekutukan-Nya dengan suatu apapun serta memberitakan bahwa semua rasul menyeru kepada kaumnya untuk beribadah kepada-Nya. Sesungguhnya Allah menciptakan jin dan manusia untuk beribahdah kepada-Nya. Dan barang siapa yang tidak menganut agama Islam maka semua perbuatannya batal.

Kedua, menyeru manusia tentang apa yang menjadi fitrahnya, bahwa tidak ada zat yang berhak disembah kecuali Allah SWT, Maha Pencipta dan Maha Pemberi Nikmat. Semua makhluk tidak memberikan manfaat dan perlindungan.

Ketiga, menjelaskan Keesaan Allah bahwa Dia Maha Bijaksana dan tidak ada zat apapun yang sebijaksana Allah.

Ke-empat, terkadang menjelaskan tauhid dengan menyebutkan kebaikan akidah bahwa agama Islam adalah agama fitrah bagi semua makhluk dan menyebutkan keburukan syirik bahwa agama yang mereka anut adalah agama yang sesat.

Ke-lima, menyeru kepada tauhid dengan menyebutkan balasan baik darinya dan balasan buruk dari kemusyrikan di dunia dan di akhirat.

Cara Al-Qur’an Menjelaskan Kenabian Muhammad SAW

Menurut al-Sa’di, Allah menggunakan berbagai cara untuk menjelaskan kenabian Muhammad SAW. Sekiranya, al-Sa’di merangkumnya menjadi sebelas cara. Pertama, Al-Qur’an memberitakan bahwa kebaikan para nabi sebelumnya ada pada diri Muhammad SAW dan ia jauh dari kekurangan.

Baca Juga  Mengenal Karya Kaidah Tafsir Syeikh Ibnu Taymiyah

Kedua, menjelaskan kenabiannya dengan bahwa dia menyandang buta huruf, tidak menulis dan tidak membaca tidak pula berkumpul di majlis ilmu. Namun setelah turunnya al-Qur’an, manusia berbondong-bondong mendatanginya.

Ketiga, menjelaskan kenabian Muhammad SAW dengan memberikan berita tentang kisah-kisah Nabi terdahulu. Tidak ada cara baginya mencapai hal ini kecuali wahyu yang didatangkan Allah SWT kepadanya.

Ke-empat, terkadang menjelaskan kenabiannya dengan hikmah Allah SWT dan kesempurnaan Kemampuan-Nya bahwa Allah menolongnya dari serangan musuh dan menjaganya di bumi.

Ke-lima, menjelaskan kerisalahannya dengan budi pekertinya yang baik bahwa Muhammad SAW adalah makhluk yang paling sempurna akhlaknya.

Ke-enam, terkadang menjelaskan kerisalahannya dengan menyebutkan nama dan sifat Muhammad SAW pada kitab-kitab sebelumnya.

Ke-tujuh, terkadang juga menjelaskan kerisalahannya dengan memberitakan hal ghaib di masa lampau dan masa mendatang dengan perantara wahyu dari Allah SWT.

Ke-delapan, terkadang menjelaskan kerisalahannya dengan penjagaan khusus kepada Muhammad SAW dari serangan musuh dan peperangan melawan mereka.

Ke-sembilan, menjelaskan kerisalahannya dengan menyebutkan keagungan yang datang kepadanya yaitu al-Qur’an dan menantang musuhnya denga mendatangkan semisal al-Qur’an.

Ke-sepuluh, menjelaskan kerisalahannya dengan memperlihatkan mukjizat yang ada padanya.

Ke-sebelas, menjelaskan kenabiannya dengan besarnya rasa simpati dan belas kasihan terhadap umatnya. Tidak akan pernah ada seorang yang lebih luas kasih sayangnya dari Muhammad SAW.

Cara al-Qur’an Menjelaskan Hari Kembali

Menurut al-Sa’di, kaidah ini merupakan asas ke-tiga yang menjadi misi para rasul setelah tauhid dan risalah. Adapun cara-cara yang ditempuh dalam menjelaskan hari Akhir adalah pertama, Allah SWT memperbanyak penyebutan hari kiamat dengan memberitakan kesempurnaan kemampuan Allah SWT dan tidak ada sesuatu yang melemahkan-Nya. Allah SWT mampu menghidupkan kembali tanah yang tandus, berarti Dia juga akan menghidupkan kembali orang-orang mati.

Baca Juga  Kaidah Mutarādif: Makna Lafadz Mathar dan Ghaits dalam Al-Qur'an

Kedua, Menjelaskan kekuasaan Allah dengan memperlihatkan sesuatu yang lebih besar yaitu penciptaan langit dan bumi.

Ketiga, menjelaskan hari kiamat dengan luasnya pengetahuan Allah SWT dan kesempurnaan hikmah-Nya bahwa Dia tidak akan meninggalkan hambanya tanpa perintah dan larangan.

Ke-empat, menjelaskan hari kiamat dengan menyebutkan balasan orang-orang baik dengan pahala dan orang-orang buruk dengan dosa.

Cara al-Qur’an Memerintahkan Orang-orang Mukmin dengan Hukum Syar’i

Allah SWT dalam memerintahkan orang-orang mukmin menjalankan syariat Islam menurut al-Sa’di dirumuskan menjadi tujuh cara. Pertama, menyeru orang-orang mukmin kepada jalan yang benar yaitu dengan cara amal makruf nahi mungkar karena sesungguhnya iman itu bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.

Kedua, menyeru mereka kepada kebaikan dan melarang mereka terhadap keburukan dengan menyebutkan ayat-ayat kebaikan dan akibat dari kebaikannya di dunia dan akhirat dan menyebutkan ayat-ayat kemungkaran dan akibat dari keburukannya di dunia dan akhirat.

Ketiga, menyeru mereka dengan menyebutkan kenikmatan yang melimpah sehingga mereka bersyukur atas nikmat-Nya karena syukur merupakan tanda keimanan yang hakiki.

Editor: An-Najmi Fikri R