Pada hari Selasa (22/9), Pusat Studi Islam, Perempuan dan Pembangunan (PSIPP) kembali menggelar kegiatan dengan bekerja sama dengan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Komisariat Ushuluddin, Cabang Ciputat. Kegiatan kali ini mengambil tema “Pelatihan Menulis Dengan Perspekfif Perempuan: Meluruskan Kesalahpahaman Terhadap RUU PKS”. Kegiatan ini diselenggarakan melalui aplikasi Zoom dan Youtube.
Terdapat dua narasumber yang diundang dalam pelatihan ini: Dr. Erli Juliana Alhasanah N. (Dosen dan Tim PSIPP ITB Ahmad Dahlan Jakarta) dan David Krisna Alka, (Editor in Chief Geotimes). Sedangkan yang bertindak sebagai moderator adalah Ananul Nahari Hayunah, Ketua Umum IMM Komisariat Ushuluddin, Cabang Ciputat.
Kekerasan Seksual Sering Terjadi
Pada pembuka diskusi, Ananul sebagai moderator menyebutkan bahwa kini pelecehan dan kekerasan terhadap perempuan sangat sering terjadi.
“Kita tahu, perempuan sering kali menjadi korban kekerasan seksual. Namun sayangnya, yang menjadi korban kadang tersalahkan.”
Sebagai respon atas fenomena tersebut, Ketum IMM Ushuluddin itu mengatakan bahwa kita perlu melakukan pembelaaan. Membela mereka yang menjadi korban tapi malah ditempatkan pada posisi yang tersalahkan.
“Nah, salah satu wacana yang perlu kita luaskan adalah wacana tentang bagaimana pembelaan kita kepada si korban. Agar kita tidak salah dalam pembelaan, maka perlu bagi kita belajar menulis dengan melihat perspektif perempuan sebagai korban”, pungkasnya.
Mengapa Kita Penting Menulis?
Adapun Ketua PSIPP, Yulianti Muthmainnah, dalam pengantarnya menjelaskan tentang latar belakang dan alasan di balik keinginan lembaga PSIPP menyelenggarakan pelatihan ini. Latar belakang dan alasan itu ialah:
“Banyak media yang menuliskan kejadian kekerasan terhadap perempuan, tetapi tidak berpespektif korban. Nah, kita penting melakukan pelurusan dan melakukan edukasi terhadap publik “,
Berikutnya Dr. Erli Juliana Alhasanah N. dalam pemaparannya menguraikan mengapa sangat penting bagi kita untuk menulis. Ia menjelaskan bahwa menulis dapat dijadikan sebagai jalan perjuangan.
“Menulis itu juga sebagai pilihan jalan perjuangan. Dalam hal ini kita ingin memperjuangkan, salah satunya agar RUU-PKS ini diterima, dan ingin memperjuangkan korban, korban kekerasan seksual. Maka menulis itu sebagai pilihan jalan perjuangan kita.”, jelasnya.
Selain itu, dosen ITB Ahmad Dahlan Jakarta itu juga menjelaskan mengapa penting bagi kita untuk menulis tentang kekerasan seksual. Hal itu menurutnya karena banyak dari perempuan saat ini yang mengalami kekerasan fisik. Hal itu dapat dibaca dari data-data dan survey yang ada.
“Ini juga ada data-data bahwa kekerasan seksual itu lebih banyak dialami oleh perempuan di perkotaan ketimbang di pedesaan. Dan dialami oleh anak-anak tingkat SLTA dan seterusnya”, paparnya.
Hal yang demikian, jelas Erli, sudah cukup menjadi alasan yang kuat mengapa kita semua harus menulis. Banyak dari perempuan-perempuan yang menjadi korban kekerasan seksual membutuhkan pembelaan dan dukungan dari kita.
Reporter: M. Bukhari Muslim
Leave a Reply